24. kerkom

1K 101 1
                                    

Seperti apa yang William katakan, ia menunggu di parkiran sambi memainkan ponselnya, 5 menit sudah berlalu dan Kiara tak kunjung keluar dari sekolah. Rasa khawatir itu tiba-tiba saja muncul, ia rasa ada yang tidak beres.

Dengan cepat ia berlari mencari dimana keberadaan Kiara sekarang, William ingat betul kalau gedung sekolah ini hanya ada anak OSIS saja yang masih sibuk dengan kegiatan, lainnya sudah pada kabur ke rumah masing-masing.

Lalu dimanakah Kiara?

Setelah hampir 10 menit ia mencari akhirnya ketemu juga, Kiara berada di koridor sekolah bersama dengan siswa yang dari tadi menggodanya, tubuh Kiara memang sangat mengundang hawa nafsu para kaum Adam tapi tidak dengan William.

Ia mempercepat langkah kakinya sampai tepat di dekat Kiara dan siswa yang bernama Joseph itu."sayang? Ayo pulang, aku udah nungguin kamu di parkiran dari tadi, tapi kamu gak muncul juga. Aku khawatir banget."

Kata 'sayang' sukses membuat Kiara makin terdiam, sebelumnya ia memang sangat ketakutan karena Joseph ini memang memiliki obsesi kepada Kiara, dia contoh penggemar Kiara yang pikirannya sudah di penuhi oleh imajinasi jorok.

"Sayang? Lo, pacarnya Kiara?" Tanya Joseph tak percaya.

William mengerutkan dahinya, berpura-pura bingung dengan pertanyaan yang Joseph lontarkan kepadanya."dia siapa?"

"A-temen." Jawab Kiara dengan singkat, William tau kalau Joseph ingin melakukan hal yang tidak senonoh kepada Kiara, instingnya benar tentang Kiara ternyata.

Pandangan mata William kini berganti menatap Joseph."iya gue pacarnya, kenapa? Kaget? Gue sama dia emang gak pernah mau ngepublish tentang status sih, faham kan? Ok, ayo sayang."

William segera menarik Kiara dan merangkul tubuh wanita itu, jika saja ia menuruti egonya dan lebih menunggu di parkiran sampai Kiara datang, mungkin Kiara akan lebih cepat menemui ajalnya.

______________________________________________

Sepanjang perjalanan menuju rumah William tak ada satupun pembicaraan yang terdengar, mereka sama-sama memilih untuk diam. William diam karena ia tidak tau harus membuka pembicaraannya bagaimana, sedangkan Kiara masih membeku karena ucapan William yang terkesan lembut dan hangat.

Jika dilihat wajah William terkesan datar, dingin, dan juga sorot matanya pun sangat tajam, tapi semua itu tiba-tiba saja menghilang entah kemana.

William menghentikannya motornya saat sudah sampai dirumahnya, Kiara masih setia duduk di atas motor William sampai si empunya motor menghela nafas.

"Mau sampai kapan duduk dimotor?" Dingin, ucapannya begitu terasa dingin.

Kiara dengan cepat tersadar dan turun dari motor milik William dengan helm yang masih terpasang itu ia berjalan menuju depan pintu rumah William, namun dengan cepat William menarik tangan Kiara dan membuatnya terkejut.

"Rumah gue kebetulan bukan jalan raya, jadi gak perlu di pake helmnya sampe ke dalem." William tengah sibuk membuka pengait helm itu, Kiara semakin terdiam, detak jantungnya sudah tidak beres, ingin rasanya ia berteriak sekarang.

Oh, tidak, dia lebih ingin kabur dari sini.

"Are you ok, Kiara?" William hanya ingin memastikan kalau Kiara baik-baik saja, karena sedari tadi ia melihat Kiara seperti orang habis kesurupan.

Kiara hanya mengangguk.

"Ok, ayo masuk." Ia mengikuti langkah kaki William, rumah yang sangat mewah dan terkesan besar ini ternyata tak ada penghuninya.

Ralat, hanya ada beberapa maid dan tidak ada lainnya. Rumah yang terasa dingin ini sepertinya tak pernah ada kehangatan keluarga yang terasa, Kiara jadi penasaran ada apa sebenarnya dengan keluarga William.

Meskipun baru saja kenal tapi itu tak akan membuat sifat kepo Kiara menghilang, sifat keponya ini memang tidak mengenal apapun pokoknya semua hal ia ingin tau.

William mengajak Kiara ke kamarnya, tadinya Kiara sudah berfikir macam-macam tapi ia tepis semua itu karena tatapan William tak mencerminkan seseorang yang menginginkan tubuhnya.

"Maaf berantakan."

"It's ok, kamar cowok kan emang..." Kiara terdiam karena ada begitu banyak sticky note yang menempel di kaca jendela, ia mendekat dan melihat satu-persatu tulisan yang ada di sticky note tersebut.

Matanya fokus pada setiap tanggal-tanggal yang tertulis, semua yang tertulis disini semuanya pernah terjadi. Ia berfikir apakah William bercita-cita menjadi reporter? Kenapa ia mencatat semua ini?

"Mimpi."

Kiara langsung menengok ke asal suara itu.

"Semua yang gue catat di sticky note ini pernah gue mimpiin sebelumnya dan terjadi semua, gak ada yang pernah meleset."

Kiara tak percaya, ia rasa William ini gila tapi beberapa kertas ini terlihat sangat meyakinkan.

"Gue tau lo gak percaya, gue gak minta lo percaya juga." Menurut William, menjelaskan tentang semua hal yang ia alami suatu hal yang sia-sia. Bukan hanya membuang-buang waktu tapi juga membuang tenaganya juga untuk menjelaskan tapi tetap tidak ada yang percaya.

Ningtyas, hanya dia yang percaya.

Lalu kedua temannya lagi? Mereka percaya tapi hanya 50% saja, sisanya mereka masih berfikir kalau William sedang halu.

Kiara masih setia memperhatikan setiap catatan yang ada di sticky note sampai pandangannya terhenti karena ada namanya di sticky note itu, ia mengambil sticky note itu dan menunjukkan kepada William.

"Are you sure?"

"Not really, tapi gue udah mimpiin itu dari 2019 maybe. Gue gak mau percaya sama mimpi gue sendiri yang udah sering kejadian tapi kali ini mimpi yang dimana ada lo didalamnya itu beneran ngeganggu gue karena kenapa? Karena mimpi itu terus terulang kembali."

Kiara menggeleng secara perlahan, ia masih tidak percaya jika akhir hidupnya akan menjadi seperti itu, sangat miris.

"Yah, lagi pula cuman mimpi, jangan terlalu dipikirin." William mengambil sticky note dari tangan Kiara dan menempelkannya lagi di kaca jendela itu.

Kiara masih terdiam, mencoba mencerna hal yang barusan ia baca, apakah ini benar? Atau hanya bualan dan haluan William semata?

Ia rasanya tidak ingin percaya, ia harus membuktikannya sendiri.

Dream (Winrina ver) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang