Beberapa jam sebelumnya.
Tawa garing terdengar mengisi ruangan. Anggur merah fermentasi dengan tingkat alkohol rendah tersaji di depan pemilik nama.
Suasana sehabis hujan memang pantas dijadikan alibi untuk menenggak anggur merah itu. Sebelumnya sang tuan rumah meminta izin kepada tamu yang memiliki pangkat lebih tinggi darinya untuk menyajikan minuman yang membutuhkan izin khusus untuk beredar di kekaisaran.
"Ini adalah anggur merah dari desa Herandia. Saya menyiapkan khusus untuk jaga-jaga jika suatu saat saya akan melayani tamu agung. Ternyata hari ini datang juga. Hahaha."
Agares dan Rion tidak peduli. Mereka melayangkan tatapan datar. Menjadi Aslan adalah cobaan. Bagaimana tidak? Dua lelaki yang memiliki pangkat tinggi ini saling diam dan menjawab sekenanya jika ditanya.
"A-ayo silahkan diminum," ujar Aslan menyerah. Segala usahanya telah gagal untuk menciptakan suasana harmonis. Ini adalah usaha terakhirnya.
"Count Aslan, bagaimana kalau kita melakukan satu permainan?" ujar Agares. Hal itu sukses membuat Rion bertanya-tanya. Apa lagi yang akan dilakukan setan licik ini?
"Baik Yang Mulia. Kalau boleh tahu permainan apa?"
"Permainan ini disebut kebenaran atau tantangan. Masing-masing dari kita akan melayangkan satu pertanyaan. Jika tidak bisa menjawab dengan jujur. Maka ia harus memilih tantangan. Ah, jika berbohong Dewi Urania akan melaknat dan karma akan diturunkan."
"Sepertinya menarik!" ungkap Aslan cemerlang.
"Aku tidak ikut," sahut Rion datar.
"Kau tidak sedang di rumah mu Duke Rion. Duduklah kembali dan ikuti permainan ini. Oh... apa kau takut?" provokasi Agares.
"Hah, baiklah! Aku ikut!"
Mereka memainkan babak pertama. Sialnya Agares mendapat kesempatan pertama untuk bertanya.
"Kebenaran atau tantangan. Bagaimana masa kecil Lady Senora?" tanya Agares pada Aslan.
"Emh, kebenaran! Masa kecil ya? Sejak dulu Senora gadis yang penurut. Dia mirip sekali dengan mendiang Ibunya."
Agares tersenyum simpul dan beralih ke Rion. Matanya menyorot licik dengan seringai samar. "Kebenaran atau tantangan. Bagaimana keadaan anak laki-laki yang kau temui di desa Hariun waktu itu?"
DEG!
Rion mematung. Bersamaan dengan itu Agares menang! Tujuannya adalah untuk membuat Rion meminum anggur merah miliknya. Sebab, tadi Agares sempat mencium bau aneh dari anggur itu.
"Tantangan...." gumam Rion seraya menunduk dengan tangan gemetar. Ini adalah luka lamanya. Setiap kali Agares membahas itu. Dirinya seperti tak sanggup membayangkan nasib bocah laki-laki yang kini tinggal nama.
"Baiklah, Duke Rion. Minumlah!" seru Agares menyodorkan anggurnya. Tanpa basa-basi Rion langsung menenggaknya habis.
Permainan pun terus berlanjut sampai dua orang yang menjadi saingan Agares mabuk berat. Di posisinya, Rion sudah bersandar pada kepala kursi. Peluh membanjiri keningnya.
Ah, ternyata obat perangsang. Pikir Agares. Ia tahu betul efek obat itu. Senyum licik itu lantas mengembang sempurna. Pasti Rosaline dan Delina yang menaruhnya. Sayang, mereka berhadapan dengan Agares si maniak siasat. Otak liciknya seakan memberi alarm jika di mimuman miliknya terdapat sesuatu.
"Biar ku temui istri mu dulu. Terimakasih atas waktunya, Duke Rion," ucap Agares lirih seraya melewati Rion.
Beberapa saat kemudian. Rion menegakkan kembali tubuhnya. Ia melirik ke arah Agares menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Flower (END)
ChickLitLady Senora Vermilion dikenal sebagai bunga dari kekaisaran. Kesempurnaan seolah menyelimuti kehidupannya. Setiap laki-laki akan jatuh cinta dan setiap perempuan akan iri dengan posisinya. Ya, begitulah pandangan semua orang. Tidak ada yang tahu den...