..⃗. [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ
Pagi yang cerah, bukan berarti hari seorang gadis bermarga Itoshi akan ikut cerah. Tapi mendung.
Bagaimana tidak mendung. Pagi-pagi buta ia sudah mendapatkan sebuah tamparan dari sang ibu karena soal nilai.
Saat kemarin ia mengikuti ajang kejuaraan voli, saat itu juga pembagian rapot akhir semester satu kelas enam di bagikan.
Kali ini ia mendapat nilai delapan pada mata pelajaran matematika. Ia akui ada pelajaran itu ia tak sepenuhnya belajar.
Ia juga ingat kemarin malam. Dimana sang kakak, yakni Sae, hendak membuang penghargaan kejuaraan voli yang ia dapatkan. Beruntung saat itu ia dapat mengambilnya.
"Sialan lo anjing!" umpatnya ketika mengingat kejadian kemarin malam.
(Name) masih dalam kegiatan menumpahkan emosinya lewat air mata. Mengabaikan waktu yang kini sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.
Nampak kedua matanya membengkak dan menghitam karena sulit tidur. Dan juga kepalanya teramat pening karena belum tidur seharian ini.
"Gue capek berjuang malah berakhir gini. Gue gak berjuang juga, hasilnya sama. Terus harus gimana dong biar gue bisa di hargain sama keluarga?"
Satu pertanyaan itu keluar begitu saja dari dalam mulutnya tanpa ada jawaban yang menyahut. Ia tahu ini sudah malam, tapi ia juga ingin ada yang menjawab tiap-tiap pertanyaan yang selalu ia lontarkan.
Walaupun bukan manusia pun, ia tetap hargai.
"Ibu bilang, dia nyesel karena ngelahirin gue." (Name) mengambil nafas. Lalu berkata, "terus gue harus gimana? Gue juga gak minta dilahirin ke dunia ini."
Tetes-tetes cairan bening itu mulai mengalir kembali dari pelupuk matanya. Ia benar-benar lelah untuk hari ini. Ia bisa saja tidur dan beristirahat, tapi itu semua tak cukup. Mau berjam-jam ia tidur, saat bangun hanya akan ada rasa lelah yang tidak akan pernah hilang di dalam hidupnya.
(Name) kemudian beranjak dari posisi duduknya, lalu mengambil beberapa pil obat-obatan dalam jumlah yang tak sedikit.
Merasa cukup, (Name) langsung memasukkan pil-pil obat itu ke dalam mulutnya dan menelannya dengan bantuan air minum.
Beberapa detik kemudian, ia merasakan rasa tenang dan rasa peningnya mereda. Tak seperti sebelum yang sudah seperti di tusuk-tusuk oleh jarum.
"Huftt...." Nafasnya dibuang perlahan.
Gadis itu kemudian pergi menuju kamar mandi dengan membawa handuknya. Kali ini ia sengaja mandi lebih awal dan akan pergi lebih awal juga.
Lima menit ia habiskan untuk mandi dan lima belas menit ia gunakan untuk memasak sarapan dan bekal. Cukup sulit memasak ketika penghuni rumah masih tidur. Karena takut membangunkan para penghuni yang masih terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Fanfictie❝𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐥𝐨 𝐦𝐚𝐮 𝐝𝐢 𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐢 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐢𝐧𝐢, 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐥𝐨 𝐥𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐭❞ -𝖨𝗍𝗈𝗌𝗁𝗂 𝖲𝖺𝖾 ❝𝐏𝐞𝐫𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐥𝐨 𝐜𝐚𝐧𝐭𝐢𝐤, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐠𝐚𝐤 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐚❞ -𝖨𝗍𝗈𝗌𝗁𝗂 𝖱𝗂𝗇 ❝...