16 Maret 2026
Setiap kali aku melihat dirinya, akan selalu muncul banyak suara yang terus menggangguku.
"Bagaimana kabarnya?" "Apa dia sudah makan?" "Apa terjadi sesuatu di kantor?" "Kau butuh sesuatu?"
Dia mungkin memang dekat, namun sesungguhnya dia begitu jauh. Aku tidak tahu apa kami akan terus berada di titik ini terus menerus.
Segalah hal aku lakukan untuk memberikannya yang terbaik. Dari diriku sendiri, aku bahagia untuk selalu berada di sisinya, berdiri di sampingnya, dan menghabiskan hari hari menunggunya...
Sejauh ini.
Aku selalu penasaran.
Apa yang dia pikirkan tentangku?
✧.*
Halilintar bahagia. Pria itu sebagaimana kita tahu, ia bisa memperbaiki kesalahannya sebaik mungkin. Ukiran senyum yang berhasil Halilintar ciptakan dari orang-orang di sekitarnya. Itu adalah suatu pencapaian yang harus di apresiasi.
Jikapun Halilintar diberi pilihan, ia tak ingin kembali.
Pria bermata ruby itu dengan segala upayanya akan mempertahankan keberhasilannya.
Apapun caranya.
Dan itulah yang sedang dipusingkan pria itu.
Halilintar termenung di balik meja kerjanya. Menatap kosong satu cup kopi yang dibawakan oleh asistennya. Asap yang mengepul pada minuman hitam itu mulai memudar saking lamanya Halilintar hanya mendiamkannya.
'Apa yang harus kulakukan? Jika henar bahwa itu adalah takdir istriku, dan aku mencegahnya berangkat kerja di hari itu-apa kejadiannya akan berubah? Apa dia tak lama akan tetap meninggal tapi dengan cara berbeda?... Solar kan sedang mengandung-ah!-Meninggal saat melahirkan?!.. Tidak!! Jangan berpikir yang bukan bukan, Halilintar! Namun, bila aku.. berhasil mencegahnya dari kematian-dan ia baik baik saja. Apa yang akan terjadi sesudahnya? Dengan apa harus ku bayar agar dia terus teta hidup?.. bersama ku..'
Kira kira begitulah isi kepalanya sekarang. Hal-hal mustahil yang diluar nalar semuanya.
Tapi, jika itu semua di luar nalar-lalu bagaimanan dengan dirinya yang kembali ke masa lalu?!
'Apakah ini nyata?'
'Apakah ini mimpi?'
'Apa diriku benar benar manusia?'
'Apa apaan?!'
Apa jangan jangan, Solar yang meninggal karena kecalakaan itu hanyalah "peringatan" kepada Halilintar untuk berubah? Dan ini adalah realita asli. Jika iya, baguslah kalau begitu... Halilintar masih diberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik sebelum kehilangan semuanya.
Catatan: jika memang benar itu peringatan.
"Arrrghh!!" Halilintar mengatukan keningnya pada meja. "Kepalaku pusing, Solar..." lirihnya. Pria itu ingin bertemu istrinya sekarang.
"Apa dia sudah makan? Bagaimana keadaanya?"
Halilintar meraih ponselnya dari dalam saku, hendak menghubungi sang istri. Memilih untuk menelponnya, tapi tiba tiba Halilintar teringat jika wanita itu pasti sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭
Fanfiction|| HalilintarxFem!Sol || Marriege!AU ______ Halilintar tahu jika pernikahan ini adalah hal yang tidak diinginkan, begitupun Solar. Tapi entah kenapa, disaat salah satunya hilang, rasanya sangat menyakitkan. Genre: fluff, romance, angst ______ [[Se...