60. why?

762 88 3
                                    

Pagi hari ini tambak berbeda saat Kiara dateng dengan membawa sejuta tanda tanya bagi para siswa, iya benar, semenjak ada huru-hara antara dia dan Jevano, Kiara sama sekali tidak perduli bahkan hanya ia anggap angin lalu saja. Tapi berbeda saat kemesraannya masuk ke base sekolah yang lebih pantas di sebut dengan base gibah, Kiara langsung speak up, meskipun tidak ada kepastian juga dari dirinya.

Ketika ia jalan di koridor ternyata semua masih sama, hanya saja mereka masih bertanya-tanya apakah sang primadona sekolah ini sudah benar-benar berpawang atau belom? Jevano dan dirinya bisa dibilang sangat dekat bahkan semua siswa setuju jikalau mereka berpacaran, sayangnya Jevano bukanlah pacarnya Kiara.

Seperti apa yang Kiara katakan kalau ia menghempas semua kaum Adam dari hatinya, bukan tanpa sebab, figur seorang ayah yang ia cap jelek itu menjadi pondasi kuat untuk tidak menerima kaum Adam, tapi tidak untuk William yang lewat gerakan jalur astral.

Langkahnya terhenti sejenak saat Jevano berdiri tepat di depan dirinya."Kiara, kamu beneran pacaran sama William?"

"Iya, kenapa?" Jevano tampak menghela nafas kasar, Kiara hanya menatapnya aneh.

Aneh melihat ekspresi Jevano yang terlihat seperti orang yang sedang marah karena kekasihnya selingkuh, tapi Kiara memaklumin karena mungkin dia sedikit kaget atau sangat kaget begitu.

"Sejak kapan kalian deket? Dia gak ngapa-ngapain kamu kan? Aku gak pernah liat dia deketin kamu terus juga interaksi kalian gak ada, kenapa tiba-tiba jadian?"

"Jevan, kenapa?"

"Dia bukan orang yang baik, Ra. Percaya sama aku!"

"Aku lebih percaya sama Tuhan sih, ya kalo dia bukan orang yang baik pasti hubungan aku sama dia gak bakalan lama Jevan, kamu kenapa? Kenapa bilang gitu?"

"Karena aku tau gimana William! Busuknya William di balik wajah dia yang kayak bayi gitu, aku gak mau kamu kenapa-kenapa, itu aja Ra. Gak semua orang yang keliatan baik itu baik, kamu juga sama dia belom lama kenal kan? Belom tau seluk-beluk dia kan? Kiara coba di fikir lagi!"

Kiara diam, fikirannya kini di penuhi beribu pertanyaan, entah kenapa apa yang Jevano katakan seakan-akan benar adanya, benar kalau dia belom lama mengenal William dan belom benar-benar mengenal kekasihnya itu, tapi entah kenapa hatinya percaya kepada William. Hatinya nyaman ketika bersama William, lelaki itu bisa membuatnya tersenyum gemas akan kelakuannya, meskipun ia terkenal dengan nama 'kulkas 20 pintu' dan 'es batu' tapi jika bersamanya William jarang memperlihatkan sifatnya yang dingin itu, memang benar lelaki itu memiliki tatapan yang tajam dan dingin tapi sesekali ketika ia khawatir tatapannya berubah menjadi hangat. Kiara bisa merasakan kalau William sangat menyayanginya, ia mempercayai William.

Kiara tersenyum, dia tidak mau memperdebatkan ini."Jevan? Kita liat nanti, ok? Ikutin alurnya aja dan aku nyaman sama William, itu point utamanya, jadi kalau sewaktu-waktu emang dia adalah pilihan yang salah, aku bakalan ninggalin dia jadi kamu gak perlu khawatir Jevan."

"Janji sama aku kalo ada apa-apa langsung kabarin?"

"Iya, janji."

Jevano tersenyum lalu mengangguk, tanpa sadar dari ujung koridor ada William dengan tangan memegang sekotak susu strawberry, tatapannya sangat dingin sekali bahkan lebih dingin dari itu.

Ningtyas datang sambil mengikuti arah pandang William, cemburu, iya benar William sedang cemburu. Sorot mata yang jarang ia lihat itu kembali ia lihat setelah sekian lama."kenapa?"

"Gak papa." William langsung masuk ke kelas, tadinya ia ingin memberikan sekotak susu vanilla untuk Kiara, mengingat gadis itu sangat anti sama yang namanya coklat jadi ya dia belikan rasa vanilla.

"Kasian anak gue baru jadian dah kebakaran aja hatinya."

Dream (Winrina ver) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang