Tenggelam Satu

238 31 11
                                    

— PERAHU KERTAS —

Abian memiringkan kepalanya, ia menatap Bita dalam sekali. Di saat teman-teman lainnya menghabiskan waktu di luar kelas, Bita dan Abian memutuskan untuk tetap di kelas. Seluruh kertas ulangan telah dibagikan hari ini, yang berarti waktu berlibur panjang tiba. Bita tidak menelan kekecewaan dari pelajaran pokok di sekolah, sudah jelas matematikanya mendapat nilai sempurna. Tapi Bita mengantuk berat, sampai dia tak beranjak dari bangkunya.

Abian menyelipkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Bita, ia sedikit bingung harus berbuat apa sekarang. Bita tidur dengan posisi menangkup dagu, sebegitu mengantuknya dia sampai tidak mencari tempat tidur terlebih dahulu.

"Bukunya mau terbit besok," ujar Bita. "Mama sama Papa udah ngelarang gue, tapi gue bakalan tetap undang mereka buat membuktikan betapa karya gue berharga."

Ternyata Abian salah, Bita tidak tidur. Dia hanya menutup matanya saja. Bita mengerjap, baru membuka mata sudah disuguhkan raut wajah hangat Abian yang sedang memandanginya. Cowok itu tersenyum hangat, menambah damai hati Bita yang sejak semalam tak tenang setelah mendapat telepon dari kedua orang tuanya.

"Tapi Bang Juna ikut-ikutan mundur dukung gue, Bin," katanya. "Apa gue batalin aja?"

Abian menggeleng. "Gue juga keluarga lo, gue dukung lo. Bunda sama Ayah juga bakalan datang, Sea juga pasti bawa temen-temennya."

"Kok, keluarga lo bisa sehangat itu, Bin?" tanya Bita. "Kenapa keluarga gue ngga, ya?"

Abian berhenti memandang Bita, ia menarik perlahan kepala Bita hingga menyandar di dada bidangnya. Di sana Bita dapat mendengar secara langsung bagaimana Abian berdetak kencang. Cowok itu menaruh pipinya di pucuk kepala Bita, memejamkan mata seolah sedang menikmati kebersamaan ini.

"Bin," panggil Bita.

"Peluk gue, Bie," katanya.

Sepasang mata Bita berkaca-kaca, lalu dengan tanpa berpikir ia mengangkat kedua tangannya untuk memeluk Abian. Bita mendongak untuk memastikan, membuat Abian harus mengangkat kepalanya dari sandaran. Pandangan mereka bertaut saat ini, dan Abian memulai senyuman damainya hingga jantung Bita berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

"Apa?" tanya Abian lembut sekali. "Udah suka sama gue?"

Bita terperanjat kaget, dia dibuat kelabakan mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Abian. Buru-buru Bita merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena bersandar cukup lama di dada Abian.

"Bin, gue mau ke toilet dulu."

Abian mencekal lengan Bita, menahan dia yang hendak pergi.

"Bin, gue mau ke toilet!"

"Lo suka sama gue, iyakan?"

Bita memejamkan matanya kuat, kemudian ia berusaha melepaskan pertahanan Abian yang begitu kuat di lengannya.

"Najis!" pekik Bita telak. "Gue ngga sudi suka sama lo, dasar hulk cokelat!"

Abian tertawa, barulah setelah itu ia melepaskan pertahanannya. Bita berlari kecil meninggalkan Abian yang masih gemas dengan perkataan cewek itu.

"Gue dukung lo!" teriak Abian. "Jangan menyerah, selagi mereka sibuk terobos aja, Bie!"

Bita tersenyum malu-malu begitu menoleh dan melihat Abian yang bersemangat memberinya dukungan. Cowok itu memasang raut wajah yang sangar, serta menghentak kedua tangannya sebagai bentuk dukungan semangat.

"Semangat!" serunya sembari membentuk love menggunakan kedua tangan yang ia lengkungkan di kepala. "Semangat, Bie~"

"Najis lo!" pekik Bita lagi. Tapi saat dia melanjutkan langkahnya ia tersenyum salah tingkah.

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang