XX. Deeply in Love

358 59 27
                                    

...jujur, aku iri melihat Taufan dan Thorn terlihat bahagia dipanggung itu. Dari cara mereka saling menatap dan senyuman mereka, aku bisa yakin betapa mereka saling mencintai. Ku selalu ingin merasakannya juga. Aku ingin Halilintar menatapku sebagaimana aku menatapnya.

Membayangkannya membuat hatiku berdebar dan juga terluka.

Butuh berapa lama bagiku untuk membuatmu mencintaiku? Aku penasaran apa yang membuat hatimu tertutup rapat. Apa ada wanita lain dimasa lalu yang membuatmu sulit melupakannya?

Dan jika iya, aku akan berusaha menjadi wanita yang ia cintai dulunya. Atau menjadi kriteria wanitanya. Apa aku harus ikuti saran bibi bibi itu?

Hhh.. such a hopeless woman.

✧.*

"Dan kita persilahkan, sang calon pengantin kita untuk naik ke panggung!"

Ketika MC memanggil, munculah Thorn dari balik panggung. Semua orang begitu terpukau melihat pesona wanita muda itu. Rambutnya dihiasi dengan bunga, gaun hijau off shoulder dengan motif bunga timbul diorganzanya. Perhiasan yang dikenakannya adalah emas yang dipadu dengan batu emerald. Sangat cocok dengan warna netranya. Lalu terakhir heels dengan ikatan pita dipergelangkan kakinya.

Ia dengan hati hati berjalan menghampiri Taufan, pria itu menjulurkan tangannya kepada Thorn untuk digapai. Ruangan itu lalu penuh dengan suara gemuruh tepuk tangan.

"Selanjutnya, acara tukar cincin! Silahkan calon mempelai pria dan calon pengantin wanita untuk memasangkan cincin ke jari pasangannya!"

Taufan mengambil sembuah cincin perak dengan sebuah permata dari sebuah kotak yang ibunya sodorkan. Ditatapnya mata Thorn karena merasa gugup sebelum memasangkan cincin itu dijari manis Thorn.

Thorn tersenyun lembut ketika melihat Taufan yang gugup. Ia mengeratkan genggaman tangannya dengan Taufan untuk menenangkan pria itu.

Taufan menghelakan nafasnya, menenangkan dirinya. Entah kenapa ia merasa gugup saat orang orang—terutama kerabat Thorn—menatapnya. Padahal ia sudah latihan terus menjelang acara.

Akhirnya, ia memasangkan cincin itu dijari manis Thorn, dan gantian Thorn yang memakaikan cincin itu kepada Taufan. Semua orang langsung berdiri untuk bertepuk tangan, tak terkecuali Halilintar dan Solar. Merasa bahagia melihat sahabatnya—saudaranya sudah resmi bertunangan.

Thorn tidak bisa menahan rasa bahagianya, ia pun langsung menerjang Taufan dan memeluknya sangat erat.

✧.*

Dengan selesainya seluruh acara, Halilintar dan Solar berpamitan dengan kerabat kerabatnya untuk pulang terlebih dahulu. Meski sempat dihadang Thorn dan Taufan, mereka tetap memilih untuk pulang. Baterai sosial keduanya sudah habis, jadi mereka sangat kelelahan.

"Kalian mau pulang?" Tanya Lyn. Wanita itu sedang merapikan barang barangnya dan memasukannya kedalam tas merahnya.

"Iya, ibu. Kami pulang duluan ya. Ayah, ibu" Solar berpamitan dengan mertuanya, diikuti dengan Halilintar dibelakang.

"Kami juga, kalian hati hati dijalan" balas Tarrant. Mereka sepaket terlalu gampang habis baterai sosial membuat mereka tidak terlalu betah dalam acara seperti ini.

Dimobil, Halilintar dan Solar tak banyak bicara. Halilintar sibuk dengan jalanan sementara Solar yang kelelahan lebih dulu menutup matanya, beristirahat sebentar. Rambut panjangnya ia jepit dengan claw clip yang ia bawa agar lehernya bisa merasakan sejuknya AC mobil.

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang