˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙰𝚕𝚝𝚎𝚛𝚗𝚊𝚝𝚎 𝙴𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐

2.8K 229 9
                                    

..⃗. [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Hari, Minggu, bahkan bulan sudah berlalu. Namun, kesembuhan seorang Itoshi (Name) belum nampak. Justru keadaan tubuhnya semakin lama semakin melemah.

Beberapa organ dalam tubuhnya mengalami banyak kerusakan. Mulai dari efek kecelakaan bahan efek darinya yang terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan.

Kini, tubuh mungil nan kurus itu terbaring di atas ranjang putih. Di sisi kanan dan kirinya terdapat laki-laki bersurai ungu serta bersurai merah kecoklatan.

Sedangkan di sofa sana, terdapat sosok tiga laki-laki yang tengah terduduk dengan kepala mereka yang menunduk.

"(Name), tahan bentar lagi ya, cantik?" Tutur kata yang lembut itu terucap dari bibir seorang Itoshi Sae.

Dengan air mata yang tiada hentinya mengalir, serta kedua tangannya yang dingin, ia masih setia menggenggam erat telapak tangan sang adik yang begitu lemah.

"S-sakit..." ucap Si gadis dengan senyum tipis di bibirnya.

Hati Sae teriris melihat senyum sang adik yang tipis itu. Ia tak mampu berkata lagi disaat nyawanya di ujung tanduk bisa-bisanya dia tersenyum.

"Yang mana yang sakit, hmm?" Sae berusaha untuk tetap tegar mengucapkannya. Walau sebenarnya ia sudah tak sanggup berada di sini untuk menyaksikan wajah adiknya yang kesakitan.

"Semuanya, bang... Sakit..." jawabnya dengan suaranya yang lemah.

Nafas kemudian diambil untuk menetralkan degup serta perasaan. Tangan kembali di genggam dengan serta serta air mata kembali mengalir.

"Tahan bentar lagi ya? Bentarr aja, habis itu pasti gak akan sakit..." Semangat Reo yang berada di samping kirinya dengan tangan kecil sang gadis yang digenggam olehnya.

Dengan patah-patah gadis bersurai hitam itu menoleh ke samping. Berusaha keras untuk menatap wajah teduh milik Reo yang kini sudah terlihat sembab.

"Tapi aku udah gak kuat, Re. Ini sakitt banget..." jelas (Name) dengan suara lemahnya.

Reo menggeleng pelan. Ia menengadahkan kepalanya beberapa saat untuk menahan air matanya agar tak jatuh kembali.

"(Name)... (Name) mau sembuh kan?" Reo bertanya dan (Name) mengangguk. "Bertahan bentar lagi, okey?" lanjutnya.

Lalu helaan nafas keluar dari mulu kecilnya dengan perlahan-lahan sembari kedua telapak tangannya mengeratkan genggamannya sebagai bentuk pelampiasannya rasa sakit di tubuhnya.

Dua mata indahnya terpejam. Merasakan rasa sakit yang teramat sakit di sekujur tubuhnya.

"Nanti kalau (Name) sembuh, kita semua kumpul bareng." Reo mengeratkan genggamannya pada telapak tangan sang gadis. "Aku, Nagi, bang Sae, bang Rin, Ran, Rindou. Kita semua ngumpul bareng."

Ungkapan yang terucap dari bibir sang tuan mampu mengundang senyum tipis di bibir tipis yang pucat dan hampir mengering itu.

"Asal aku sembuh, ya?" tanya (Name) dengan suara lemah.

Semuanya yang ada di sana, Reo, Nagi, Sae, Ran, dan Rindou, terkecuali Rin, mengangguk.

"Asal lo sembuh, gue rela ngabisin waktu gue cuman buat lo doang," ucap Ran tiba-tiba muncul.

Lagi, senyum tipisnya kembali terukir. Dua garis lurus itu kembali melengkung walaupun sebenarnya ia sudah tak kuasa lagi hanya untuk sekedar tersenyum. Jiwa serta raganya kini sudah sama-sama sakit.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang