Selamat membaca
Taehyung mengirimkan pesan ke Rosé namun belum juga mendapatkan balasan. Hari ini dia pulang, ada amarah diwajahnya bukan karena Rosé tidak membalas pesannya tapi lebih kepada pihak pemerintah.
Permasalahan tidak ada pengawal dari pemerintah sudah didengar ke telinga Taehyung. Sebenarnya itu tidak sengaja dia mendengarnya saat manajer Oppa dan tim dari agensi YG minta mengadakan pertemuan.
Pihak YG ingin menyampaikan kekecewaan mereka dan berdiskusi ulang karena artis mereka yang dirugikan.
"Sejak awal aku memang kurang percaya dengan pihak pemerintah, lihat sekarang?!" Akhirnya amarah Taehyung meluap, dia menatap tajam manajer Hyung.
"Aku tidak tahu akan begini, kita akan rapat nanti saat pulang. Kamu bisa meluapkan amarah pada mereka." Menghela napas itu yang manajer Hyung lakukan karena kejadian ini benar-benar diluar kendalinya. Menenangkan Taehyung dalam keadaan marah dan panik juga bukan hal yang mudah, jadi hanya bisa mengumpat dalam hati pada pihak pemerintah.
"Tidak ada rapat sebelum aku bertemu dengan Rosé dan tahu keadaannya, berani melaksanakan jangan harap aku akan menuruti permintaan pihak pemerintah." Taehyung melenggang keluar kamar hotel untuk menuju mobil yang akan membawanya ke bandara.
"Sudah terjerat pesonanya ternyata, dasar tsundere." Manajer Hyung menggelengkan kepala dan segera menyusul Taehyung.
**
Ada beberapa pesan dari Taehyung namun Rosé tidak membuka dan tidak ada niatan untuk membalasnya. Setelah tadi manajer Oppa mengantarkan Rosé sampai depan unit apartemennya, dia langsung mengeluarkan isi kopernya.
Kemudian mengganti isi kopernya dengan baju yang lain, apartemen hanya Rosé jadikan singgah dan berganti pakaian setelah itu dia akan pergi. Mungkin setelah ini manajer Oppa akan kebingungan karena perjalanan kali ini Rosé merahasiakannya.
"Fuck you!" Umpat Rosé saat melihat komentar untuk dirinya. Mencoba membentengi diri agar tidak bertemu lagi dengan psikolog.
*
Taehyung sampai di Korea sore hari, dia menahan diri untuk tidak langsung menuju apartemen Rosé. Tubuh ingin beristirahat namun pikiran Taehyung menolak itu, dia hanya ingin kabar dari Rosé.
Sudah menghubungi manajer Oppa dan diberi jawaban namun tetap saja rasa belum tenang jika bukan Rosé yang menjawab.
Merebahkan badan di sofa dengan mata terus melihat jam agar bisa segera pergi menemui Rosé. Pesan yang Taehyung kirim tak kunjung mendapatkan balasan, telepon juga tidak dijawab.
Taehyung kembali menghubungi manajer Rosé untuk menanyakan keadaan kekasihnya itu.
Apa Rosé baik-baik saja?
16.58Teleponku tidak
Dijawab
Tapi tadi aku
Menghubungi
Kakaknya, dia
Bilang Rosé
Tidur
17.03Baiklah, aku akan
Ke apartemennya nanti
17.05Hati-hati
Jangan sampai
Muncul berita lagi
17.15Tentu
17.17Perasaan Taehyung sedikit lega saat tahu Rosé kekasihnya itu sedang tidur. Itu cara yang baik ketimbang membuka ponsel dan melihat portal berita.
Walaupun pergi nanti Taehyung tidak lupa mengabari Rosé bahwa dia akan datang, tidak lupa menanyakan ingin dibawakan apa. Namun hingga malam dan Taehyung sudah akan berangkat Rosé tak kunjung membalas pesan darinya.
*
Mengetuk pintu apartemen Rosé beberapa kali namun tidak kunjung dibuka. Kombinasi angka yang Taehyung ingat sebagai kata sandi apartemen Rosé pun tidak lagi berfungsi.
Telepon Rosé menyambung hanya daja tidak kunjung diangkat. Taehyung mulai panik sekarang, dia hanya berharap Rosé tidak melakukan hal bodoh. Percobaan terakhir menggunakan sidik jarinya jika gagal maka Taehyung akan minta bantuan pada pihak apartemen walaupun sedikit merepotkan.
Tin
Untungnya berhasil tanpa basa-basi Taehyung segera masuk dan meneriakkan nama Rosé tapi tidak kunjung ada jawaban. Terdengar bunyi ponsel di ruang tamu saat Taehyung mencoba menghubungi dan ternyata itu milik Rosé.
Sayangnya Taehyung sama sekali tidak tahu kata sandi ponsel milik kekasihnya itu, sidik jarinya pun belum terdaftar. Ada beberapa pesan darinya dan manajer Oppa. Segera saja Taehyung menghubungi manajer Oppa, mungkin saja tahu. Sebelum itu Taehyung mencari-cari Rosé lagi hingga ke kamar yang ada pakaian berantakan.
Tidak adanya koper yang kemarin Rosé gunakan serta baju-baju yang berserakan itu baju yang sebelumnya Rosé pakai di New York.
Rasanya darah Taehyung sudah mendidih sekarang hanya karena manajer Rosé lama sekali mengangkat telepon.
"Kalian pergi kemana?!" Taehyung dengan nada yang cukup tinggi berhasil membuat manajer Oppa kebingungan.
"Kalian siapa?"
Jelas saja kebingungan manajer Oppa bahkan sekarang di agensi untuk berbicara mengenai hal tadi di bandara."Rosé tidak ada di
Apartemen! Ponselnya
Pun ditinggal! Tolong
Jawab saja kalian
Kemana?!"Taehyung mengacak-acak rambutnya
Karena dia benar-benar gusar sekarang. Setidaknya jika memang Rosé pergi dengan manajer Oppa maka Taehyung tidak perlu takut.Hanya saja jika Rosé pergi sendiri atau paling buruk ada yang menculiknya maka Taehyung tidak akan tinggal diam.
"Demi Tuhan!
Aku di agensi, dia
Tidak ada bilang
Akan kemana.
Sebentar aku hubungi
Kakaknya."
Setelah itu sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh manajer Oppa.Taehyung juga coba menghubungi member manajernya untuk ikut serta mencari keberadaan Rosé, dia benar-benar takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kekasihnya itu.
Dengan keberanian atau lebih tepatnya panik Taehyung menghubungi Jisoo member tertua Blackpink. Sambungan telepon yang tidak begitu lama dan jawaban yang diberikan sungguh memuakkan.
"Tidak bersamaku,
Biar aku coba hubungi.""Kalau begitu
Terimakasih."
Tidak sopan lagi karena langsung dimatikan begitu saja oleh Taehyung tanpa menunggu jawaban dari Jisoo.
"Kamu dimana sayang?" Taehyung menatap sendu pada foto Rosé yang dia ambil secara diam-diam empat bulan lalu, saat mereka kencan di apartemen sambil memasak makan malam.
TBC
Gimana kabar kalian?
Kalau kurang feel maaf yoo, masih adakah yang menunggu kelanjutannya?
Cerita ini tidak akan berlarut-larut seperti fate.
Sejujurnya nulis ini sangat menguras mood aku.
Silahkan tinggalkan komentar dna vote.
Semangat semuanya, selamat malam Minggu 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE RELATIONSHIP
Fanfiction©lalananadada 2022 Dalam benakku selama ini hubungan kita sesuatu yang nyata, mengingat akan bagaimana kamu memperlakukanku namun pada kenyataannya hubungan kita tidak lebih dari sebuah kepalsuan.