˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝚃𝚎𝚗

3K 400 145
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Satu bulan telah berlalu semenjak kejadian dimana ia dirawat oleh seorang Aika. Seorang gadis yang kini menjadi pelatihnya di dunia voli.

Kesehariannya perlahan mulai berubah. Dari yang biasanya selalu diam di kamar dan selalu tidur, kini dirinya sudah memulai aktivitas di luar rumah. Mulai dari workout, berlatih voli, bahkan pergi berjalan-jalan bersama Aika.

Selain itu juga, Aika sering membawa anak bungsu keluarga Itoshi itu pergi berkonsultasi ke psikolog. Mengingat bagaimana masa lalunya yang begitu kelam dan menyisakan banyak misteri.

Meskipun sering berkonsultasi dengan psikolog, traumanya terhadap orang-orang yang berada di dekatnya belum menghilang. Terlebih lagi setelah kejadian dimana ia diperkosa oleh ayahnya sendiri.

Ingin rasanya ia menghancurkan ayahnya. Namun dengan kondisinya yang masih belum pulih seutuhnya, membuatnya tak bisa melakukan langkah dalam menguak kebusukan keluarganya itu.

"(Name), kau melamun lagi?" Aika memegang kedua bahu sang gadis. Membuatnya tersadar dengan apa yang ia lakukan.

"A-ah, maaf Kak," ucapnya sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Aika membuang nafas kasar. Akhir-akhir ini dirinya selalu melihat (Name) yang selalu saja melamun. Mulai dari ketika bangun tidur, makan, mandi, bahkan ketika ia berjalan dan berakhir tersandung.

Dia khawatir jika (Name) memiliki masalah lain selain masa lalunya yang sudah ia dengar dari psikolog tiap kali mengantar anak didiknya untuk berkonsultasi.

"Ayo kita lanjut lagi latihannya," ajak Aika yang berjalan menjauh dari tempat duduk.

Kemudian latihan voli berlanjut hingga menjelang malam. Mengingat jika banyak evaluasi dari tiap-tiap gerakan serangan milik (Name). Selain menyempurnakan gerakannya, Aika juga melatih fisik sang gadis ketika mereka libur workout.

Kini mereka sudah menyelesaikan latihannya dan pergi untuk pulang dan membersihkan diri dari keringat yang lengket di tubuh mereka.

Usai dari membersihkan diri, mereka lanjut untuk melakukan makan malam di ruangan tengah dengan memakan mie ramen buatan Aika yang super pedas.

"Kau mau melanjutkan sekolah mu lagi?" Aika bertanya kepada (Name) ketika ia ingat perkataan gadis itu ketika di jalan tadi.

(Name) mengangguk sembari menguap masuk mie ramen ke dalam mulutnya. "Benar, sangat sayang jika aku tidak melanjutkannya lagi. Terlebih lagi, sebentar lagi kan kelulusan, Kak," ucapnya.

Aika diam sejenak. Benar apa katanya. Sudah hampir satu bulan lebih gadis itu menghilang dari sekolahnya. Dan juga, ia ingat jika anak didiknya itu akan segera memasuki bangku sekolah menengah pertama yang pastinya memerlukan ijazah.

Mungkin Aika bisa dengan menyogok guru-guru di sekolah yang (Name) inginkan, tapi gadis itu tak semudah itu menerimanya. Mengingat jika gadis itu juga punya sifat keras kepala yang sebelas dua belas kerasnya dengan batu.

"Jika mau melanjutkan tak pa. Asalkan kau bisa menjaga dan mengendalikan dirimu saat di sekolah nanti," ujar Aika.

Dia berkata demikian karena ia selalu ingat bagaimana jika gadis itu lepas kendali bila traumanya kambuh. Kepalanya selalu dibenturkan dengan keras hingga berdarah atau bahkan berani menyayat tangannya.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang