XXV. The Old Lady

265 48 19
                                    

15 Oktober 2022

Cuaca disore itu begitu bagus. Cerah, namun panasnya tak menyakiti kulit. Sangat cocok untuk pergi jalan jalan sore. Aku pergi untuk menghirup udara segar ditaman yang tak jauh dari rumah ku. Menenangkan pikiran.

Berjalan bagaikan tidak ada arah tujuan yang menunggu. Melihat orang orang yang juga berlalu lalang melakukan aktifitas mereka masing masing.

Aku duduk disalah satu kursi taman itu, berdekatan dengan danau kecil dan area bermain anak anak. Ketika aku sedang melamun, tiba tiba seorang wanita tua datang menghampiriku...

Aku senang karena beliau orangnya cukup baik. Bahkan seorang pendengar yang bagus juga. Sekalian dapat menemani kesendirianku saat ini.

✧.*

"Ibu Chrys!"

Solar melepaskan gandengan lengan Halilintar, dan berlari lari kecil untuk menghampiri wanita tua itu. 

"Selamat sore, Ibu Chrys!" Wanita itu menyapanya dengan hangat, terlihat begitu akrab. Halilintar yang jarang bersosialisi malah kebingungan. Pria itu rasa rasa pernah melihat sang wanita tua, tapi dimana ya?

"Selamat sore, nak Solar! Wah~ sudah lama sekali kita tak bertemu. Bagaimana kabarmu nak?"

"Baik sekali, bu! Ibu bagaimana?"

"Ya beginilah, tidak ada yang berubah. Ahahah!" Ibu Chrys memperhatikan wajah Solar yang begitu sumringah. Sangat berbeda dari terakhir kali ia bertemu Solar yang sendu. "Ngomong ngomong, apa kamu kesini sendirian lagi?" Tanyanya langsung.

Solar tersenyum manis, "tidak ibu. Sekarang aku sudah membawa 'teman' untuk kesini" Netra kelabu itu mengode Halilintar untuk datang menghampirinya.

"Selamat sore, bu" Halilintar menyalami wanita tua itu sebagai tanda hormat. "Selamat sore—ah.. kamu membawa suami mu main kesini, ya?"

Solar tersenyum malu malu, "hehe begitulah ibu, cuaca hari ini sangat bagus. Jadi aku mengajaknya untuk jalan jalan"

Ibu Chrys terkekeh, melihat Solar yang sangat senang. "Kalau begitu temankan juga ibu disini. Ibu gada teman, nih! Semenjak kamu jarang kesini, ibu jadi tidak ada teman main catur lagi"

Wanita itu mempersilahkan Halilintar dan Solar untuk duduk didua dari tiga kursi lain yang masih kosong—mengitari meja kecil.

"Umm Hali, aku rasa kamu belum pernah bertemu dengan beliau kan? Pekenalkan, ini Ibu Chrysalis. Istrinya almarhum Pak Kasa" Solar berbisik dikalimat terakhir. Mendengar itu Halilintar jadi ingat dengan rupa pria tua berjenggot putih yang biasa ia temui disekitaran rumahnya waktu awal awal ia tinggal disana.

"Senang bertemu dengan mu, Halilintar. Kan?"

Disaat Halilintar sedang melamuni pria tua itu. Tiba tiba saja Chrysalis menyebutkan namanya. Membuat sang pria menjadi sungkan karena beliau telah lebih dulu mengenalnya.

"Iya bu. Senang bertemu dengan ibu juga"

"Ini pertama kalinya kita bertemu, bukan? Biasanya kamu yang bertemu dengan suamiku di sekitaran komplek" Bahkan Chrysalis juga tahu jika Halilintar sudah bertemu dengan Kasa.

"Saya biasanya ketemu beliau saat saya hendak pergi kekantor, bu. Beliau selalu lewat didepan rumah sembari jogging"

Wanita itu tersenyum saat mendengarkan cerita tentang suaminya. Memang benar Kasa dulunya suka sekali ber-jogging pagi untuk menghirup udara segar. Menyambut dunia dengan penuh semangat.

Hah.. wanita itu sangat merindukannya.

Solar yang peka dengan situasi menyodorkan martabak manis yang baru ia beli bersama Halilintar tadi. Mencoba menghibur sang wanita tua. "Ibu! Ini ada martabak manis. Ayo kita makan bersama"

𝐉𝐮𝐬𝐪𝐮' 𝐚𝐮 𝐁𝐨𝐮𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang