˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙴𝚕𝚎𝚟𝚎𝚗

2.6K 382 13
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Setangkai bunga mawar merah berhiaskan pita berwarna senada diletakan di atas sebuah papan kayu putih di dalam suatu ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setangkai bunga mawar merah berhiaskan pita berwarna senada diletakan di atas sebuah papan kayu putih di dalam suatu ruangan.

Nampak pula wajah ayu seorang gadis bersurai hitam tengah menatapi sesosok wanita paruh baya yang terbaring lemah dengan keadaan mata tertutup di atas sebuah ranjang.

Iris bluish green miliknya menatap sendu wajah tirus sang ibu yang telah terlelap beberapa menit yang lalu.

Rasa sesak kian menjalar di dadanya. Hendak sekali tangannya menggapai wajah sang surga dan mengelusnya sembari mulutnya mengucapkan kata 'maaf'.

Namun apalah daya. Dirinya ini tak pantas hanya untuk sekedar mengucapkan 'maaf' padanya. Apalagi menyentuh dan membelai pipinya itu.

"Ibu, bentar lagi (Name) udah mau lulus. Ibu gak mau lihat nanti (Name) maju ke depan buat ngambil penghargaan yang di kasih ke (Name)?"

Suara serak itu menghiasi ruangan serba putih itu. Hanya ada suara dirinya dan juga suara nafas teratur milik sang ibu.

"Ibu, (Name) selalu pengen. Kalau nanti pas lulus, (Name) pengen di peluk sama Ibu, terus di cium pipinya, sambil ibu ngomong."

Dua irisnya menutup rapat. Menahan air matanya agar tak jatuh. Rasa sesak semakin terasa di dalam sana. Membuatnya kesulitan walaupun untuk mengambil nafas.

"Ibu ngomong, 'Ibu bangga punya anak kayak (Name).'"

"Bisa gak ya (Name) dapetin nanti pas acara kelulusan?" akhir katanya dengan suaranya yang bergetar menahan tangis.

Saat ini jiwanya tahu jika sang pemilik tubuh tengah merasa sedih. Air mata meluncur bebas dari pelupuk matanya. Namun dengan cepat telapak tangan sang gadis menghapusnya.

"(Name) tinggal dulu ya? Nanti abang Sae datang ke sini," ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan sang ibu.

Kaki jenjangnya berjalan menyusuri tiap-tiap lorong yang membawanya pergi menuju dunia luar. Udara khas kota Jepang terasa kembali usai rasa dingin khas rumah sakit menguasai tubuhnya.

Kedua kakinya membawa dirinya pergi ke sebuah taman yang ramai dengan anak-anak kecil. Iris indahnya tak pernah bosan memandangi anak-anak kecil yang berlarian dengan bahagia.

Ingin rasanya ia seperti itu. Namun umurnya tak pantas mencerminkan dirinya yang demikian.

Saat itu, iris indahnya menangkap sepasang kakak beradik yang benar-benar akur. Terbesit di pikirannya, apakah dirinya bersama kedua kakaknya bisa seperti itu? Selain pemandangan akur, ia juga melihat keluarga yang begitu hangat.

Oh tuhan, kenapa banyak hal manis di depannya?

'Ting!'

Suara notifikasi di ponselnya membuat perhatiannya beralih. Dibukanya lock screen ponselnya, nampaklah ruang chat antara dirinya dengan Aika.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang