"Aku...."
Wanita itu terguncang batinnya. Ini adalah pilihan sulit. Mengakui atau terus menjadi pendusta.
Pernikahan ini baru seumur jagung. Sebentar, hanya sebentar saja. Izinkan Senora egois. Ia akan menerima resiko dari keegoisannya nanti. Hanya untuk ketenangan sesaat.
Ya, ketenangan yang sejatinya Senora cari sejak dulu. Tapi, dendam membutakan dirinya. Mengubah semua hidupnya menjadi api dan jalan berduri.
"Aku mencintai mu, Duke Rion."
DEG!
"B-Benarkah?"
Mata itu menampakkan kilaunya. Menatap penuh harap gadis di depannya mengucapkan kalimat itu sekali lagi.
"Humm, se-sepertinya aku ja-jatuh cinta pada mu."
Entah dapat dorongan dari mana. Rion memeluk Senora kembali. Kali ini lebih erat. Seolah dirinya tak mau kehilangan.
Sejauh mana Rion akan membohongi diri sendiri? Tanpa dirinya sadari ia pun sudah jatuh cinta pada Senora.
Mungkin otak bisa mengelabuhi tapi sampai kapan pun tubuhnya tak dapat mendustai kata hati.
"Terimakasih...."
"Terimakasih, Senora...."
Senora terhenyak. Sesaat hatinya menghangat. Beginikah rasanya hidup tenang? Berdampingan dengan lelaki yang dicintai dan membangun masa depan bersama. Ah, rasanya Senora ingin menghentikan waktu. Ia tak ingin waktu merenggut moment berharga ini.
Sepandai-pandainya tupai melompat. Ia akan terjatuh juga. Pepatah itu membuat Senora gusar. Suatu saat kebohongannya akan terungkap.
"Kau bisa jalan?" tanya Rion. Ia mengakhiri dekapannya dan berdiri.
"Hehe, yang sakit kan perut ku. Tidak ada masalah dengan kaki ku."
"O-oh begitu.... umh, ku pikir kau terlalu lemas. Jadi... ehem, a-aku bermaksud menggendong mu sampai depan."
"Ah!" pekik Senora.
"Kenapa? Ada yang sakit?" sahut Rion khawatir.
"Sepertinya kaki ku terpantuk sesuatu tadi.... hehe," cengir Senora malu-malu.
Terdengar kekehan singkat. Wajah tegas itu melunak hanya di depan wanita yang dicintainya. "Dasar kau ini...."
Cubitan pelan mendarat di pipi Senora. Malam jadi saksi, cinta membuat kedua insan ini ditelan kegembiraan. Melupakan kenyataan bahwa akan ada badai yang memporandakkan.
***
"Kau sudah siap?"
"Humm! Ayo!"
"Kau terlihat antusias sekali."
"Tentu saja, ini pertama kalinya aku pergi jalan-jalan dengan suami ku, hehe," cengir Senora.
Dress sederhana berwarna biru langit itu di lebarkan. Senora berputar dengan anggun lalu berhenti. "Bagaimana penampilan ku?"
"Cantik."
"Ayolah, aku mengakui kalau diri ku cantik. Tapi bukan itu maksud ku. Penampilan ku sudah seperti gadis biasa kan?"
Rion mengamati dengan cermat. Gayanya seolah pengamat profesional yang sering melemparkan kritik. Ia tempatkan tangannya di dagu seraya berpose.
"Menurut ku.... aura bangsawan mu tidak akan hilang walau lumpur ditaruh di wajah mu sekali pun."
"Apa-apan itu? Lucu sekali. Aku serius. Aku tidak mau direcoki banyak gadis saat mereka tau identitas ku."
"Haha, memiliki gelar Lady of Lionel susah juga ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Flower (END)
Literatura Kobieca🚩Warning! 🚩 Red Flag Area! Lady Senora Vermilion dikenal sebagai bunga dari kekaisaran. Kesempurnaan seolah menyelimuti kehidupannya. Setiap laki-laki akan jatuh cinta dan setiap perempuan akan iri dengan posisinya. Ya, begitulah pandangan semua o...