Sang matahari padam ditelan kabut hitam. Gulungan awan mendung tampak di ujung sebelah barat kekaisaran. Begitu kelam dan mencekam. Angin menghempas butiran debu. Hanyut entah kemana.
Seolah bumi tahu. Satu diantara makhluknya telah berpulang.
"Berita duka!"
"Berita duka!"
"Berita duka!"
Seorang pemuda berlarian mengitari area penduduk. Mengabari kabar tak sedap yang datang dari istana. Sambil berderai air mata ia berlari. Mengundang pemilik tiap pintu rumah untuk membukanya.
"Kabar duka!"
"Sang matahari telah pergi. Pergi ke sisi Dewi Urania."
"Sang matahari telah berlayar ke sungai amerta."
"Kaisar Ardhan Lionel telah menjumpai peristirahatan terakhirnya," teriak lantang disertai tangisan oleh pemuda itu.
Semua orang terkejut. Pagi itu Lionel dibanjiri oleh tangisan. Tangisan yang menyiratkan kesedihan dan kemunafikkan.
Semua bangsawan berkumpul di altar. Menyaksikan proses pemakaman Ardhan Lionel. Tempat lapang itu dibanjiri warna hitam. Warna yang menyiratkan kematian.
Tak ada yang abadi di dunia ini. Pada akhirnya yang hidup akan mati. Hanya kenangan yang mampu menghidupkan orang mati. Mereka akan kekal selamanya dalam ingatan. Ya, setidaknya itu yang akan Senora lakukan.
Kata orang, Dewa akan mengambil bunga paling indah mekarnya. Bagi Senora, Ardhan Lionel adalah kaisar lembut yang tulus mencintai rakyatnya. Walau di belakang itu semua Senora yakin banyak fraksi yang mencoba melengserkannya.
Beginilah hidup menjadi orang nomor satu di negeri ini. Meleleahkan sekali bukan? Setidaknya itu yang Senora rasakan. Ia sendiri pun heran dengan kedua orang di sana. Kenapa mereka tergila-gila menjadi orang nomor satu?
Mata indah itu melirik sosok Agares dan Rion. Kandidat kaisar selanjutnya. Kira-kira siapa yang akan meneruskan perjuangan Ardhan?
Hah, kalau dilihat dari segi potensi, Agares mampu membawa negeri ini ke puncak masa kejayaannya. Melalui pikirannya yang manipulative itu ia mampu mengontrol banyak bangsawan dengan mudah. Hanya saja, ia cenderung mengabaikan rakyat kecil. Karena pada dasarnya ia bergerak atas keuntungannya sendiri.
Sedangkan Rion, dia punya jiwa sosial yang tinggi. Rasa welas asihnya terhadap sesama manusia membuat dirinya pantas disebut pemimpin sejati. Hanya saja, Rion tak begitu berpengalaman mengatur bangsawan.
Keduanya memiliki kelebian dan kekurangannya sendiri. Lalu, tanpa Senora sadari. Dua laki-laki yang kelak menjadi kandidat itu sedang jatuh cinta padanya. Poros penentuan ada di tangan Senora. Siapa yang hancur dan siapa yang akan menang.
Kegiatan pemakaman telah usai. Para pelayat satu persatu meninggalkan altar seraya menaruh bunga krisan di depan peti. Senora masih jejak berdiri di tempat semula. Memantau dari jauh sosok Agares dan Rion di depan sana.
Ah, ini pertama kalinya Senora melihat mata sembab Agares. Begitu pun Rion, sekembalinya dari istana dini hari tadi. Ia langsung lunglai di pelukan Senora. Mereka tidak sedang baik-baik saja. Kepergian Ardhan begitu mengguncang batin mereka.
Bagaimana tidak?
Ardhan adalah sosok Ayah pengganti bagi Rion. Walau sering berselisih pendapat namun bagi Agares sosok Ardhan adalah Ayah terbaik yang tak pernah memaksakan kehendaknya.
Giliran Senora menaruh bunga krisan. Di depan sana Agares memandangi Senora dengan tatapan sendu. Senyumnya terpaksa mengembang. Tidak pernah Senora lihat sosok Agares yang seperti ini. Walau sukar diakui tapi….

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Flower (END)
Chick-LitLady Senora Vermilion dikenal sebagai bunga dari kekaisaran. Kesempurnaan seolah menyelimuti kehidupannya. Setiap laki-laki akan jatuh cinta dan setiap perempuan akan iri dengan posisinya. Ya, begitulah pandangan semua orang. Tidak ada yang tahu den...