XXXVIII. The Good Parents

300 44 15
                                    

28 Oktober 2024

Ngomong ngomong, aku jadi terpikir.

Banyak sekali ku lihat di luar sana lika liku menjadi orang tua. Entah itu dari para orang terdekat, atau dari dunia maya.

Bermacam macam latar belakang yang kulihat. Menjadikan tiap tantangan dalam keluarga jadi berbeda beda.

Jika suatu saat nanti aku menjadi orang tua, apakah aku akan menjadi orang tua yang baik?

✧.*

"Hujan..." Gempa bergumam. Mata emasnya memperhatikan derasnya hujan yang turun sejak pagi tadi. Dan sekarang sudah sore, hujannya hanya mereda sebentar dan kembali jatuh membasahi tanah.

Halilintar lalu datang menghampiri, ikut mengamati hujan yang turun.

Melirik ke sang anak, ia menjadi dapat satu ide. "Gempa mau main hujan?"

Anak itu menoleh, "boleh, pa?" Matanya berbinar senang mendengar ajakan itu.

"Boleh.. kalau papa. Coba tanya mamamu. Boleh tidak main hujan?" Halilintar memberi saran. Lebih baik meminta izin juga dengan Solar dari pada kena omel bersama.

"Main hujan?"

Suara yang muncul dibelakang mereka mengejutkan keduanya. Ketika berbalik, disana sudah ada Solar yang berdiri dengan cardigan kelabu panjangnya untuk menghangatkan diri.

"Boleh ya, ma!" Gempa meminta.

Solar tak langsung menjawab, ia ikut mendekati jendela yang di lantai dua itu untuk melihat kondisi hujannya.

Hujannya sudah lama, dan langitnya juga gelap. Tak terlalu deras dan tak terlalu lambat. Anginnya tak kencang dan masih dalam batas normal.

"Hmm.. baiklah—"

"Yeyy..!" Tanpa babibu, ayah dan anak itu sudah bergegas menuruni tangga dan menuju halaman belakang.

Solar ketap ketip melihat tingkah mereka berdua. Tersenyum tipis dan menggeleng pelan sebelum ikut melihat mereka bermain hujan di lantai bawah.

"Mama! Ikutlah bermain hujan dengan kami!.." Gempa berteriak karena tertutup suara hujan. Bajunya sudah basah diguyur hujan.

Solar yang baru saja sampai di teras halaman belakang itu menggeleng, "tidak! Kalian bermain saja!.."

Tanpa ia sadari, Halilintar yang menyelinap kebelakang wanita itu langsung menggendong istrinya untuk ikut bermain hujan.

"Hali!!" Solar memekik kaget. Ternyata pria itu masih belum membasahi dirinya dengan hujan. Menunggu istrinya untuk tiba di teras.

"Turunkan aku, Hali!"

Pria itu menggeleng, "tidak, sayangku. Ayo bermain hujan bersama kami" Halilintar tersenyum jahil dan berjalan menuju tetesan hujan.

Solar menutup matanya erat berpegangan kuat dengan Halilintar.

Tetesan hujan yang turun mengenai pucuk kepalanya tanpa henti. Ia juga bisa merasakan bila air hujan mulai menembus kedalam pakaiannya. Membuka matanya perlahan, ia sedikit kesusahan karena air hujan yang terus membasahi matanya.

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang