XL. Question

247 40 9
                                    

"Hali, lihat! Bukankah ini sangat lucu?!" Solar menunjuk pada salah satu pakaian untuk bayi perempuan. Jumpsuit berwarna merah muda dengan sulaman bunga daisy kecil menghiasi.

"Bukankah ini sangat bagus untuk anaknya Thorn dan Taufan?.." Solar merentangkan jumpsuit itu di didepan Halilintar. "Bagaimana kalau kita hadiahkan ini?"

"Bagus, sih... tapi bukankah kehamilan Thorn masih begitu muda? Membeli baju bayi sekarang apa tidak terlalu cepat?"

"Ah... iya! kau benar. Aku terlalu bersemangat" Solar kembali pakaian itu. "Padahal ini lucu..." cicitnya ketika melewati jumpsuit itu.

Mereka sedang berada di pusat perbelanjaan. Baru saja membeli pakaian baru untuk putra mereka dan gaun untuk kencan mereka besok malam. Sembari mengelilingi, iseng iseng
mereka melewati area pakaian dan perlengkapan bayi.

"Mama, ini bagus!" Gempa menyentuh kaos bayi merah dengan gambar mobil mobilan. "Ini juga!" Anak itu kemudian menunjuk lagi sweater dengan gambar kartun burung hantu.

"Aaaaa gemes sekali! Mama, gasabar gendong bayi nantinya? Adek bayinya tante Thorn pasti sangat menggemaskan..."

"Ohok-!!"

"Eh-Hali? Ada apa?.." Solar menoleh kearah suaminya berdiri.

'Apa itu kode????'

"Tidak! Tidak apa apa!.." Halilintar kesusahan menahan sakit tenggorokannya demi meyakinkan sang istri. Pernyataan yang wanita itu lontarkan tadi benar benar membuat terkejut.

Ia tak mendengar kalimat terakhir Solar tadi.

"Sebentar, ku ambilkan minum" Solar segera membuka tas tote Longchamp-nya, mengambil sebotol air.

"Terimakasih..." Halilintar berujar lirih menerima botol itu.

Kemudian, Solar merasakan lengan bajunya ditarik ke bawah. Gempa tampaknya ingin menanyakan sesuatu. "Oh ya, mama. Kenapa bisa ada adek bayi dalam perut tante Thorn?"

Tak hanya Halilintar, Solar juga sama terkejutnya dengan pertanyaan Gempa yang polos itu. Pria malang itu lagi lagi keselek air yang baru saja ia teguk.

Oke-tetap tenang. Ini pertanyaan lumrah yang biasa ditanya anak anak. Setidaknya sekali!

"Aaa.. kalau itu-" Solar berdehem, "itu karena laki laki dan perempuan yang sudah menikah, mereka akan berdoa terus agar diberi karunia seorang anak oleh Tuhan, sayang..." wanita itu berusaha menjelaskan dengan kalimat yang bisa dipahami anak kecil.

"Lalu gimana caranya masuk dalam perut?"

"Secara ajaib-tringgg-akan ada dalam perut sang ibu!" Solar memasang muka cerianya. Membuka kepalan tangannya dihadapan Gempa sebagai bentuk peragaan keajaiban munculnya bayi.

Sementara Hali dibelakang-mengelus lehernya. Baru saja rasa sakit keselek itu sedikit mereda.

"Aduh.." pria itu mengeluh. Solar kemudian menoleh kearah sang suami. Tangan lentiknya kemudian mengelus punggung pria itu. "Kau baik baik saja, Hali?.."

Namun Hali tak menjawabnya, hanya mengacungkan jempolnya karena rasa perih dileher membuat ia malas untuk membuka suara.

"Ah.. baguslah" Solar tersenyum manis. "Ayo kita lanjut belanjanya!"

✧.*

"Bagaimana kegiatan belajar mu, nak?" Halilintar bertanya disela suapan makanan. Menoleh kearah Gempa yang duduk bersebelahan dengannya. Setelah berbelanja tadi, mereka memutuskan untuk makan dulu di restoran di mall yang mereka kunjungi.

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang