Punya Rencana Bahagia

189 35 20
                                    

- PERAHU KERTAS -

Pesan dari Mama:
'Sayang, mulai dari sekarang kamu harus memperbaiki nilai-nilai kamu. Kamu mau lanjut kuliah di luar negeri, 'kan?'

Bita tidak berharap bisa kuliah di luar negeri, tapi Mama Siska sudah merencanakan semua mimpinya dari jauh-jauh hari. Dikarenakan Mama Siska tak bisa kuliah di luar negeri, Abang Juna begitu keras kepala, jadi Bita yang harus menanggung semuanya. Pada awalnya Bita mengiakan saja, dia bahkan merasa bangga untuk kuliah di luar negeri kelak. Akan tetapi, tuntutan nilai yang harus dia miliki membuatnya kewalahan.

Mengerjakan tugas saja Bita terkadang bisa lupa. Dahulu dia memang semangat untuk mengumpulkan nilai-nilainya, tapi di kelas sebelas kali ini semangatnya memudar, terlebih setelah perceraian kedua orang tuanya. Keinginan Bita saat ini hanyalah mengembalikan keutuhan keluarganya, membuat mereka berkumpul seperti dahulu sebelum perceraian terjadi.

Bita kehilangan motivasi, Bita kehabisan semangat belajarnya. Yang hanya ingin dia lakukan saat ini ialah menulis beberapa kisahnya untuk dipublikasikan di salah satu platform terkenal. Memang sih tidak mendapatkan bayaran, tapi dengan itu Bita lebih leluasa mengungkapkan isi hatinya tanpa harus berbicara. Mencurahkan isi hati kepada teman pun rasanya percuma, masih selalu ada sisa. Dan menuliskannya dalam sebuah karya itu ... cara terbaik untuk mengungkap seluruhnya.

Selain mencurahkan isi hatinya, Bita juga mulai merencanakan banyak hal dalam salah satu karya tulisnya. Di sana, dia bisa berencana untuk memiliki akhir yang bahagia dan kalau beruntung rencananya bisa terealisasikan. Jika tidak bisa bahagia di dunia nyata, setidaknya Bita sudah menyusun rencana indah untuk kehidupannya di masa mendatang.

"Ini gue gimana, ya?"

"Kadang ngerjain tugas aja suka lupa, nilai ulangan harian jarang ada yang dapat delapan, Mama pasti kecewa sama gue."

"Aish, gue udah berusaha fokus, tapi nilainya tetep aja segitu-segitu!"

Jika ditanya mengapa Bita banyak melamun, maka jawabannya karena pesan dari Mama. Tetapi teman-temannya hanya tahu dia melamun akibat dari karamnya kapal yang ditumpangi oleh Bita bersama Sekala. Iya, putusnya hubungan Bita dan Sekala sudah sampai ke telinga teman-teman yang tahu, bahkan Abang Juna saja beberapa kali mengirim pesan manis yang seharusnya membangun suasana hati Bita jadi lebih baik.

"Assalamualaikum, Bie~"

"Astagfirullah! Bin, ish!"

"Jawab salam yang bener, dong, Bie."

"Waalaikunsalam! Lo ngagetin aja, sih!"

Abian terkikik, dia duduk di samping Bita yang sedari tadi hanya merenung tanpa bicara apa-apa. Setelah acara makan bersama keluarga Jiah selesai, Bita pamit keluar dan akhirnya duduk termenung di teras rumah sahabatnya itu. Pesan dari Mama datangnya setelah makan, jadi Bita sudah kenyang.

"Kan, gue udah salam tadi."

"Masih pusing?"

"Ngga, udah sembuh karena tadi ditemenin sama lo pas di uks."

"Dasar aneh!"

Bita mendelik sekilas, lalu ia mengalihkan atensinya ke arah langit malam. Sementara itu Abian yang disebut aneh hanya tertawa kecil.

"Jiah deket banget sama orang tuanya, ya?" ujar Bita.

Abian melirik Bita dengan ekor matanya, dia tak menjawab melainkan hanya diam sembari memandanginya.

"Bin, ada harapan buat keluarga gue balik utuh lagi, ngga?" tanya Bita. "Soalnya ... gue kangen banget sama suasana rumah, gue kangen Mama ngomelin Papa yang pulang kemaleman, gue kangen Papa gombalin Mama yang lagi ngambek, gue kangen Mama sama Papa yang selalu omelin Bang Juna karena pulang-pulang bajunya kotor."

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang