The End

664 62 43
                                    

- the end -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- the end -

"Zora ...." Damaress tersenyum melihat putrinya datang kemari menjenguknya.

Zelin gegas pulang ke Amerika setelah Gevano memintanya untuk pulang karena kondisi Damaress yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pria itu baru saja mengalami kecelakaan hingga harus di rawat di rumah sakit saat ini.

Perempuan itu enggan mendekat, karena masih belum bisa menerima fakta bahwa yang terbaring lemah itu adalah ayahnya. Ayah kandungnya.

"Zora masih marah sama Papa?" tanya Damaress dengan mata berkaca-kaca.

Damaress ingin sekali menangis dan berteriak kencang untuk mengatakan pada semua orang jika putrinya ternyata masih hidup. Putri kecilnya yang dibuang oleh istrinya sendiri dan telah dinyatakan meninggal dunia ternyata masih hidup sampai sekarang ... dan sialnya dia pernah berpikir untuk melenyapkan putrinya sendiri.

"It's okay, Zora memang berhak marah. Papa bukan papa yang baik untuk Zora. Tapi Papa sangat sayang sama Zora, sangat sayang ...," ucap Damaress kemudian menangis.

Damaress amat sangat menyayangi Zelin yang sebetulnya adalah Aozora putrinya. Ketika Samantha mengatakan bahwa Aozora diculik, Damaress benar-benar seperti orang gila karena kehilangan putrinya. Setelah satu bulan tidak ada yang bisa menemukan Aozora, Damaress seperti mayat hidup karena separuh jiwanya telah pergi untuk selama-lamanya.

Tiga puluh satu tahun telah berlalu sejak peristiwa itu, tapi Damaress sama sekali tidak bisa melupakan wajah bayi mungil yang setiap hari selalu ia dekap. Damaress bisa melupakan semuanya, tapi tidak dengan wajah Aozora-nya ketika pertama kali sang putri terlahir ke dunia.

"Kenapa aku di buang?" tanya Zelin begitu pelan setelah sekian lama terdiam.

"Papa-"

"Karena saya tidak mengharapkan kamu hadir di dunia ini," ucap Samantha tiba-tiba masuk ke ruang rawat sang suami.

"Samantha!" Damaress berseru lantang, tak suka mendengar ucapan sang istri yang terlontar untuk putrinya.

"Biarin! Biar dia tau kalau kelahirannya itu pembawa sial di hidup kita!" ucap Samantha menatap Zelin begitu rendah.

"Seharusnya dia terlahir sebagai laki-laki! Anak perempuanmu ini yang membuat hidupku menderita!" ucap Samantha lagi.

Damaress turun dari hospital bed dan gegas menghampiri putrinya yang masih tertunduk dalam. Pria itu langsung mendekap sang putri dan menutup kedua telinga anak kesayangannya.

"Jaga bicara kamu di hadapan putriku!" ucap Damaress marah.

"Jangan bela dia! Dia itu pembawa si-"

"Tutup mulutmu, bodoh! Dia putriku! Sekali lagi kamu bicara buruk pada anakku, aku pastikan kamu akan menyesal!" ucap Damaress masih menutup kedua telinga putrinya.

Love and Job [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang