XVII. Visit

321 55 28
                                    

28 November 2022

Thorn datang mengunjungiku. Karena alasan pekerjaan, aku sudah jarang bertemu dengan dirinya akhir akhir ini. Dan aku senang ketika dia datang kepadaku, menemani kesendirianku dirumah yang besar ini meski hanya sebentar.

Kami menghabiskan sore itu dengan minum teh bersama. Sungguh sangat menyenangkan! Aku selalu membayangkan diriku memiliki saudari perempuan. Dan bertahun tahun kemudian, akhirnya aku memilikinya! Thorn adalah wanita termanis yang pernah aku temui.

Disaat kami sedang minum teh bersama. Dia menyinggung soal hubunganku dengan Halilintar, bertanya bagaimana perkembangan. Thorn tahu bagaimana tentang aku dengan Halilintar. Dan dia selalu menjadi teman ceritaku. Tapi tidak mungkin kan aku menceritakan keseluruhannya kepada Thorn, kan?

Aku tidak ingin Thorn berpikiran buruk terhadap Halilintar.

✧.*

Setelah insiden gagal confess. Halilintar mengalihkan topiknya dan mengajak mereka untuk duduk santai diruang tengah.

"Dari pada kalian ngintipin aku terus, mending kalian aku temanin duduk disini" Halilintar merangkul Thorn dan Taufan dan membawanya untuk duduk disofa. Lalu Solar? Dia sedang menyusun bunga hidup itu kedalam sebuah vas.

"Serius kak! Kakak kesambet apa ngebeliin kak Solar bunga?" Tanya Thorn, jahil, sembari mengambil posisi duduk bersebalahan dengan Taufan. "Ternyata cerita kak Solar benar!"

"Sstt—Kecilkan suara mu!" Bisik Halilintar, "apa yang ia ceritakan tentang ku?" Halilintar yang awalnya duduk agak jauh, langsung mendekat kearah mereka. Penasaran akan apa yang Thorn tahu tentang mereka.

"Idih, kepo!" Taufan menyela, masih mencibir Halilintar yang gagal confess.

"Diam kamu! —Jadi apa yang Solar ceritakan Thorn?"

Saat Thorn hendak berbicara, tiba tiba Solar datang dengan sebuah vas bunga ditangannya. Vas itu terbuat dari kaca bening, terisi akan air agar bunga bunga itu bisa minum. Wanita itu lalu memajang bunga itu disebuah meja kecil diantara dua buah kursi santai yang terletak tak terlalu jauh dengan jendela. Disaat ia tengah memposisikan vas itu, Taufan menggodanya.

"Ciee~ dikasih bunga"

"Taufan!" Desis Halilintar. Tidak suka melihat pria itu menggangu Solar. Sementara wanita bernetra kelabu itu langsung menoleh kearah Taufan dengan pipi yang merona. Ia sendiri tidak bisa menahan senyum bahagia terukir diwajahnya. Solar pun reflek menundukan kepalanya saat beradu pandang dengan Halilintar karena merasa malu, dan segera bergabung bersama mereka.

"Kemarilah.." Halilintar mengajak Solar untuk duduk bersebelahan dengannya. Taufan dan Thorn yang melihat kedua insan itu mesem mesem dibuatnya.

Taufan lalu menoleh kearah Thorn, "maaf ya, Thorn. Kalau aku tahu kamu disini, aku akan membelikanmu bunga juga" Pria itu mengusap bahu sang wanita.

"Gapapa kok, Taufan. Lagipula dirumah juga udah banyak bunga" Thorn menatap Halilintar dan Solar secara bergantian. "Kak Sol! Sekarang aku percaya 50% dengan cerita kakak. Aku senang gledek satu ini sudah mulai tobat"

Taufan tertawa, sedangkan Halilintar mengernyit. Tak terima dipanggil "gledek" oleh sang adik. 'Ini pasti ajaran Taufan!'

Tapi yang terpenting saat ini adalah reaksi Solar, pria itu melirik kearah wanita yang duduk bersebelahan dengannya. Solar hanya menutup mulutnya dengan punggung tangan kanannya saat tertawa. Terlihat begitu anggun. "Baguslah kalau kamu mulai percaya"

"Emangnya kamu menceritakan apa tentang ku?"

Seketika Solar hening. Halilintar yang bertanya sembari mencondongkan tubuhnya kearah Solar, membuat jarak mereka sedikit dekat. Solar tergagap, "a–aku hanya cerita jika kita sudah baikan kok!"

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang