44. jadian?

951 101 8
                                    

Setelah memimpikan hal yang tampak sangat terasa nyata itu, ia pun langsung bersiap untuk menjaga Kiara, tak akan dia biarkan dirinya gagal menjaga Kiara terlebih lagi chat dari Ningtyas di grup itu membuat ia semakin takut, takut jika mimpinya akan benar-benar menjadi nyata lagi dan terlebih ia tidak bisa menjaga Kiara. Ia harus bisa, kali ini jika Kiara tidak mau maka dirinya sendiri akan memaksa wanita itu, sebenernya dengan mengganti seragam olahraga milik Kiara dengan miliknya, itu sama sekali tidak berpengaruh sama sekali.

Pak Dimas yang otaknya penuh dengan pasir itu akan tetap memiliki fantasinya sendiri saat melihat Kiara, meskipun Kiara sendiri tak menggunakan pakaian yang bisa mengundang hawa nafsu. Tapi kali ini ia ingin menetralisir semua kemungkinan yang akan terjadi, bukankah di mulai dari hal kecil dulu bisa mengubah hal besar?

Kiara datang dengan raut wajah bingung karena William mengajaknya bertemu di taman belakang sekolah, taman ini terkenal sangat sepi maka sering di jadikan tempat untuk merokok para siswa yang bandel.

"Lo gak bakalan ngapa-ngapain gue kan?" William tau betul Kiara sedang berada di mode siaga 1 tapi kenapa ia mau datang kemari? William sebenernya tidak ingin memaksa, toh kalau pun tidak mau datang maka William akan menghampiri Kiara.

William menatap Kiara, pandangan mereka bertemu dan William mulai berjalan mendekat, mengikis jarak yang ada. Kiara benar akan menghajar William jika dia berani macam-macam kepadanya, dia serius sudah sangat ketakutan tapi sayangnya sorot mata William hanya ada kekhawatiran.

Ada apa dengannya?

Kiara juga bisa melihat wajah William yang sangat pucat, apakah dia sedang sakit?

"Gue mau ngasih ini karena beberapa hari yang lalu, gue liat baju olahraga lo agak ketat gitu, mungkin lo gak ngerasa tapi jujur aja gue risih, bukan apa-apa ya. Gue risih sama tatapan orang-orang yang berasa mau nerkam lo, gue maksa, Ra. Pake ya?" Kiara hanya terdiam, suara William terdengar serak khas orang yang tengah sakit radang dan nada bicaranya mengecil sehingga bisa ia pastikan hanya dirinya yang bisa mendengar suara lelaki yang ada di depannya itu, dia benar-benar sedang sakit.

Kiara langsung menempelkan punggung tangannya ke kening William, panas. William ternyata demam, ia tak percaya dengan laki-laki ini, dia sedang sakit tapi kenapa masih tetap berangkat sekolah?

"Lo demam Wil, kenapa sekolah?"

"Gue gak papa, Ra. Ini di pake ya?"

"Gak, kasih tau gue kenapa lo berangkat sekolah padahal lo lagi sakit gini."

"Gue mau nganterin ini sebenernya tapi sayang banget kalo gue nganterin ini doank terus pulang, lagian nanti juga full jamkos."

Bohong jika jantung Kiara tak berdetak kencang saat ini, bayangkan seorang William rela datang hanya untuk memberikan seragam olahraganya kepada Kiara padahal dirinya sendiri sedang tidak sehat.

"A-ada lagi selain itu?"

"Gue mimpi Ra."

"Lo mimpi apa?"

William terdiam, haruskah ia memberitahukan kepada Kiara tentang mimpinya ini? Kiara yang waktu itu datang kerumahnya dan membaca tulisan yang ada di sticky note miliknya saja terlihat tidak percaya, apa lagi jika ia ceritakan tentang mimpinya kali ini.

"Gue percaya sama lo, Wil. Ah, bukan, lebih tepatnya mencoba percaya, jadi ceritain lo mimpi apa. Ok?"

"Gue mimpi hari ini bakalan ada jamkos dan pak Agung di gantiin sama pak Dimas untuk hari ini, tau kan se obses apa pak Dimas sama lo? Bahkan bukan sama lo doank tapi sama Ningtyas pun juga sama, tapi mimpi buruk gue tertuju sama lo yang tiba-tiba hilang sampai jam pulang pun gak ada lo muncul, Gaby dateng dengan raut wajah yang khawatir, terus kita sama-sama nyariin lo."

Dream (Winrina ver) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang