..⃗. [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ
Bunga? Iyap, pemandangan itu akan berlangsung di musim semi ini. Nampak bunga-bunga sakura yang bermekaran indah.
Walaupun fana, namun bunga merah muda khas Jepang itu tak akan pernah terlupakan.
Begitupun dengan kejadian di musim semi kali ini.
Terlihat seorang gadis kecil bersurai hitam pekat tengah berjalan menyusuri jalanan. Senyumannya merekah sempurna lantaran di tangannya terdapat sebuah penghargaan yang menampilkan peringkat pertama dalam peraihan ranking.
Ia senang. Sangat senang. Karena ini pertama kalinya ia membawa piala. Wajahnya berseri-seri, langkahnya sedikit melompat-lompat karena kegirangan.
Berharap jika saat nanti sampai di rumah, kedua orang tuanya menyambutnya dan memberikan ucapan selamat serta kecupan di pipinya.
Namun, harapannya sirna dalam sekejap dikala kakinya terpijak di depan pintu rumahnya. Terdengar suara tamparan dan jeritan anak kecil yang kesakitan.
Tubuhnya bergetar, takut dengan suara kemarahan ayah dan ibunya. Tapi mau bagaimana pun, ia mana mungkin diam terus di depan pintunya hingga lembayung senja muncul.
"(Name) bisa. (Name) bawa piala besar," ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Tangan mungilnya meraih kenop pintu. Memutarnya hingga sang penghalang dunia luar dan dunia rumah terbuka. Suara derit pintu tersebutlah yang membuat masing-masing mata yang berada di ruangan tengah menatap kedatangannya.
"Kau." Sang ayah berucap sembari berjalan ke arahnya. "Kau masi ingat rumah?"
"Iya," jawabnya dengan datar. Kepalanya menunduk agar tatapan mereka tak saling bertemu.
"Ku kira kau sudah sadar jika kau hanyalah produk buangan keluarga Itoshi."
Gadis kecil itu tak mengindahkan ucapan sang ayah dan lebih memilih melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tapi baru saja dua langkah ia berjalan, sang ibu sudah menghalaunya.
"Apa yang kau bawa?" Tubuh sang ibu merendah. Menyamakan tinggi kepalanya dengan tinggi sang anak.
Nampak oleh sang anak wajah ibunya yang tersenyum namun memiliki arti lain dari kata bahagia. Detik itu, perasannya menjadi tak enak.
"Kau mendapatkan piala, sayang?" Nadanya melembut, tapi menimbulkan sensasi ngeri bagi sang empunya.
Tangan yang lebih besar darinya itu naik, meraih piala yang ia bawa dan menariknya. Tak semudah itu, karena (Name) menahan piala tersebut agar tak diambil oleh sang ibu.
"Ini punyaku!" serunya yang tak di dengar oleh sang ibu. "Jangan mengambilnya!"
"Punya mu?" Satu tarikan membuat pegangan gadis itu terlepas. Saat itu, piala di pegang oleh sang ibu.
Nafas (Name) tercekat saat tahu pialanya tak lagi berada di tangannya. Lantas lautan hijau tenang bergulir menatap piala yang kini berada di tangan ibunya.
"Kau bahkan tak pantas untuk mendapatkan ini."
Pialanya diangkat tinggi-tinggi, sebelum akhirnya benda penuh perjuangan itu dilempar dan membentur lantai dengan keras hingga beberapa bagiannya terlepas bahkan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Fanfiction❝𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐥𝐨 𝐦𝐚𝐮 𝐝𝐢 𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐢 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐢𝐧𝐢, 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐥𝐨 𝐥𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐭❞ -𝖨𝗍𝗈𝗌𝗁𝗂 𝖲𝖺𝖾 ❝𝐏𝐞𝐫𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐥𝐨 𝐜𝐚𝐧𝐭𝐢𝐤, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐠𝐚𝐤 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐚❞ -𝖨𝗍𝗈𝗌𝗁𝗂 𝖱𝗂𝗇 ❝...