˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝚃𝚠𝚎𝚕𝚟𝚎

2.6K 374 41
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Hari ini merupakan hari bahagia bagi para murid-murid yang dapat merayakan kelulusannya bersama keluarga mereka.

Kesenangan itu semuanya murid rasakan. Terkecuali (Name). Ia kini berdiri di tengah-tengah lautan manusia yang tengah berbahagia dengan sanak keluarga.

Rasa iri miliknya semakin besar akan keluarga manis dan harmonis itu. Ingin sekali ia rasakan disaat seperti ini.

Saat itu, iris hijau lautnya menatap sosok sang kakak pertama dan keduanya yang berbincang dengan kedua kaki mereka yang berjalan mendekatinya.

'Ayo, hampiri aku. Peluk aku, dan katakan 'selamat' untuk ku.'

Namun, batin seorang bungsu Itoshi telah salah mengira. Bukan sebuah kata selamat yang ia dengar atau bahkan gerakan sapaan. Namun kedua kakaknya itu melewatinya begitu saja.

Hatinya sakit menerima kenyataan itu. Kemudian kaki kecilnya melangkah cepat meninggalkan kerumunan manusia itu. Ia pergi entah kemana. Ia butuh kesendirian kali ini.

Kakinya memacu cepat. Mengabaikan tatapan orang-orang padanya. Hingga saat itu sebuah bidang ia tabrak dengan tak sengaja. Membuatnya sedikit berjalan mundur ke belakang.

"Kenap– (Name)?"

Dua bola mata indah itu membola sempurna. Saat itu, tubuhnya ia tarik juga untuk mendekat ke arah wanita yang tak lain adalah Nyonya keluarga Haitani.

(Name) memeluknya erat dengan kedua matanya yang meneteskan air matanya karena tak dapat terbendung lagi.

Tangan sang ibu dari Haitani bersaudara itu naik, mengelus lembut punggung sang gadis yang rapuh itu.

"Anak gadisnya Ibu kenapa hm?"

"Kok nangis. Kenapa, sayang?"

Tangan lembutnya kini beralih untuk mengelus-elus pucuk kepala sang gadis tercintanya sembari sesekali menciumnya. Pelukannya semakin erat ketika tangisnya semakin menjadi.

Sang nyonya Haitani itu sudah tahu bagaimana acara kelulusannya berlangsung. Ia sudah tahu betapa sedihnya gadis itu ketika tiada satupun manusia yang menghampirinya di tengah-tengah lautan makhluk berakal itu.

Bahkan kedua kakaknya hanya asyik dengan dunianya sehingga lupa bahwa adik perempuannya sudah lulus dan  mengharapkan sebuah ucapan 'selamat' dari mereka.

"Gak pa-pa sayang. Keluarin aja semuanya, jangan di pendem. Mau teriak juga gak pa-pa."

"Keluarin semuanya," tukasnya dengan lembut.

Ketika tengah asyik menumpahkan segala perasannya untuk hari ini, tiba-tiba Ran dan Rindou datang dan menghampiri mereka berdua. Kehadiran mereka berdua mengganggu suasana sedih itu.

"Yaelah, kok nangis sih di hari kelulusan. Harusnya seneng dong, jangan sedih," ucap Rindou sembari mengacak-ngacak rambut hitamnya.

"Riinn!! Jangan di acak-acak ih!" (Name) menepis kasar tangan besar milik Rindou dari atas kepalanya.

"Ouchh! Maaf maaf sudah membuat rambut tuan putriku acak-acakan."

Rindou saat itu merapihkan kembali surai indah milik (Name) hingga seperti semula. Ia mengeluarkan cengiran khasnya lalu menyodorkan sebuah tote bag yang entah berisi apa kepada (Name).

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang