00:11

472 43 42
                                        

- 00:11 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 00:11 -

Kakek Albert : Informasinya valid, Nak. Kakek berterima kasih karena kamu sudah memberitahu Kakek lebih cepat sebelum perempuan itu tewas.

Zeliva Zivanya : sama-sama, kek. tolong jaga syadza, dia bener-bener butuh support saat ini.

Kakek Albert : Pasti. Kamu jangan khawatir, Kakek jamin semuanya akan seperti yang kamu harapkan.

Zelin tersenyum simpul membaca pesan yang Albert kirim. Setelah membalas pesan itu, Zelin langsung meletakkan ponselnya dan bernapas lega karena dia percaya Albert pasti bisa memberikan keadilan untuk Syadza.

Zelin benar-benar berharap Jeffrey berubah dan menerima Syadza dengan tulus. Itu saja.

"Sayang, sini buka perbannya." Jack yang baru datang, langsung mengambil posisi berjongkok di hadapan sang kekasih yang sedang duduk di sofa.

"Jackie, makasih udah rawat aku dengan baik," ucap Zelin dengan tulus.

"Udah tugas aku," ucap Jack seraya tersenyum tulus pada perempuan itu.

Zelin tertawa pelan dan mengusap pipi lelaki itu dengan lembut. Ia pun mengamati Jack yang begitu hati-hati membuka perban di kakinya.

"Yeayyy, lukanya udah sembuh," Jack senyum-senyum ketika memeriksa luka di kaki Zelin beberapa waktu lalu kembali merapat.

"Karena udah sembuh, aku pengen liburan," ucap Zelin begitu antusias.

"Boleh, tapi tunggu dua hari lagi, ya. Soalnya aku takut lukanya kebuka lagi dan berdarah," ujar Jack membuat Zelin mengangguk menuruti syarat yang ia ajukan.

Jack pun gegas cepat membereskan semuanya setelah perban di kaki sang kekasih sudah ia lepaskan. Setelah semuanya selesai, ia pun ikut duduk di samping Zelin yang langsung menyandar di dadanya.

"Kakek Albert tadi udah kasih tau aku kalau semuanya bakal sesuai sama yang kita harapin. Aku seneng banget pas tau Kakek Albert mau bantu Syadza padahal kata Syadza gak ada yang nerima dia dengan baik di keluarga Jeffrey," ucap Zelin membuka topik.

"Aku harap Jeff segera berubah dan Syadza bisa hidup bahagia," ucap Zelin lagi. Perempuan itu tersenyum kecil membayangkan kehidupan bahagia Jeffrey dan Syadza bersama buah hati mereka nanti.

"Pantes Jeffrey obsesi banget sama kamu," ucap Jack membuat Zelin mendongak menatapnya.

"Kenapa?" tanya Zoya penasaran.

"Karena kamu baik banget, peduli sama orang lain," ucap Jack begitu bangga bisa memiliki Zelin.

"Karena Papa selalu bilang sama aku, ketika kamu tau ada orang yang butuh bantuan, cobalah semampu kamu untuk nolongin dia. Papa bangga kalau kamu bisa jadi anak baik." Zelin tersenyum simpul ketika kembali mengingat ucapan ayahnya puluhan tahun silam.

Meski telah tiada, pesan yang ayahnya berikan tidak pernah Zelin lupakan.

Jack mencium puncak kepala Zelin dan menggenggam jemari lentik perempuan itu. "Aku gak tau gimana kita kedepannya, tapi aku berharap kita bisa terus sama-sama. Aku juga gak bisa janji bakalan bikin kamu bahagia selalu, tapi aku akan terus berusaha buat jadi rumah untuk kamu pulang,"

Zelin meraih ponselnya dan menunjukkan potret keluarganya yang ia simpan sejak dulu, bahkan bingkai fotonya masih ia rawat hingga detik ini.

"Aku mau kayak Mama, jadi tempat ternyaman untuk kamu setelah kamu lelah kerja seharian. Mau jadi kayak Mama, yang selalu jadi wadah penampung keluh kesah kamu dan anak-anak kita nanti. Mau jadi kayak Mama, yang bisa jadi perempuan kuat dan hebat walaupun dipandang sebelah mata. Aku juga mau jadi kayak Papa, yang selalu kasih seluruh cinta dan kasih sayang yang melimpah untuk keluarga kecil kita nanti," ucap Zelin dengan mata berkaca-kaca.

Zelin tidak pernah iri dengan orang lain, karena di rumah, Zelin sudah memiliki segalanya. Kebahagiaan yang sesungguhnya ada pada keluarganya. Sayang, kebahagiaan itu terenggut dari kehidupannya dan juga Zoya begitu saja.

Melihat Zelin yang akhirnya menangis, Jack pun menarik perempuan itu hingga kini posisinya sudah berada di pangkuannya. Jack tidak mengatakan apapun selain memeluk Zelin dan mengusap punggungnya dengan teratur.

"Aku mau jadi Mama, yang dicintai dengan tulus sama pasangannya," ucap Zelin lagi.

"Dan aku akan berusaha kayak Papa kamu, yang mencintai, menyayangi, dan menjaga kamu serta menjadikan kamu satu-satunya wanita di hidupku seumur hidup," bisik Jack begitu lembut.

Di sisi lain, Syadza benar-benar bersyukur karena berkat Zelin, Jeffrey tidak lagi menyiksanya. Lelaki itu bahkan memperbolehkannya tidur di kamar mereka dan memberinya makan setelah semalam kelaparan.

Tak hanya itu, Jeffrey yang biasanya bersikap kasar, kini justru lebih banyak diam daripada membentak dan memarahinya untuk sesuatu yang sebenarnya bukanlah kesalahannya.

"Nyonya Muda." Seseorang mengetuk pintu kamar yang memang terbuka lebar.

"Iya? Ada apa?" tanya Syadza yang langsung membalikkan badannya menatap seorang wanita berdiri di daun pintu.

"Ini ada makanan yang Tuan Muda pesankan untuk dititipkan kepada Nyonya." Wanita itu menunjukkan nampan di tangannya.

Syadza sedikit bingung. Kenapa Jeffrey harus repot-repot melakukan ini? Ah, iya lupa bahwa laki-laki itu sedang berusaha memperbaiki citranya di hadapan kakeknya.

"Ah, iya ... bawa masuk aja, Bi," ucap Syadza mempersilahkan wanita itu untuk membawa makanan itu ke kamar.

Wanita itu mengangguk menuruti perintah sang Nyonya Muda.

"Nyonya Muda, Tuan Besar berpesan kepada saya kalau Nyonya harus beristirahat total hari ini. Jangan melakukan aktivitas apapun dan panggil saya kalau memerlukan sesuatu,"

"Iya, Bi. Terima kasih banyak," ucap Syadza dengan tulus.

"Sama-sama, Nyonya Muda. Kalau begitu saya permisi." Wanita itu sedikit membungkukkan badannya dan segera pergi setelah merasa tugasnya selesai.

Syadza tidak pernah menyangka bahwa dia akan diperlakukan sebaik ini. Ia pikir, Albert membencinya karena diawal pertemuan pria itu murka bahkan melarang Jeffrey menikahinya karena dia berasal dari keluarga yang jauh di bawah keluarga Jeffrey. Karena perbedaan kasta itulah, Albert memilih untuk tidak datang ke pernikahan cucunya.

Tapi ternyata, Albert tak seburuk yang ia pikirkan.

Syadza mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada Jack dan berterima kasih pada Zelin karena berkat perempuan itu dia bisa bernapas lega sekarang.

Syadza Morgenza-Abigail : jack, sampaikan terima kasihku sama zelin. terima kasih banyak karena dia sekarang jeffrey ga jahat lagi sama aku. sekali lagi, terima kasih banyak..

Syadza Morgenza-Abigail : anakku harus tau kalau dia punya dua ibu. selain aku, zelin juga ibu perinya🤍








to be continued

mari bersama sampai 15 hari kedepan baby boo💜

siap menaiki kapal #JackiEyin?

bacanya jekiyin manteman💜

yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜

1 vote and comment = semangat aku untuk update💜

1 silent readers and hate comment = kamu setan.

TANDAI KALAU ADA TYPO<3

Love and Job [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang