93. jemput

696 76 0
                                    

Disinilah William sekarang, di gang perumahan yang sempit, ia tengah menunggu Kiara sejak 10 menit yang lalu. Sengaja datang lebih awal karena ia tidak mau membuat Kiara menunggu lama, jadi lebih baik dia yang menunggu lama, memang jika sudah bucin ya beginilah.

Ia menghela nafas sambil matanya mendongak ke atas, melihat bulan dan bintang yang saling bersebelahan, senyum itu berkembang saat melihat keindahan langit malam pada hari ini. Dulu jika sedang bersantai biasanya sang ayah selalu mengajak William untuk duduk di balkon, lalu berbincang ringan sambil menatap langit malam yang indah, tak selalu indah tapi setidaknya itu adalah kenangan yang membuat ia selalu merindukan sosok ayahnya itu.

Beberapa menit telah berlalu dan akhirnya Kiara pun keluar dari toko buku itu, bisa di bilang toko itu lebih terlihat seperti toko barang antik.

"Udah?"

"Udah, kamu nih ya, aku kan cuman serlok doank bukan nyuruh jemput sekarang juga gitu, kamu jadi nunggu lama kan."

"Ya dari pada kamu yang nunggu lama." William mencolek ujung hidung Kiara dan membuat si empunya bersemu merah di kedua pipinya.

"Ish kamu mah!"

"Kenapa sih? Masih aja merah pipinya kalo di gituin."

"Gak tau ah kamu mah menyerang!"

"Loh loh wkwkwkw liat tuh merah banget!"

"Enggak, ish!"

"Iya iya enggak."

"Hm! Eh kamu ini jam siapa? Perasaan kamu jarang pake jam deh."

"Ini? Punya ayah aku, sebenernya di kasihin ke aku tapi aku belom mau pake jadi ya di pake dia dan sekarang di pake aku, jarang sih aku pake karena takut rusak."

"Terus kenapa sekarang di pake?"

"Biar kenalan sama calon mantunya."

"Ish kamu mah!"

"Cieeee pipinya merah lagi!"

"Enggak! Enak aja!"

"Tuh merah tuh! Hahahahaha!!"

"Au ah ngambek!! Ih kamu nyebelin banget sih!"

"Nyebelin gini tapi kamu sayang kan?"

"Dih! Enggak!"

"Ya udah deh ak-"

"Gak ada kemana-mana! Kamu punya aku!!"

"Iya-iya enggak, ya udah yuk? Nanti keburu kemalaman."

"Ayooo!"

Dream (Winrina ver) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang