Mungkin Sudah Suka

145 27 22
                                    

— PERAHU KERTAS —

"Bang."

Arjuna berdiri dengan raut wajah tidak bersahabat, ia menatap Bita dari atas hingga ke bawah. Alih-alih takut dengan tatapan mengintimidasi itu, Bita malah cengar-cengir tidak berdosa.

"Abian minta ditemenin ke klinik, jadi ... baru bisa pulang, hehe."

"Abian? Kenapa dia?"

Bita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Itulho, tensinya naik, kalo ngga ditemenin sama gue, dia bakalan sendirian. Lo tahu sendiri, kan? Abian ngga mau ngebuat keluarganya cemas."

Arjuna tidak lanjut mengomeli Bita, dia lebih memilih untuk menghampiri adiknya untuk memeriksa tak ada luka di tubuhnya. Bita meringis sakit ketika Arjuna tak sengaja menyentuh luka di kedua sikunya, mengetahui hal itu Arjuna lantas mengangkat kedua tangan Bita.

"Buka jaket lo."

"Ini sama sekali ngga ada hubungannya sama Abian, gue jatuh sama Nathan karena ada mobil yang hilang kendali," beber Bita di sela membuka jaketnya. "Kejadiannya tadi sore, tapi udah baikan, kok."

"Ta," panggil Arjuna. "Temen lo ngga luka serius? Aspalnya ngga geger otak atau semacamnya?"

"Abang!" pekik Bita setengah merengek.

Arjuna tertawa kecil, dia tidak mau terlalu serius sehingga membuat Bita jadi takut padanya. Dia pikir bahwa celaka itu tidak ada yang menginginkannya pun tidak ada yang tahu kapan akan terjadi, dia percaya Bita sudah berhati-hati dan memang sudah waktunya celaka saja.

"Gue udah buat sarapan, makan dulu!"

"Lo ada kelas pagi? Rapi banget dilihat-lihat."

Arjuna tersenyum simpul, dia menyibak rambut rapinya ke belakang tebar pesona.

"Doain semoga setelah lulus Abang langsung dapat kerjaan, ya," kata Arjuna. "Nanti, semua yang lo inginkan bakalan gue kabulin. Sekaligus ... gue bakalan melamar Sona."

"SERIUS? KALIAN JADIAN?"

Arjuna memejamkan matanya menahan nyeri di telinga karena Bita yang meninggikan nada bicaranya. Bita kalau sudah shock pasti akan keluar nada tingginya, bahkan kadang suka lupa tempat, beruntungnya sekarang di rumah sedang tidak ada siapa-siapa.

"Nih!" Arjuna mengeluarkan lembaran uang berwarna merah muda. "Sebagai pajak jadiannya, terima kasih karena udah kenal Sona dan memperkenalkan Sona sama gue."

"Segini doang?"

"Kurang emang?"

"Ah, segini cuma cukup buat beli permen di pasar, masih kurang ini, tambahin!"

Arjuna menjitak gemas kepala Bita, membuat cewek itu kontan meringis sakit dengan diakhiri mengusap-usap bekas jitakan. Ia mendelik tak terima pada Arjuna, sedang cowok itu dengan tengilnya menjulurkan lidah.

"Sana lo mandi!" suruh Arjuna. "Ingat, ya. Sebelum berangkat lo harus sarapan dulu, terus kalo bisa cuci piringnya sekalian, jangan jadi cewek pemalas, lo."

Bita merotasikan bola matanya malas, lalu ia melengos pergi setelah bosan mendengar ceramahan Bang Juna. Sudah bosan dia mendengar omelan Arjuna, rasanya ingin ganti Abang, tapi Bita tahu yang modelan Bang Juna itu cuma satu.

Begitu sampai di kamarnya, Bita mengempas tubuhnya sendiri ke ranjang. Dia menggigit ujung bantal untuk menahan jeritan, karena demi apapun dia sangat bersyukur mendapatkan nomor kontak penerbit calon bakal novelnya yang berjudul Perahu Kertas itu. Mungkin beberapa hari ke depan Bita akan sibuk, mengedit beberapa kata agar lebih pantas menjadi suatu buku.

"Semoga Abian sehat selalu, supaya nanti dia nganter gue ke mana-mana," gumam Bita. "Abian suka sama gue ngga, ya?"

