30. Tea Party

2K 217 15
                                    

“Kalau begitu, kerjasama apa?”

Tak pernah terpikirkan dalam benak Delina bahwa laki-laki ini akan menampakkan raut wajah licik seperti ini. Yang Delina tahu, dia adalah laki-laki lurus yang sangat dicintai Senora.

“Kau tunangan Putra Mahkota bukan?”

“Y-ya….” jawab Delina ragu. Jujur saja, Delina mulai takut dengan Rion.

“Sebagai tunangannya, kau memiliki akses lebih luas di istana ini. Aku ingin kau mengambil buku tahunan Putra Mahkota di ruang kerjanya. Kalau tidak salah, dia selalu menyimpannya di brangkar. Itu yang ku tahu dari pelayan. Bagaimana? Kau sanggup?”

“U-untuk apa kau menginginkan benda itu?” tanya Delina takut.

“Sssst, kau tidak berhak tahu lebih dari ini,” ucap Rion. Siluetnya tampak mengerikan. Beridiri di belakang bulan bersinar. Matanya seolah berbinar dengan sdibumbui seringai. Ah, Delina sadar! Ia tidak bisa melawan orang ini. kalau ia tetap nekat. Entah leher atau bagian tubuh lainnya yang jadi korbannya.

“Ba-baiklah….”

“Tapi!”

“A-aku tidak bisa menjanjikannya dalam waktu dekat. Kau tahu bahwa aku dan Putra Mahkota belum sepenuhnya dekat.”

“Tidak apa. Yang penting kau dapat benda itu.”

Begitulah dua orang ini saling terikat. Terikat dalam kerjasama yang akan menjadi boomerang bagi salah satunya.

***

“Apa Nona ingin aku membuka jendelanya?” tanya Caroline.

“Humm, tolong ya.”

Semilir angin menerpa helaian rambut Senora. Sangat sejuk dan nyaman. Ah, mungkin karena sedang musim semi. Bunga-bunga di taman pun sedang cantik-cantiknya bermekaran.

Sudah seminggu sejak kejadian yang hampir merenggut nyawa Senora. Saat ini ia sedang dalam masa pemulihan.

“Hah, rasanya bosan,” gumam Senora.

“Nona bilang sesuatu?” sahut Caroline salah paham.

“Tidak. Bukan apa-apa.”

Andai saja Rion ada di sini, pasti setiap hari akan terasa menyenangkan. Sayangnya Rion harus menunaikan kewajibannya sebagai Duke sekaligus memantau keamanan Negara. Dari pada di rumah, Rion lebih banyak pergi ke luar.
Melihat majikannya terus menghela nafas bosan. Caroline yang sudah tergila-gila dengan Senora ini memutuskan untuk menyampaikan surat-surat. Mungkin dengan begitu Nonanya bisa kembali bersemangat. Mengingat dulu, Nonanya bisa tersenyum lebar saat berbalas pesan dengan seseorang.

“Nona, saya membawakan surat. Mungkin ini bisa menghilangkan rasa bosan Nona.”

Diliriknya surat yang tidak hanya satu itu. matanya memicing, kenapa bisa sebanyak itu? batinnya dalam hati.

“Terimakasih Carol—hm?”

Tanpa diperintah, fokus Senora reflek melihat stample pada salah satu surat dengan motif bunga anyelir. “Ini kan….”

Tidak salah lagi! Ini lambang keluarga Marquess Helion. Senyum Senora mengembang samar. Shita Helion termasuk teman dekatnya di pergaulan kelas atas.

“Undangan tea party?” gumam Senora.

Ah, mungkin ini bisa menghilangkan rasa jenuh. Apa salahnya kembali ke dunia social setelah vakum beberapa bulan?

Ya, semenjak menikah. Senora tak sekali pun menghadiri undangan para Lady yang mengadakan tea party. Ia fokus beradaptasi di kediaman Duke. Kembali beraktivitas di dunia social sepertinya tidak buruk juga. Toh, Rion tidak pernah melarangnya.

Imperial Flower (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang