28 Maret 2025
Lagi lagi aku hanya bisa memandang lama Halilintar dari fotonya. Melewati foto pernikahan kami, aku bisa menatap wajahnya dengan mudah. Meski hatiku tetap berdebar, setidaknya keberanian ada didalam diriku.
Memperhatikan setiap detail wajah mu dari foto itu.. tidak banyak berubah dari dirimu. Masih dengan tatapan datar sedatar triplek. AHAHAHHA
Padahal kita sudah hampir empat tahun menikah, dan aku masih belum berani menatap matamu lurus—dalam jangka waktu yang lama.
Hahh..
Aku merindukannya.
Semoga ia pulang cepat hari ini.✧.*
Sudah setahun berlalu semenjak Halilintar, si pria bodoh itu kembali ke masa lalu. Perkembangan antara hubungan dirinya dan Solar juga sudah berjalan begitu pesat.
Dinding imajiner yang membatasi keduanya sudah hancur. Yang dulunya mereka berjalan dijalan yang terpisah, kini berjalan disatu jalan dan arah yang sama.
Ke satu tujuan, untuk hidup bahagia.
Masih dihari yang sama, setelah kejadian memalukan tadi. Halilintar sedang bersenandung mengikuti alunan lagu kesukaannya yang terputar dimemorinya. Berjalan melewati pintu yang terbuka, ia tanpa sengaja melihat Solar tengah menulis sesuatu. Dan pria itu rasa, Solar tengah menulis catatan baru di buku hariannya.
Dengan pedenya ia merasa yang Solar catat adalah hal yang bagus tentang dirinya. Mengingat hubungan keduanya—sebagaimana aku bilang tadi—sudah baik.
Ia iseng iseng masuk keruang kerja Solar.
"Hey~ kamu sedang apa?" Ujarnya pura pura tak tahu. Dan sesuai dugaannya, Solar langsung menutup buku itu dan meletakannya dilaci meja. "Oh—hai, Hali! Tidak.. hanya menulis catatan.."
Catatan hidup.
"Benarkah? Catatan apa?"
"Ya.. catatan!"
"Iya aku tahu.. tapi catatan apa?"
Halilintar bisa melihat jika rona merah perlahan keluar dari pipi istrinya—panik—diinterogasi Halilintar. Membuat sang wanita menjadi lebih tampak menggemaskan.
Ia lalu berjalan mendekati Solar yang semakin panik. "Istriku sedang menulis diary, ya?" Ujarnya to the point. Dan mengecup pucuk kepala Solar tiba tiba.
"Ah.. jika iya, bagaimana?" Tanya balik Solar. Wanita itu merasa dari reaksinya kagetnya tadi, Halilintar dapat mengira jika ia baru saja menulis catatan rahasia.
"Ya ga papa, sih. Menulis diary juga bisa untuk menyimpan kenangan. Itu sangat baik!.."
'..asal kenangannya tidak menyakitkan' sambungnya dalam batin.
Solar jadi malu dibuatnya, hampir mengira jika Halilintar akan megiranya kekanak kanakan.
"Jadi.. apa yang kamu tulis?" Pria itu kembali bertanya.
Solar mengerutkan keningnya dengan senyum tipis. "Dasar kepo! Mana boleh nanya isi diary orang" dan diakhir dengan kekehan. Halilintar merengut, "ayolah! Beri tahu sedikiiiit, saja!"
"Tidak!"
"Pasti nulis tentang aku, kan?" Halilintar menerka dengan penuh percaya diri—ya galasah juga, sih.
"Pede banget! Yakali—" Solar menyangkal, tidak mungkin kan, ia mengatakan sejujurnya.
"Jangan bohong.. wajahmu mengatakan hal sebaliknya" sahut Halilintar sembari mencolek pipi Solar yang merona merah. Pria itu senang bermain main dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭
Fanfic|| HalilintarxFem!Sol || Marriege!AU ______ Halilintar tahu jika pernikahan ini adalah hal yang tidak diinginkan, begitupun Solar. Tapi entah kenapa, disaat salah satunya hilang, rasanya sangat menyakitkan. Genre: fluff, romance, angst ______ [[Se...