Keseluruhan novel yang akan terbit itu murni berisi kisah cinta di antara Bita dan Abian. Dalam calon bakal novel itu, Bita membagikan sekitar 30 bagian dengan 2 bagian ekstra. Happy ending, sesuai dengan harapan Bita dengan Abian di masa mendatang. Dia berharap, kehidupannya sama bahagianya seperti tokoh Bita dalam novelnya sendiri.

"Iya, mungkin gue udah suka sama Abian."

— PERAHU KERTAS —

Abian masih di klinik. Akhirnya harus memberitahu orang tuanya juga. Surat dari dokter juga dibawa oleh Bita, dan telah sampai pada wali kelas untuk mencatatnya dalam absensi. Rencananya, sepulang sekolah mereka akan menjenguk Abian yang katanya akan pulang dari klinik pada siang hari.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi Bita, suasana kelas yang sebelumnya ramai berubah jadi hening, seluruh pandangan kontan tertuju pada Bita dan seorang cewek yang begitu masuk kelas langsung menampar pipi Bita. Semuanya kaget, termasuk teman-teman Bita yang tak pernah menduga akan terjadi hal seperti itu.

"Kak Arin, kenapa?"

"Sekala itu tunangan gue, dan lo ... ngga lebih dari pelarian aja, paham?"

Bita beranjak. "Kak, kita bicarakan ini di belakang, jangan di sini, malu."

"Diem lo!" bentak Arin. "Gue tahu lo sama Sekala sempat pacaran, gue juga tahu kalo lo masih suka dan cinta sama Sekala, kan?"

"Kak, malu." Bita berusaha untuk mengajak Arin untuk pergi. "Kita bicarakan ini berdua aja, ngga perlu teriak-teriak."

PLAK!

Sekali lagi, Arin melayangkan satu tamparan keras yang mengundang amarah teman-teman dekat Bita. Jiah yang maju untuk membela Bita, dia yang kini menjambak rambut Arin karena tak terima melihat sahabatnya ditampar begitu saja.

"Kenapa? Kurang lo? Iyalah, makanya Kak Sekala masih suka sama Bita, karena lo kurang!"

"Ngga usah ikut campur lo!" tunjuk Arin geram. "Urusan gue sama cewek kegatelan yang sok cantik ini!"

"Lo yang kegatelan, ya!" hardik Jiah geram. "Ta, jangan diem aja, dong!"

"Siapa bilang?" tanya Bita menantang. "Siapa bilang gue masih cinta sama Kak Sekala? Kak Sekala yang masih cinta dan masih suka sama gue, kali!"

"HEH, LO—LEPASIN!"

Jihan bergerak cepat mencekal pergelangan tangan Arin, hampir saja menampar Bita untuk yang kali sekian. Arin mengempas kasar pertahanan Jihan, dia menatap satu persatu teman Bita yang beranjak memberinya bantuan.

"Lagipula siapa, sih? Yang bakalan bertahan sama cowok yang lebih memprioritaskan sahabatnya?" tanya Bita. "Kak Sekala bilang, lo cuma sahabat dia, tuh! Dengar? Sa. Ha. Bat."

Arin menghentak tak terima. "Awas lo, ya! Gue aduin lo sama Sekala, biar mampus lo!"

"Aduin aja sana!" tantang Bita tak takut. "Gue ngga takut!"

Arin merotasikan bola matanya malas, dia melangkah mundur sembari tak lupa mengacungkan jari tengah menandai Bita dan kawan-kawan. Jihan dan Jiah segera memeluk Bita, memastikan Bita tak terluka karena mendapat dua kali tamparan dari Arin. Sandi dan Nathan tak ada di kelas, mereka sedang ke kantin sepertinya. Andai mereka ada, pasti Arin akan terpojok dari awal.

Tapi, kelas menjadi ramai dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hubungan Bita dan Sekala. Kalau sudah begini, hubungan yang sempat terjalin itu terbuka juga, padahal Bita sudah baik-baik menyembunyikannya dari orang lain.

Hari itu juga, admin dari sekolah SMA Cakrawala mempublikasikan artikel tentang hubungan tak terduga yang sempat terjalin di antara Bita anak kelas 11-C dengan Sekala si murid populer dari kelas 12-A.

— PERAHU KERTAS —

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang