"Huh???.."
Halilintar menatap istrinya tak percaya, dan penuh tanda tanya. Namun sebelum ia mengatakan sesuatu, ia membuka amplop yang Solar berikan padanya. Isi amplop itu bukan lain adalah surat keterangan dokter yang menyatakan jika Solar mengandung seorang anak. Selain itu, juga ada dua foto USG yang memperlihatkan bulatan kecil di rahim sang wanita. Bulatan itu bukan lain adalah embrio dari calon bayi mereka.
Halilintar berketip, masih belum mempercayai apa yang ia lihat.
"Solar, kau-?!.."
Wanita itu mengangguk cepat sambil tersenyum gugup.
"Kok bisa?!!.." reaksi kaget Halilintar malah mengundang gelak tawa dari sang istri. Bagi pria itu, ini hal yang begitu mendadak dan tak disangka-sangka. Pria itu belum diberikan persiapan apa apa untuk mendengarnya.
"Seharusnya aku yang menanyakannya kepadamu, 'kok bisa?' Ahahah-padahal selema ini kau yang selalu meyakinkan ku kalau ini bisa terjadi!" Jawab Solar. Wanita itu menatap Halilintar penuh harap, "apa kau.. senang?"
Halilintar terdiam sebentar karena matanya masih saja menatap foto USG janin itu. Isi kepalanya kini begitu berisik, ia tidak tahu harus berkata apa saking luar biasanya perasaan ini.
Ini begitu membahagiakan-bukan. Ini sangat membahagiakan! Mimpi apa ia semalam-dirinya sendiri bahkan tak percaya bisa berada di titik hidup ini. Pria itu seakan berada di puncak kehidupannya.
"Tentu saja aku senang!"
Halilintar langsung saja mendekap Solar sangat erat. Menenggelamkan wajahnya di pundak kanan wanitanya, mata pria itu tak bisa untuk tidak mengalirkan air mata saking senangnya.
"Terimakasih... terimakasih, Solar!.." ulangnya berkali kali. Pria itu memeluk sang istri begitu kuat hingga hampir membuat Solar kehilangan keseibangannya. Wanita itu juga tak kalah terharu melihat reaksi Halilintar. Netra kelabunya pun berkaca maca, setitik air lalu keluar dari sudut mata.
Halilintar melonggarkan pelukan mereka. Netra merahnya menatap Solar dalam meski matanya sedikit mengabur karena air. Tangannya membelai pipi istrinya begitu lembut. Senyumnya tak berhenti untuk terukir di wajah tegasnya.
"Sungguh! Terimakasih, sayang. Aku sangat mencintaimu!..." satu kecupan di kening Solar-pun mendarat, sebagai permulaan sebelum pria itu mengecup habis habisan wajah Solar.
"Aaa... sudah! Hali-" Solar merengek dibarengi dengan tawa gelinya.
Bibir suaminya yang mendarat dengan lembut di bibir ranumnya, Solar memejamkan matanya disaat Halilintar memperdalam ciuman sayangnya kepada sang kekasih.
"Sayangku, terimakasih..." pria itu berbisik ketika memutus tautan bibirnya sebelum menjauh dari wajah Solar. Akhirnya ia memeluk istrinya dengan lebih tenang daripada sebelumnya.
Wanita itu terdiam. Perlahan, ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Halilintar sembari menempelkan pipi kanannya di dada bidang sang suami. Kini wanita itu percaya jika ia pasti bisa melalui masa masa mengandung dengan suaminya disamping.
Semuanya pasti akan baik baik saja.
Selang beberapa menit mereka bertahan di posisi itu, Solar melonggarkan pelukan mereka terlebih dahulu.
"Kenapa kau tak memberitahuku lebih awal, Solar? Aku bisa menemanimu untuk pemeriksaan..." Halilintar berujar agak sendu. Netra merahnya terpejam ketika tangan lentik sang wanita membelai pipinya begitu halus.
"Maaf... aku hanya ingin memastikannya lebih pasti sebelum memberitahumu, Hali." Solar kemudian tertawa kecil, "tapi tenang saja, kamu orang pertama yang tahu tentang kabar ini, kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭
Fanfiction|| HalilintarxFem!Sol || Marriege!AU ______ Halilintar tahu jika pernikahan ini adalah hal yang tidak diinginkan, begitupun Solar. Tapi entah kenapa, disaat salah satunya hilang, rasanya sangat menyakitkan. Genre: fluff, romance, angst ______ [[Se...