Ada Yang Aneh

173 37 36
                                    

— PERAHU KERTAS —

"Oh, jadi elo cewek yang disebut-sebut sama Yuda itu?"

Jihan dibuat melangkah mundur oleh kedatangan salah satu seniornya yang didampingi dua rekannya. Satu lawan tiga.

Tubuh Jihan berhenti tatkala punggungnya bersentuhan dengan tembok. Ia sedikit terperanjat saat cewek itu menaruh sebelah tangannya di samping pipi Jihan dan turut menempel pada tembok.

"Jauhi Yuda."

"Kakak siapanya?"

"Jauhi Yuda sebelum gue bertindak kasar sama lo."

"Kakak ngga bisa ikut campur urusan—"

"HEH!"

Jihan tersentak kaget ketika cewek itu memukul kepalanya, dia benar-benar tidak percaya jika esoknya dia akan bertemu dengan orang yang mungkin semalam mengirimkan pesan berisi ancaman itu. Kini jantungnya berdebar, tapi tidak ada temannya yang datang karena kebiasaannya datang terlalu pagi.

"Lo sama Yuda itu ngga cocok, bego!" tandas cewek bernama Stela tersebut. "Cewek kayak lo ini ... terlalu cupu buat Yuda yang sempurna!"

Jihan berusaha mengangkat kepalanya untuk melihat siapa saja yang saat ini menghadang langkahnya menuju ke kelas. Di dada mereka tertera nama Stela, Hari, dan Naya. Jika Jihan tidak salah, mereka bertiga itu satu kelas dengan Yuda, dan jika Jihan tidak salah pun ... mereka sebenarnya sekumpulan cewek narsis yang selalu mengabadikan setiap momen di media sosial.

"Kak Yuda yang deketin aku, bukan aku," jawab Jihan.

"NGEJAWAB LO, SIALAN!" bentak Stela sembari menjambak rambut Jihan. "Lo itu ngga pantes buat Yuda, lo itu cupu, paham?"

"Eh! K-kak, lepasin!"

Jihan dibuat kelabakan ketika kedua rekan Stela tiba-tiba saja memegangi tangannya. Di saat Jihan berusaha melepaskan diri, Stela mengeluarkan spidol dari saku baju seragamnya. Dia tersenyum penuh kemenangan melihat betapa bersihnya baju seragam Jihan saat ini.

Stela pegang dagu Jihan supaya wajahnya tak terus bergerak dan membuat guncangan. Dia coret bagian leher Jihan hingga membentuk garis panjang dan sampai menodai sedikit baju seragam atasnya. Tawa ketiganya pecah melihat bagaimana jejak spidol tersebut menodai kulit Jihan.

"Sekarang gimana?" tanya Stela. "Lo masih mau deketin Yuda atau nyerah?"

Sorot Jihan meneduh dan berkaca-kaca. Dia benar-benar tidak pernah menginginkan hal ini, juga dia pun tak pernah menduga akan seperti ini.

"Lepasin."

Suara berat khas milik Abian terdengar. Ketiganya kontan melepaskan Jihan sehingga cewek itu berlari ke arah Abian dan berlindung di belakang tubuh sahabatnya. Abian menatap dingin mereka bertiga, tak peduli bahwa statusnya hanya sebagai adik kelas.

"Ayo pergi, guys!" ajak Stela pada kedua rekannya.

"Yuk!"

"Awas lo, ya!" seru Naya penuh ancaman. "Lo selamat sekarang, tapi nanti beda lagi, awas lo!"

"Buruan, Nay!" Hari menyeret kerah baju Naya gemas sendiri.

Setelah mereka menghilang dari pandangan, Abian kontan mengatur napasnya yang sedari tadi ia tahan. Demi apapun, sebenarnya Abian ini takut jika sampai diserang tiga cewek itu. Abian takut jika dia berakhir babak belur mendapat perlawanan mereka. Karena meskipun Abian jago bela diri, kalau melawan perempuan mana berani. Bukan lawannya.

"Makasih, ya, Bian~"

"Eh?"

Abian dibuat mematung ketika Jihan tiba-tiba saja memeluk dirinya dari belakang. Lalu, Abian usap kedua punggung tangan Jihan yang berada di perutnya saat ini. Di saat yang bersamaan, dari belakang keduanya Bita memelankan langkahnya ketika melihat seberapa dekatnya jarak di antara sepasang insan tersebut.

Meskipun dari belakang. Bita tahu kalau yang saat ini berpelukan di koridor sekolah itu adalah Jihan dan Abian. Bita meraih dada sebelah kirinya yang berdebar, dia dibuat menelan saliva dengan susah payah mendapatkan sensasi panas tak terduga.

"Aneh!" Bita memukul dadanya sendiri.

Pelukan itu merenggang, dilihatnya Abian yang sedang mengusap-usap pucuk kepala Jihan menenangkan dari ketakutannya.

"HEH HULK COKELAT, SINI LO, YA!" teriak Bita balik ke mode marah-marahnya.

"Gawat! Gue lagi dikejar sama nenek sihir, ayo ke kelas buruan!" ajak Abian sembari menggenggam erat tangan Jihan.

"BERANI-BERANINYA LO NINGGALIN GUE, YA!" teriak Bita di sela langkah mengejar Abian. "GUE SANTET JUGA LO LAMA-LAMA, YA, BIN!"

"BIE, AMPUN, BIE!" balas Abian yang heboh di depan sana. "GUE BURU-BURU KARENA NGELIAT JIHAN TADI, LHO!"

"MASALAHNYA LO UDAH JANJI MAU JAJANIN GUE BUBUR KACANG, YA, BIN!" Bita masih berteriak karena jarak mereka cukup jauh.

"Bian, lepasin gue!" kata Jihan baru menyadari mengapa dirinya harus ikut berlari.

"Oh? Aduh, iya lupa, maaf!"

"KENA LO!"

Abian meringis sakit saat Bita menjewer telinganya, dia berjinjit karena Bita benar-benar menarik telinganya.

"Gue udah pesen bubur kacang ijo, ya! Tapi kenapa lo malah pergi, hah!" Bita mengamuk sambil mendorong telinga Abian kesal. "Udah tau gue lupa bawa uang jajan, bikin malu aja lo!"

Abian memberenggut sambil mengusap telinganya. "Ini. Bunda ngasih lo uang jajan, tapi gue lupa ngasih dari tadi."

"ARGH, TAU AH!" kesal Bita. "Tapi sini uangnya, gue mau bilang makasih sama Tante Nuri langsung!"

"Kan, gue yang bawain, kenapa ngga ke gue aja?" tanya Abian memelas.

"Ngga sudi!" Bita merangkul lengan Jihan. "Yuk! Kita ke kelas, hari ini jadwal piket gue soalnya."

Jihan menganggukan kepalanya dan mengikuti tarikan Bita. Sejujurnya, Jihan ingin bicara kepada Bita soal Stela cs yang telah datang dan merundung dirinya. Namun, di situasi saat ini agaknya tidak tepat.

"Ta," panggil Jihan.

"Hm?"

"Kak Stela datang dan ngancam gue," kata Jihan. "Dia datang sama Kak Naya dan Kak Hari. Dia bilang kalo gue ... ngga pantes buat Kak Yuda."

"Apa?"

Jihan menganggukan kepalanya, lalu dia mengangkat rambutnya menunjukkan bekas spidol yang melintang di lehernya hingga ke seragam. Bita menatap Jihan sekilas lalu memperhatikan seberapa dalamnya bekas spidol tersebut.

"Dih, anjing!" reflek Bita karena kesal. "Terus apalagi yang dilukain, hah? Coba bilang ke gue, biar gue kasih paham cewek itu!"

"Ngga ada," jawab Jihan sejujurnya. "Apa benar gue ngga pantes buat Kak Yuda?"

"Jihan, dengar." Bita memegang kedua bahu Jihan, niatnya piket duluan harus tertunda untuk menasihati sahabatnya ini. "Lo cantik, lo pintar, lo berbakat, gue rasa lo udah cukup buat cowok modelan Kak Yuda."

"Gue ngga cupu?"

Bita menggelengkan kepalanya. "Ngga sama sekali, Han! Mending ke toilet dulu, yuk!"

"Mau apa?"

"Coba bersihin spidol itu, takutnya nanti kulit lo bermasalah."

Jihan menoleh ke arah datangnya Abian, hal itu membuat Bita menyadari bahwa dari samping keduanya ada seseorang. Bita melihat bagaimana cara Jihan memandangnya, lalu Bita menoleh dan dibuat sesak hanya karena Abian balas menatap Jihan.

"Untung gue datang tepat waktu," kata Abian. "Kalo ngga, ngga tahu bakalan gimana."

"Makasih, ya, Bian," ungkap Jihan.

"Lo suka sama Kak Yuda, 'kan?" tanya Bita memastikan, kedua tangannya lantas turun dari bahu Jihan.

— PERAHU KERTAS —

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang