00:09

370 41 26
                                    

- 00:09 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 00:09 -

Jack menyentuh tangan Zelin ketika perempuan itu hanya menatap makanannya tanpa menyentuhnya sama sekali. Sepertinya perempuan itu masih memikirkan ucapan Syadza tadi siang.

Jack tidak suka Zelin seperti ini. Tadi siang perempuan itu melewatkan makan siangnya, dan Jack tidak akan membiarkan sang kekasih untuk melewatkan makan malamnya juga.

"Sayang, tolong jangan simpan apapun sendirian. Dan tolong jangan berpikir kalau kamu bersalah atas semua yang terjadi sama Syadza cuma gara-gara Jeffrey ngelakuin itu demi kamu. Kamu gak salah apapun," ucap Jack mencoba menenangkan perempuan itu.

"Mau peluk," ucap Zelin membuat Jack bangkit dan dengan cepat menghampirinya. Keduanya berpelukan lagi, kali ini posisinya Jack berdiri sedangkan Zelin terduduk di kursi.

"Jangan terlalu mikirin hal yang buruk, Sayang. Ini semua murni salahnya Jeffrey. Dia bukan laki-laki baik, dia gak bisa bertanggung jawab. Semuanya salah dia," ucap Jeffrey tegas.

"Sebagai perempuan, aku ngerti gimana sakitnya jadi Syadza," ujar Zelin dengan mata berkaca-kaca.

"Aku gak nyangka ada orang sejahat Jeffrey," lirih Zelin.

"Sekarang tau 'kan kenapa aku gak suka dia? Auranya emang negatif," ujar Jack membuat Zelin mengangguk pelan.

"Pokoknya kita harus bantuin Syadza, dia harus dapat keadilan," ucap Zelin.

"Iya, kita akan berusaha supaya Syadza mendapatkan keadilan dan Jeffrey dapat karma atas perbuatannya,"

Di sisi lain, Jeffrey mendapat laporan dari orang suruhannya bahwa tadi pagi Syadza menemui Zelin. Bahkan dari laporan yang didapat, Syadza sudah menceritakan semuanya pada Zelin.

Akibat perbuatan nekatnya itu, Syadza diberi hukuman yakni di kurung di dalam gudang yang gelap gulita tanpa diberi makan. Jeffrey tidak takut terjadi hal buruk pada bayinya, karena lelaki itu telah memberi Syadza sebuah obat yang mana membuat bayinya itu tetap kuat meski ibunya tidak makan teratur.

Bayinya akan tetap kuat dalam kondisi apapun. Sayangnya, tubuh Syadza akan mengurus drastis bila dia tidak makan dengan benar. Selain itu, kemungkinan besar bila Jeffrey terus memberikan obat tersebut pada Syadza, perempuan itu akan kehilangan nyawanya setelah anaknya lahir nanti.

"Dosisnya harus sesuai dengan yang ku anjurkan, bila tidak, organ penting dalam tubuh Syadza akan rusak dengan perlahan. Saranku, cukup berikan dua kali selama kehamilannya, bila lebih dari itu, Syadza akan buta atau bahkan kehilangan nyawanya,"

Jeffrey mengingat lagi ucapan temannya yang seorang mantan dokter. Jeffrey tau, obat apapun yang temannya ciptakan pasti memiliki efek samping yang mematikan. Tapi Jeffrey tidak peduli, lagipula untuk apa peduli pada Syadza?

"Tuan Muda! Tuan Muda!"

Jeffrey segera memasukkan botol kecil yang semula ia pegang ke dalam saku. Lelaki itu membalikkan badannya dan menatap seorang wanita setengah baya yang tadi memanggilnya dengan nada cemas.

"Ada apa?" tanya Jeffrey menatap wanita itu.

"Nyonya Muda pingsan, sepertinya kita harus-"

"Jangan lakukan apapun! Tinggalkan dia sendirian! Jangan ada yang berani menolongnya. Jika sampai ada yang mengeluarkannya dari gudang, maka siap-siap akan menerima hukuman dari saya!" ucap Jeffrey dengan tegas dan langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan kondisi Syadza saat ini.

Sesampainya di kamar, Jeffrey menjatuhkan tubuhnya ke kasur untuk melepas penat. Laki-laki itu menghela napas panjang sembari memejamkan matanya.

"Dua hari lagi, Jeffrey. Dua hari lagi lo bisa ketemu sama orang yang lo sayangi," ucap Jeffrey pada dirinya sendiri.

Jeffrey sebenarnya sudah sangat amat merindukan Zelin. Sayangnya ia tidak punya alasan bertemu sang pujaan hati di luar pekerjaan.

Sekarang citranya pasti sangat buruk di mata Zelin setelah Syadza mengadu. Ah, Jeffrey benar-benar pusing karena Syadza!

"Perempuan bodoh itu memang beban!" ucap Jeffrey kesal ketika terbayang wajah Syadza.

"Mau dia mati juga gak akan ada yang peduli," ujar Jeffrey ketika kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Syadza terlintas dalam benaknya.

"Yang penting anak gue aman. Mau Syadza mati sekalipun, gue gak peduli," ucap Jeffrey begitu santai seperti tidak memiliki beban.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Sudah pukul satu dini hari, namun Zelin dan Jack sama-sama belum memejamkan mata mereka. Keduanya pun inisiatif untuk membahas beberapa hal yang kemungkinan terjadi pada hubungan mereka ke depannya.

"Bayangin suatu saat kamu lupa ingatan, pasti kamu lupain aku juga," ucap Zelin membuat Jack cemberut mendengarnya.

"Amit-amit ih, jangan sampe aku amnesia," ucap Jack tidak bisa membayangkan hal tersebut.

"Gimana jadinya, ya, kalau nantinya kamu beneran amnesia dan kamu lupain aku terus kamu sama orang lain? Apalagi perempuan itu sempurna." Zelin tiba-tiba kepikiran.

"Mana bisa gitu, aku udah minta sama Tuhan. Ya Tuhan, jodohkanlah aku sama Zelin. Kalau Zelin dijodohin sama orang, akupun orang. Hayo, Tuhan gak punya pilihan lain selain jodohin aku sama Zelin," ucap Jack begitu santai.




to be continued

mari bersama sampai 17 hari kedepan baby boo💜

siap menaiki kapal #JackiEyin?

bacanya jekiyin manteman💜

yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜

1 vote and comment = semangat aku untuk update💜

1 silent readers and hate comment = kamu setan.

TANDAI KALAU ADA TYPO<3

Love and Job [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang