XXXVI. Welcome Home, Dear

389 48 30
                                    

Halilintar membuka pintu rumah, mempersilahkan Solar terlebih dahulu masuk. Ditangan Solar, terdapat tangan yang lebih kecil menggandengnya. Anak kecil itu tampak terpana ketika memperhatikan sekeliling rumah barunya, dan masih terasa asing dinetra emas gemilaunya.

Setelah beberapa hari memproses surat menyurat mengenai pengesahan Gempa sebagai anak angkat mereka secara hukum. Akhirnya, Gempa bisa pulang kerumah barunya.

"Selamat datang di rumah kita, Gempa!" Celetuk Solar, senang.

Gempa terkesima, masih tak percaya jika bangunan besar ini adalah rumahnya sekarang. Bahkan sekarang memiliki seseorang untuk dipanggil 'papa' dan 'mama'.

Menatap keatas, masih malu malu. Gempa memperlihatkan senyuman manisnya. "Terimakasih, tan—mama, papa...!" Tampaknya sang anak masih belum terbiasa memanggil mereka dengan panggilan itu.

Pria yang lebih dewasa tersenyum kikuk. Sama seperti Gempa, ia sendiri juga masih belum terbiasa dengan panggilan tersebut. Dan juga masih tak percaya ia sudah berhasil mencapai titik ini.

Dia sudah berjalan sangat jauh.

Halilintar berlutut didepan anak itu. Dengan tatapan yang lembut namun tegas, ia menjanjikan seuatu kepada Gempa. "Sekarang... tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi, Gempa" ia berujar, jauh dalam lubuk hatinya yang terdalam. Selain agar membuat Solar bahagia, ia juga menginkan yang terbaik untuk anak ini.

"...mama dan papa, akan selalu bersamamu!"

Dengan perkataan itu, dengan begitu saja perasaan hangat muncul diantara mereka. Seakan benar benar sudah ditakdirkan untuk hidup bersama. Menjalin keluarga yang selalu mereka fantasikan.

Tak sabar akan apa lagi yang akan menyambut di esok hari. Dari dia yang hanya satu, lalu berdua. Dan kini mereka sudah bertiga.

Saling Melengkapi.

Netra Solar menatap keduanya dengan perasaan haru. Entah mimpi apa Solar hingga ia bisa merasakan hal yang ada didepan matanya. Impiannya seolah tergapai. Wanita itu kemudian memeluk keduanya. Dan dari mulutnya yang terbuka, ia berbisik:

"Hingga akhir..."

Kedua sudut bibirnya terangkat.

"Kita... akan selalu bersama"

✧.*

Mengangkat Gempa sebagai anak benar benar membawa Halilintar dengan istrinya ke chapter baru dalam kehidupan. Dirumah besar itu, ada manusia kecil yang hidup bareng mereka.

Orang tua Halilintar tidak mempermasalahkan jika putra putri mereka mengadopsi anak. Istilahnya kayak:

"Jadi kalian mau mengangkat anak?"

-

"Sungguh sungguh?"

-

"Oh, baiklah"

Udah gitu doang.

Sadar akan diri mereka yang juga kurang baik jadi orang tua—dan mereka juga tak bisa melarang—yang bisa mereka lakukan hanya mendoakan Halilintar dan Solar agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik dari pada mereka.

Dan lalu sebagaimana pemikiran Halilintar dan Solar, pasti akan ada sedikit perbedaan pendapat dengan orang tua Solar—ibunya.

"...Ngapain kamu ngadopsi anak? Kan kamu masih mudah, belum tua tua amat?! Apa kata orang nantinya?—"

Setidaknya itu yang bisa Halilintar dengar dengan jelas.

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang