Uh sesak!
Raga dan jiwa Senora seolah kompak meneriakkan kalimat itu. Bagaimana tidak? Makan malam yang disajikan oleh Kaisar dan Permaisuri benar-benar membuat lambung Senora bekerja ekstra. Semua itu berkat Kaisar Ardhan yang terus menyuguhkan makanan ke depan Senora.
Sebagai pemilik kasta yang lebih rendah. Apakah pantas jika Senora menolak?
Tidak kan?!
Itu sebabnya perutnya kini terasa begah. Ditambah korset yang melilit tubuhnya. Seolah bisa menggiring Senora ke alam baka.
Sumpah! Rasanya sangat tidak nyaman!
"Senora, kau baik-baik saja?" tanya Rion yang menjumpai istrinya berjalan pelan sampai tertinggal di belakang.
Mereka tengah menuju ke halaman depan istana guna menaiki kereta kuda. Acara makan malam sudah selesai dan mereka harus kembali.
"Umh.... yah, aku baik-baik saja," dusta Senora. Sebagai wanita yang terbiasa mengandalkan topeng baik-baik saja. Senora sudah ahli dalam hal ini.
"Kau yakin? Wajah mu pucat."
"Ahaha, itu hanya perasaan Duke saja. Ah, mungkin riasan ku sedikit luntur akibat makan malam tadi."
Wajah khawatir itu terpampang jelas. Matanya memancarkan kecemasan yang sudah Senora lupakan bagaimana rasanya dicemasi oleh seseorang.
Senyum Senora mengembamg samar. Oh Dewa, sepertinya Senora mulai menyukai laki-laki ini.
"Duke, jika kau memasang wajah seperti itu bagaimana bisa aku tidak luluh?"
"Suami ku.... perut ku sakit...." ucap Senora sambil mengernyit kesakitan. Demi apapun ia tidak bisa menahan sesak. Rasanya seluruh makanan tadi akan keluar.
Rion sigap menggendong Senora. Ia mengangkatnya dengan mudah karena pada dasarnya Senora memiliki tubub ramping.
"D-Duke--"
"Ssst! Aku akan membawa mu ke tabib istana."
Di mana perginya rasa sesak itu? Kenyataannya kini Senora harus meredam semu pipi merahnya akibat perlakuan Rion.
"Apa makanan tadi ada yang tidak cocok untuk tubuh mu?" tanya Rion. Ia tak mengendurkan langkah besarnya untuk tetap melaju ke ruang tabib.
"Ku pikir bukan itu...."
"Hah, pasti karena kau menerima semua suguhan Kaisar kan?"
"....."
Rion melirik singkat. Ia pun tak banyak komentar dan tetap melanjutkan jalan. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menatapnya benci.
***
"Ayah, Ibu. Aku izin kembali ke ruang kerja. Ada beberapa hal yang harus ku kerjakan," ucap Agares sopan.
Acara makan malam telah selesai. Tamu tak terduga pun sudah mangkat dari posisinya. Yah, itu tidak penting. Yang lebih penting bagi Agares saat ini adalah bertemu dengan Senora.
Entahlah, setelah melihat kemesraan mereka tadi. Agares geram ingin segera menghentakkan pinggulnya sekuat mungkin. 'Melakukannya' dengan keras agar Senora tak lagi menunjukkan senyumnya pada Rion. Oh tidak! Pada semua orang yang berjenis kelamin laki-laki. Termasuk Ayahnya sendiri.
"Baiklah," ucap Ardhan. "Terimakasih sudah bekerja keras untuk negara ini."
Agares menoleh singkat. Kemudian ia menunduk sopan. "Kalau begitu aku permisi dulu, Ayah, Ibu."
Mata Agares menyisir sekitar. Kepergian dua sejoli itu belum cukup lama. Pastinya langkah Agares mampu mengejar mereka. Apapun caranya, Agares harus bertemu Senora! Memakai cara licik sekali pun! Jika tidak, mungkin mimpinya akan terus dipenuhi dengan wajah Senora. Seperti malam-malam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Flower (END)
ChickLit🚩Warning! 🚩 Red Flag Area! Lady Senora Vermilion dikenal sebagai bunga dari kekaisaran. Kesempurnaan seolah menyelimuti kehidupannya. Setiap laki-laki akan jatuh cinta dan setiap perempuan akan iri dengan posisinya. Ya, begitulah pandangan semua o...