28. Panik

2.5K 264 20
                                        

PLAK!

Tangan itu ditepis. Entahlah, Senora reflek melakukannya. Sumpah demi apapun, Agares tidak boleh memiliki perasaan itu. Karena Senora yakin. Ke depannya hanya akan ada obsesi dan kegilaan!

Ya, sejak awal hubungan ini tidak sehat! Senora hanya akan memperpanjang penderitaannya. Apalagi mereka telah terikat oleh seseorang.

Senyum itu digantikan seringai. "Senora.... kau tau apa yang baru saja kau lakukan?"

"A-Agares. A-aku mencintai Duke Rion."

"Sssstt jangan mengatakan perasaan mu dengan mudah. Aku bisa melakukan hal tidak manusiawi untuk menyingkirkan cinta mu itu

Senora menatap tajam tanpa suara. Dari tatapan itu jelas sekali kecaman terlontar walau tak ada sebaris kata pun keluar dari bibirnya.

“Bencilah aku sesuka mu. Karena suatu saat kau akan sadar dan menyesal telah membenci ku.”

Terdengar kekehan singkat. Tanpa mengurangi tatapan tajamnya Senora berujar. “Agares, kau lupa ya? Aku adalah wanita nekat yang menerima tawaran gila mu waktu itu. Kau tahu apa maksud ku kan?! Benar! Mati pun akan ku lakukan jika itu artinya terbebas dari mu!”

“….”

Agares tak bersuara. Jantungnya terasa dipompa lebih cepat dari biasanya. Ah, ini penolakan kedua dan rasanya semakin sesak ketika Agares sadar bahwa dirinya telah jatuh cinta.

Wajah yang terus terbayang di benaknya melengos pergi. Mencincing gaun yang sama sekali bukan bukan gayanya.
Kelopak mata itu perlahan menyendu. Punggung mungil itu membawa sebagian hatinya. Menyisahkan sesak yang tanpa sadar ia raih dadanya.

“Aku…. Gagal?”

“Hahaha, ini kegagalan pertama ku.”

“Senora. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan mu!”

Waktu berlalu, malam semakin pekat. Bintang bertabur bak jutaan pasir yang tersebar di muka bumi. Alunian musik mengiringi setiap kaki yang menari dengan indahnya. Mereka seperti kupu-kupu musim semi yang terbang dengan ceria.

Satu di antara mereka tengah kelimpukan mencari sosok yang setengah berarti namun setengahnya lagi tidak berarti baginya. Pelipisnya basah oleh buliran keringat. Ia meraih gelas air putih di meja kemudian menenggaknya habis.

Persetan dengan etiket bangsawan! Jika Senora menghilang, Rion tidak bisa melakukan pembalasan pada Agares. Karena dialah kunci kelemahan Agares.

“Tck! Kemana dia?!”

“Sejak izin tadi. Dia tidak kunjung kembali.”

Percayalah! Rion sudah mencari kemana pun. Namun nihil! Sampai satu wanita lari tergesa memasuki aula. Sambil terengah-engah dengan wajah ketakutan ia berkata, “A-ada mayat! ADA MAYAT!”

“Mayat?”

“Bicara apa dia?”

“Hah, mungkin dia mabuk. Mana mungkin hal itu terjadi. Istana dijaga ketat oleh pengawal istana.”

“Aku tidak bohong! Aku sungguh melihatnya!”

“Dimana?” sahut Agares dan Rion berbarengan.

“Di-di taman. Te-tepatnya di kolam. Di-dia sudah mengapung. A-aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena pencayahan. Jadi a-aku langsung kemari—“

“Terimakasih atas laporan mu, Lady,” sergap Agares. Sedangkan Rion sudah lari terlebih dahulu ke tempat yang dimaksud.

Agares memandang curiga. Kenapa Rion sampai panic seperti itu? Matanya membulat sempurna ketika pikiran negative menabraknya.

Apa Senora belum kembali padanya?

Sesaat setelah pikiran liar itu memenuhi isi otaknya. Tanpa sepatah kata Agares melenggang pergi. Para bangsawan itu sampai melongo dibuatnya. Agares berjalan pelan hingga akhirnya berlari dengan kecepatan penuh.

Tidak!

Pasti itu bukan Senora! Batinnya menyakinkan. Tapi seribu sayang, ungkapan Senora di taman tadi membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

“Ku mohon jangan dia!”

Langkah Agares berhenti. Tepat di depan sana. Sosok Rion tengah berlutut dengan seseorang berbaring di depannya. Ah, semoga ini hanya mimpi! Batin Agares. Tapi, sebanyak apapun Agares meyakinkan diri. di depan sana adalah wanita itu.

Wanita pemilik manik hazel yang mengagumkan.

“Senora….” Gumam Agares. Langkahnya mendekat. Bersamaan dengan itu Rion sadar kehadiran Agares.

“Ba-bagaimana keadaannya?” tanya Agares yang melihat Rion tengah memeriksa urat nadi Senora.

Di situasi ini Agares tidak bisa membodohi Rion lagi. Ekspresinya benar-benar mengungkapkan kekhawatiran.

“Senora masih hidup,” ujar Rion. Dalam temaramnya lampu taman, seringai samar itu tercetak. Sekali lagi, Rion merasa menang!

Tak lama kerumunan orang mendatangi tempat itu. keadaan yang tidak kondusif membuat Agares harus mengeluarkan titah untuk kembali. sedangkan Senora dibawa Rion ke ruang kesehatan untuk mendapat pertolongan.

***

Pagi hari.

Agares memandang layu wanita yang tengah berbaring di depannya. Kesadaran Senora tak kunjung tiba setelah tabib istana memvonis dirinya mengalami cidera di bagian kepala sehingga akan butuh waktu lama untuk pulih.

Percayalah, sudah seerat apa kepalan tangan Agares semalam ketika mengantar Senora kemari. Mati-matian ia redam emosinya untuk berpikir jernih.
Pagi ini akan dilanjutkan penyelidikan mengenai Senora yang diduga terjatuh dari lantai dua dan berakhir di kolam. Hal itu diketahui sebab ada luka memar di bagian kepala yang diyakini terpantuk pinggiran kolam.

Semalaman Agares berpikir mendalam. Yang menjadi pertanyaan adalah… sebenarnya ini bentuk pemberontakkan Senora terhadap dirinya atau seseorang sengaja mencelakainya? Karena sejauh ini tidak ditemukan kejanggalan apapun. Sebab itu lah istana gempar dengan rumor, “Lady Senora berusaha mengakhiri hidup karena Putra Mahkota bertunangan dengan wanita lain.”

Ah, kepenatan Agares semakin menjadi-jadi. Ada saja yang membuat rumor menyusahkan seperti itu. Yah, kalau dilihat posisi Senora. Memang masuk akal untuk menggiring opini public ke sana. Sebab, pernikahan Senora dan Rion dikenal sebagai pernikahan dadakan yang mereka yakini tidak ada cinta di dalamnya. Lagi pula saat itu Senora sedang dekat dengan Agares. Bahkan ada beberapa kelompok yang menjodoh-jodohkan mereka.

Mungkin mereka berspekulasi bahwa Senora depresi hingga akhirna memutuskan bunuh diri. Yah, pikiran orang memang berbahaya. Padahal belum ada bukti tapi sudah meyakini.

“Aku butuh saksi,” ujar Agares.

“Satu-satunya saksi saat terjadinya perkara hanya satu….” tangannya lembut memainkan jemari Senora. Hingga akhirnya mereka saling bertaut.

“Kau, Senora. Kau adalah saksi kunci. Jadi….”

“Bukalah mata mu. Agar aku bisa mendengarnya langsung dari bibir mu.”

“Apakah seseorang telah mencelakai mu? Jika itu benar, akan ku pastikan kematian saja tak cukup untuknya. Tapi….”

“Jika kau yang berniat mengakhiri hidup demi memperjuangkan kebebasan mu. Aku…. Aku harus bagaimana, Senora?”

“Apa aku harus melepas mu?” ucap Agares layu. Untuk pertama kalinya seorang Agares menundukkan kepala di depan wanita. Ia mencium jemari Senora lembut. Sangat lembut sampai rasanya suatu saat jemari itu akan menghilang dan tak dirasakan lagi kehangatannya.







Ulululuh Agares....

Poor Agares. Makanya jangan pasang gengsi tinggi. Kena karma kan lo. Haha (ketawa jahat)

Vote komen ygy. Bantu Shares juga ygy, biar gak cuma kamu aja yg emosi. Tapi temen2 mu ikut. Haha

Imperial Flower (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang