XXIX. Warm and Soft

400 45 30
                                    

//Warning: Suggestive Content - Slight NSFW//

.*

Libur nasional. Adalah hari yang paling ditunggu tunggu semua orang. Kenapa tidak? Tentu saja untuk bisa dirumah seharian atau berpegian keluar. Menghilangkan stress selama hari hari kerja.

Selain menunggu Sabtu atau Minggu. Tanggal merah yang menandakan hari penting, juga dinantikan banyak orang. Apalagi tanggal merah di hari kerja. Dan jika beruntung setidaknya tanggal merah dihari senin, atau Jumat/Sabtu—tergantung jadwal libur sesorang. Sehingga waktu libur bisa berturut turut.

Halilintar sedang bersantai diranjang—menonton film di Netflix TV-nya. Menikmati siang ditanggal merah. Dan sebagaimana aku jelaskan tadi, besok adalah Sabtu. Membuat Halilintar libur tiga hari di akhir minggu ini.

Tentu saja ia merasa bahagia. Bisa bersantai—setidaknya—sebentar sebelum kembali lembur lagi minggu depan. Berkutat kembali dengan angka nominal uang yang begitu besar.

Such a big responsibility.

Ia meregangkan pingganya diranjang yang empuk. Menepuk perutnya sedikit, merasakan bahwa perut datar nya mulai kehilangan otot ABS-nya. Digantikan dengan lemak yang mulai bertumpuk.

Ia menghelakan nafasnya kasar. Perbincangan beberapa hari yang lalu tentang perbanyak gerak terlintas dipikarannya. Halilintar harus kembali berolahraga. Direalita lamanya, disamping ia kerja lembur. Halilintar masih sempat melakukan olahraga rutin tiap akhir pekan—entah itu berjogging pagi, bersepeda, ataupun pergi ke gym. Namun karena direalita sekarang ia lebih memilih bersama Solar. Ia jadi lupa untuk melakukan olahraga seperti itu.

Apalagi, kerjanya dirumah hanya manja manjaan sama Solar. Duduk santai disofa bersama sang istri, jajan, ngopi bareng, nonton film, makan malam direstoran, jajan lagi, dan lagi. Tidak ada terbesit dibenaknya untuk melakukan olahraga. Jika pun ada, paling ujungnya mager.

"Kenapa wajahmu kusut sekali?" Tiba tiba Solar bertanya. Ia baru saja duduk bersebelahan dengan Halilintar. Ditangannya sudah ada sebuah novel baru yang akan ia baca.

Halilintar melirik Solar. Ketika wanita itu sudah benar benar duduk selonjoran, dan bersandar di kepala tempat tidur. Halilintar langsung memeluknya dari samping. Kepalanya diatas perut Solar.

Solar membuka novelnya, tangan yang satunya ia gunakan untuk mengelus surai Halilintar. Meskipun ada suara tembakan terdengar karena Halilintar sedang menonton film action. Itu tetap tidak membuat Solar terganggu dalam aktifitas membacanya.

"Aku sepertinya butuh olahraga. Perutku sedikit buncit sekarang..." sesal Halilintar, matanya masih memperhatikan film action yang ada di TV.

Wanita itu melirik sekilas, "emang kenapa kalau perut buncit? Kan lucu!" Kekehnya.

"Masa lucu? Kalau perutku keburu besar, nanti dipanggil pakmil—bapak hamil—apalagi Taufan! Bisa bisa aku akan diledek hingga akhir hayat..!" Halilintar membenamkan wajahnya diperut Solar. Perkataan Halilintar tadi sukses membuat Solar tertawa keras. "Jadi kamu mengkhawatirkan bakal diejek Taufan?"

"Yaiyalah, harga diri itu!" Akhirnya pria itu mengangkat tubuhnya. Menatap Solar dengan sedikit cemberut.

Wanita itu memutar bola matanya, sambil tersenyum geli. "Kalau begitu, besok kan kamu masih libur. Besok pagi, pergi jogging! Atau ga bersepeda" Usul Solar.

"Ga mau. Maunya Sabtu Minggu sama kamu.."

"Tapi kan cuman sebentar Hali, paling juga setengah jam"

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang