00:17

360 36 20
                                    

- 00:17 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 00:17 -

Pelaku yang telah menabrak Jack hingga koma akhirnya di tangkap setelah rekaman CCTV di depan minimarket merekam semua kejadian itu.

Seorang pria tiga puluh delapan tahun yang merupakan CEO dari salah satu perusahaan ternama ditetapkan sebagai tersangka setelah semua bukti mengarah padanya.

Zelin marah sekali pada pria itu, apalagi ketika pria bernama Hans tersebut mengaku tanpa rasa bersalah sedikitpun semakin membuat Zelin murka. Dia meminta pihak berwajib untuk memberikan keadilan untuk kekasihnya yang sampai detik ini masih terbaring di hospital bed dengan alat-alat yang terpasang di tubuhnya.

"Aku gak akan pernah maafin kamu! Karena kamu gak ngerasa bersalah sedikitpun! Kamu bukan manusia!" teriak Zelin pada Hans yang sudah dalam sel tahanan.

"Saya hanya tidak ingin milik saya direbut oleh si miskin itu," ucap Hans santai.

"Brengsek! Milikmu katamu? Sejak kapan aku mau sama kakek-kakek, hah?! Kamu gak sadar muka kamu itu jelek?! Ternyata bukan muka aja, hati kamu juga jelek persis kayak orangnya!" ucap Zelin membuat orang-orang yang berada dalam sel yang sama dengan Hans tertawa.

Hans menatap Zelin dengan tajam, membuat Gevano berdiri di samping perempuan itu.

"Tempat terakhirmu akan ada di neraka, Hans. Siap-siap saja," ucap Gevano dingin.

"Aku akan segera bebas!" ucap Hans begitu percaya diri.

"Oh, ya? Kamu begitu percaya diri hmm? Apa kamu pikir setelah bebas dari sini kamu benar-benar bebas? Tentu tidak, bodoh ... jika polisi tidak bisa memberimu hukuman mati, maka aku sendiri yang akan melenyapkanmu atas nama adikku!" ucap Gevano dengan tatapan menghunus.

"Siapa yang kamu bilang si miskin? Apa Jacksen Northern yang memiliki kekayaan setara denganmu itu, hah? Oh, ayolah Hans! Kamu hanya dipungut oleh keluargamu, jangan berlagak seperti seorang raja!" kekeh Gevano membuat Hans makin ditertawakan orang-orang.

"Gevano!" Wajah Hans merah padam, dia begitu marah mendengar semua ucapan Gevano.

"Maaf, anak pungut tapi kami harus pergi sekarang. Berdo'alah semoga kamu mendapatkan hukuman mati dari polisi bukan dariku," ucap Gevano kemudian pergi membawa Zelin meninggalkan Hans yang ngamuk dan memukuli jeruji besi yang mengurungnya.

"Vano, makasih banyak untuk semuanya," ucap Zelin begitu tulus.

"Kamu kakak iparku, sahabatku. Dan Jack adalah adikku, sudah tugasku melakukan ini," ucap Gevano memeluk singkat perempuan itu.

"Aku takut, Vano ... aku takut Jackie—"

"Semuanya akan baik-baik saja," bisik Gevano sebelum Zelin berpikiran macam-macam.

Di sisi lain, Jeffrey yang sudah mendengar kabar bahwa Jack koma, begitu senang karena itu artinya pernikahannya dengan Zelin akan tertunda atau mungkin batal bila dia tidak selamat.

"Ini kesempatan gue deketin Zelin lagi," gumam Jeffrey tersenyum licik.

"Jeff, bisa minta tolong sebentar?"

Jeffrey berdecak kesal mendengar suara Syadza yang memasuki gendang telinganya. Bila saja dia tidak sedang menjalankan misi, malas sekali menanggapinya.

"Sebentar, Sayang," ucap Jeffrey pada akhirnya menghampiri perempuan itu.

"Kenapa?" tanya Jeffrey begitu lembut.

"Tolong ambilin baju yang itu, yang lainnya udah sempit jadi gak nyaman makenya," ucap Syadza seraya menunjuk ke arah lemari atas tempat baju hamilnya berada.

Jeffrey spontan melirik perut Syadza dan tertawa kecil melihat perut Syadza yang begitu bulat. Jeffrey sedikit membungkuk dan menggesekkan pipinya di perut Syadza sebelum menegakkan tubuhnya kembali dan mengambilkan apa yang perempuan itu inginkan.

"Terima kasih," ucap Syadza kemudian pergi mengganti bajunya karena sudah tidak nyaman.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

"Kemungkinan besar bila Jack bangun, dia akan mengalami amnesia permanen karena benturan dikepalanya begitu kuat,"

Tubuh Zelin langsung lemas di detik pertama mendengar ucapan sang dokter yang menangani kekasihnya. Lily pun sama, wanita itu benar-benar syok mendengar bila putranya akan mengalami amnesia permanen.

"Gimana jadinya, ya, kalau nantinya kamu beneran amnesia dan kamu lupain aku terus kamu sama orang lain? Apalagi perempuan itu sempurna." Zelin tiba-tiba kepikiran.

"Mana bisa gitu, aku udah minta sama Tuhan. Ya Tuhan, jodohkanlah aku sama Zelin. Kalau Zelin dijodohin sama orang, akupun orang. Hayo, Tuhan gak punya pilihan lain selain jodohin aku sama Zelin," ucap Jack begitu santai.

Ucapan Jack beberapa bulan lalu terlintas dalam benaknya. Lihat, sekarang hal yang Zelin takuti benar-benar akan terjadi—Jackie-nya akan lupa dengannya.

"Betul-betul permanen? Apa saja kira-kira yang masih bisa dia ingat?" tanya Gevano pada sang dokter.

"Ya, benar Tuan Muda. Kemungkinan besar yang dia ingat hanyalah kejadian empat atau lima tahun lalu. Yang pasti dia tidak akan ingat dengan kejadian yang dia alami, begitu juga orang-orang yang hadir dalam hidupnya sebelum empat atau lima tahun lalu," tutur sang dokter.

"Gak ... gak mungkin, Dok. G-gimana bisa dia lupain aku? Dia udah janji gak akan pernah lupain aku," lirih Zelin membuat Zoya dan Lily langsung memeluknya.

"Inilah fakta terburuk yang harus saya katakan pada kalian," ucap sang dokter.

"Bisa kita bicara?" tanya Gevano membuat sang dokter mengangguk pelan.

"Mari bicara di ruangan saya, Tuan Muda."

Akhirnya Gevano pergi bersama sang dokter, sedangkan Zoya dan Lily masih menenangkan Zelin yang menangis membayangkan bagaimana hidupnya bila Jack melupakannya.

Terdengar alay, tapi Jack benar-benar rumah yang Zelin cari selama ini. Jika rumah itu hancur, ke mana dia akan pergi?



to be continued

mari bersama sampai 8 hari kedepan baby boo💜

siap menaiki kapal #JackiEyin?

bacanya jekiyin manteman💜

yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜

1 vote and comment = semangat aku untuk update💜

1 silent readers and hate comment = kamu setan.

TANDAI KALAU ADA TYPO<3

Love and Job [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang