33. Obat Perangsang

4.3K 298 12
                                    

“Selamat datang suami ku. Apa pekerjaan mu berjalan lancar?” sambut Senora ramah. Seperti tak terjadi apa-apa. Mata sembab yang seharusnya menghiasi wajah cantiknya sudah padam berkat kompresan.

“Humm, ada beberapa kendala tapi sudah teratasi dengan baik.”

“Syukurlah. Ah, apa Duke lapar? Aku membuatkan makan malam untuk mu.”

“Kau?”

“Humm,” angguk Senora semangat.

Rion memperhatikan jemari Senora yang terbungkus oleh beberapa perban kecil. Ditambah lagi pergelangan tangannya belum sepenuhnya sembuh akibat insiden di rumah keluarga Helion waktu itu. dibanding senang, Rion jadi semakin bersalah.

“Memang kemana para pelayan? Apa mereka tidak menjalankan kewajibannya dengan baik?!” dengus Rion seraya melirik sekitar.

“Bukan begitu. Jangan salahkan pelayan. Aku memang inisiatif membuat makan malam sendiri. Ini pengalaman yang menyenangkan,” cengir Senora.

“Hah, menyenangkan apa? Lihatlah tangan mu!” keluh Rion frustasi. Ia menyugar rambutnya ke atas sebelum meraih tangan kanan Senora. “Aku tidak mau tangan halus ini terluka.”

“….”

Dalam diamnya Senora memasang wajah datar. Kata-kata itu sungguh manis dan menjebak. Beruntung Senora dapat mengandalkan ekspresi muaknya dan tersenyum kembali. Oh dan juga, bukan tanpa sebab Senora sengaja memperlihatkan jemarinya yang terluka. Ia ingin membuat Rion merasa bersalah. Yah, itu pun kalau dia masih punya perasaan!

“Tidak apa Duke. Jika demi suami ku. aku akan melakukan apapun untuk membuat mu senang.”

NYUT!

Kerut Rion semakin dalam. Rasa sakit dadanya tiba-tiba menghujam tanpa sebab. Ia pernah bilang bukan? bahwa kian hari dirinya merasa menyesal telah memperalat Senora. Apalagi setelah mengetahui perlakuan buruk keluarganya.

Rion akui, saat itu dirinya dikelabuhi oleh perasaan kecewa. Rasa cintanya dibalas oleh dusta. Tapi, semakin ditelusuri, semakin Rion sadar. Itu bukanlah kehendak Senora. Agares lah yang memanfaatkan kepolosannya. Dan kini, Rion bertindak sama seperti Agares. Itu sebabnya ia merasa menyesal. Ia tak jauh berbeda dengan Agares.

“Senora….”

“Ya?”

“Akhir pekan ini. Maukah kau berlibur bersama ku?”

Mata Senora berbinar. “Benarkah?”

“Humm, kau mau?”

“Tentu! Aku sangat menantikan liburan berdua dengan mu, hehe.”

Hati Rion menghangat. Senyum ceria itu bagai matahari. Sangat cerah dan murni. Sejak awal, dirinya memang pernah dibuat jatuh cinta oleh wanita ini. Mungkin sebenarnya perasaan itu tidaklah menghilang. Hanya tertutupi kabut kecewa beberapa saat.

“Apa kau punya rekomendasi tempat yang ingin dikunjungi?”

“Emh…. aku tidak begitu mengerti karena jarang keluar rumah. Kemana pun itu aku akan senang. Karena ini pertama kalinya Duke Rion mengajak ku berlibur.”

Senyum Rion mengembang miris. Ah, dia semakin merasa bersalah. Mungkin hanya di kediaman ini dia dapat tersenyum cerah.

“Baiklah,” ungkap Rion. Mereka pun melanjutkan makan malam bersama setelah Rion selesai membersihkan diri.

***

Di sudut bagian bumi lainnya. Agares memandang langit bergemul awan mendung. Pikirannya masih sama. Tertuju pada satu nama. Si pemilik manik seindah permata.

Imperial Flower (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang