˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙵𝚘𝚞𝚛𝚝𝚎𝚎𝚗

2.6K 377 173
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Pandangan kosong tanpa objek dapat terlihat dari lautan hijau milik sang gadis cantik yang kini tengah terduduk di depan sebuah jendela apartemen yang menampakkan jalanan kota Jepang pada sore itu.

Tatapannya menatap sendu langit lembayung yang sebentar lagi akan gelap. Usai menatap sang nabastala, irisnya menatap sosok laki-laki bersurai ungu yang tengah berjalan mondar-mandir di ruangan tengah apartemennya.

(Name) tak mengerti apa yang terjadi pada laki-laki itu. Yang pasti, laki-laki itu tengah gabut karena tidak ada satu kegiatan yang dapat mereka berdua lakukan.

"Kenapa Re? Nyari Nagi?" tanya (Name) karena sudah lelah dengan kelakukan Reo.

Laki-laki menggeleng. "Gak, aku lagi nyari ponsel aku," jawabnya dengan nada resah.

(Name) kemudian beranjak dari duduknya dan ikut membantu Reo untuk mencari keberadaan ponselnya. Gadis itu pergi ke segala penjuru ruangan di apartemennya. Namun nihil, ia tak menemukan ponsel temannya itu.

Pencarian berlanjut hingga beberapa menit. Dan puncak komedi ketika (Name) menemukan ponsel milik Reo.

"Itu, ponsel kamu." Jari telunjuknya menunjuk ke arah ponsel milik Reo.

Reo melirik ke arah yang ditunjukkan oleh (Name). Jari telunjuknya menunjuk ke arah tangannya. Dan benar, ponselnya sedari tadi di genggam oleh dirinya.

Ketika sudah mengetahui dimana keberadaan benda pipih tersebut, Reo tertawa renyah sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hehehe. Maafin, aku gak konsen," ucapnya. (Name) memutar bola matanya malas. Gadis itu kemudian duduk di sofa panjang yang disana berada Nagi yang sedang tertidur pulas.

Ia pandang wajah tenang milik Nagi yang tengah tertidur. Lalu tanpa perintah tangannya naik untuk mengelus surai putihnya yang berantakan itu. Menyisirnya, bahkan menjepitnya menggunakan jepitan rambut.

Reo yang melihatnya, terkekeh pelan. "Aku ada pertanyaan buat kamu," ucap Reo membuat (Name) mengehentikan kegiatannya.

Kepala sang gadis menoleh dan membuatnya menatap tepat pada iris ungu sang lelaki.

"Apa?"

Sebelum menjawab, Reo mengeluarkan secarik kertas yang disana bertuliskan surat persetujuan untuk pendonoran jantungnya.

Melihat kertas tersebut, kedua iris hijau lautnya membola sempurna. Dengan cepat ia menariknya, namun Reo yang mempunyai refleks yang cepat, langsung mengangkatnya ke udara.

"Reo! Dari mana kau mendapatkan itu?" tanya (Name) dengan wajah resah.

"Aku tak akan menjawabnya sebelum kamu menjawab pertanyaan ku, (Name)," jawab Reo yang membuat (Name) mendesah resah.

"Baiklah, aku akan menjawabnya."

Kemudian Reo menyimpan kertas tersebut di atas meja. Ia beringsut dari posisinya sekarang agar mendekat dengan (Name). Dan tanpa persetujuan dari sang gadis, Reo menyentuh kedua telapak tangan (Name) yang tengah menyatu di atas paha.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang