˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙽𝚒𝚗𝚎

2.9K 385 43
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian dimana Rin menemukan (Name) dalam keadaan yang mengenaskan. Awalnya laki-laki bermarga Itoshi itu tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik.

Namun sekarang, ia sudah mengetahui apa yang sudah terhadap adik perempuannya. Ia baru paham ketika seorang gadis datang ke rumahnya untuk membawa (Name) pergi dari kediamannya.

"Katakan padaku, dimana dia berada." Gadis itu masih setia bertanya demikian pada Rin. Gadis itu benar-benar ingin membawa adik perempuannya.

"Apa niat mu membawanya pergi? Kau ingin membunuhnya?" ucap Rin menebak-nebak.

Bola mata berwarna madu milik gadis itu berputar malas. Satu kakinya kemudian naik untuk membuat posisi menyilang.

"Kau ini selalu berburuk sangka dan juga, cepat beri tahu aku dimana anak bungsu keluarga ini di simpan," ucapnya dengan nada kesal.

Rin membuang nafas kasar. Ia tak mau memberitahu gadis asing itu.

"Sebelum aku memberi tahukan dimana dia berada, katakan juga niatmu untuk membawanya pergi," balasnya dengan ketus.

Gadis itu membuang wajahnya ke samping karena kesal. Dia menurunkan kakinya dan memajukan tubuhnya agar mendekat pada laki-laki itu.

"Kau ini memang pandai menjawab, ya. Benar-benar tak berpen–"

"Ada apa ini?"

Belum beres perkataan gadis itu terucap, suara laki-laki dari arah belakang memotong perkataannya. Membuat kepala sang gadis menoleh ke arah suara tersebut.

Iris madu miliknya menatap laki-laki bersurai merah kecoklatan yang berdiri tepat di belakang sofa.

"Oh, kau Si sulung Itoshi? Kebetulan sekali kau muncul sekarang," ucapnya dengan senyum terukir di bibirnya.

Laki-laki itu, Sae, beranjak pergi dan duduk di sebelah Rin. Iris hijaunya menatap gadis asing di depannya itu.

"Aku sudah melihat pesan mu. Untuk apa kau membawa anak itu pergi?"

Suara decakan lidah terdengar. Wanita itu dibuat kesal dengan pertanyaan yang tidak ada bedanya dari sebelumnya.

"Baiklah aku jelaskan. Tapi sebelum itu, perkenalkan aku adalah Aika."

Kedua mata Sae membola mendengar nama dari wanita itu. "Kau Aika si–"

"Sssttt. Bukan waktunya membahas itu. Kita mulai penjelasannya."

Gadis itu, Aika, berdeham sebelum mulai menjelaskan dan menyilangkan kakinya lalu mulai berbicara.

"Aku sudah mendengar bagaimana kabar yang dimiliki oleh adik kalian. Dia memiliki keakuratan yang bagus dan juga performanya yang tak jauh berbeda dengan keakuratannya ketika bermain voli."

Satu alis masing-masing dari manusia bermarga Itoshi itu terangkat heran.

"Kau berniat mendidiknya?" ucap Sae dan Aika mengangguk singkat.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang