- 00:12 -
Jack memandang wajah damai sang kekasih yang sedang terlelap. Jack heran, kenapa ada perempuan seperti Zelin yang mau bagaimanapun keadaannya tetap terlihat cantik? Jack suka melihat Zelin yang dipoles make up, tapi Jack lebih suka wajah Zelin yang natural seperti sekarang.
Rasanya kecantikan perempuan itu bertambah berkali-kali lipat.
"Hidup lagi capek-capeknya, tapi liat dia tidur nyenyak aja beban serasa hilang," gumam Jack yang masih terus memandangi wajah damai perempuan itu.
"Panjang umur calon ibu dari anak-anakku," bisik Jack tepat di telinga Zelin sebelum memeluk perempuan itu dan ikut memejamkan matanya untuk tidur siang juga.
"I love you," bisik Jack lagi.
Di tempatnya, Jeffrey mengamuk. Bagaimana tidak, project yang seharusnya ia bintangi bersama Zelin, malah diganti dengan perempuan lain. Jeffrey sudah lama menantikan momen ini, tapi tiba-tiba mendapat kabar bahwa Zelin menolaknya, membuat Jeffrey benar-benar kecewa.
Ini semua karena Syadza.
"Tenang, Jeff!" Bara menghentikan Jeffrey yang kini melampiaskan amarahnya pada alkohol.
"Gue gak bisa tenang, Bar!" ucap Jeffrey marah.
"Lo udah nikah?" tanya Bara membuat Jeffrey menatap tajam padanya.
"Lo rahasiakan ini dari gue, Jeff? Seriusan lo nikah tanpa ngasih tau gue?" tanya Bara sekali lagi, mengabaikan tatapan tajam sang sahabat.
"Lo anggep gue apa, Jeff? Gue pikir selama ini gue yang paling tau gimana lo, tapi ternyata apa? Gue seenggak berarti itu bagi lo!" ucap Bara kesal karena dia justru mengetahui ini dari Albert.
"Lo tau dari Kakek?" tanya Jeffrey kembali menuang minuman haram itu ke dalam gelasnya.
"Iya, dan parahnya lagi pernikahan lo sama Syadza udah tiga bulan, bahkan gue tau pas Syadza udah hamil, kan?" kekeh Bara merasa tak dihargai sebagai sahabat lelaki itu.
"Lo tau, Bar? Gue selalu kasih tau hal penting dan berharga dalam hidup gue sama lo," ucap Jeffrey pelan.
"Terus? Kenapa lo gak ngasih tau gue tentang pernikahan lo sama Syadza?" tanya Bara karena Albert hanya memberinya informasi bahwa Jeffrey sudah menikah dengan Syadza dan Albert memintanya untuk mengawasi Jeffrey. Bara sendiri bingung dibuatnya.
"Karena itu gak penting, dan gak berharga bagi gue," ucap Jeffrey santai.
"Jeff, lo sebrengsek ini?" tanya Bara tak menyangka.
"Gue nikahin Syadza cuma butuh rahimnya doang, tapi sekarang syaratnya diganti dan gue lagi mainin peran jadi suami yang baik," ucap Jeffrey tersenyum licik.
"Lo tau, Bar? Gue bakal peluk Syadza dengan erat. Bukan karena gue sayang sama dia, tapi buat nusukin belati itu biar tepat sasaran,"
"Brengsek!" Bara berdiri dan menatap Jeffrey seperti menatap musuh.
"Setelah Syadza mati, gue bakalan nikah sama Zelin. Zelin pengen jadi seorang ibu, dan gue bakalan wujudin mimpinya. Anak yang Syadza lahirkan bakalan jadi anak gue dan Zelin, dan hidup kami bakalan bahagia setelah Syadza mati," ucap Jeffrey yang kini kesadarannya mulai menipis dan mulai berhalusinasi.
"Sumpah, Jeff! Awalnya gue masih simpati sama lo, tapi sekarang gue bener-bener yakin kalau lo itu udah gila!" ucap Bara begitu emosi.
Jeffrey yang ia kenal benar-benar berubah. Bara hampir tidak bisa mengenali Jeffrey yang sekarang. Jeffrey terlalu brengsek untuk disebut sebagai sahabatnya.
"Ya, gue emang gila! Gue gila karena Zelin!" ucap Jeffrey tiba-tiba marah lagi.
"Harusnya gue sama Zelin baik-baik aja! Tapi karena Syadza sialan itu Zelin jadi jauhin gue!" ucap Jeffrey kemudian menyapu semua yang ada di atas meja hingga botol-botol dan juga gelas pecah di lantai.
"Bodoh! Pantes Zelin gak mau sama lo, lo itu gak punya hati! Orang yang gak punya hati, tapi ngomong besar soal cinta dan sayang, bullshit, Jeff! Munafik!" teriak Bara kemudian balas menendang meja ke sudut ruangan hingga meja kaca tersebut juga pecah.
"Gak cuma Syadza, tapi Zelin juga bakalan jadi korban keegoisan lo! Lo pikir dengan lo ngorbanin Syadza demi wujudin mimpinya Zelin, itu bikin Zelin bahagia, gitu? Bodoh! Katanya kenal Zelin dari lama tapi ternyata gak ngerti juga, tolol!" Bara terus memaki kebodohan Jeffrey.
"Zelin udah nganggep lo sebagai temen aja harusnya lo bersyukur! Lo liat pecahan kaca ini, lo pikir lo bisa perbaiki semuanya, Jeff? Enggak! Kacanya udah terlalu hancur untuk diperbaiki! Gitu juga kepercayaan Zelin ke lo!" ucap Bara menunjuk wajah Jeff.
"Ada saatnya dimana lo udah sadar sama semua kesalahan yang lo buat, tapi saat itu datang, gue yakin lo bakal nyesel! Lo bakalan ngemis maaf sama Syadza dan bahkan rasanya lo lebih baik mati detik itu juga!"
Jeffrey terdiam, tapi suara Bara mulai terdengar tidak jelas di telinganya karena kesadarannya mulai menghilang.
"Inget baik-baik, Jeff! Gue suka Syadza dari lama, kalau sampe kesabaran gue hilang, detik itu juga gue bakalan rebut Syadza dari lo!" ucap Bara yang sayangnya tidak didengar oleh Jeffrey.
to be continued
mari bersama sampai 14 hari kedepan baby boo💜
siap menaiki kapal #JackiEyin?
bacanya jekiyin manteman💜
yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜
1 vote and comment = semangat aku untuk update💜
1 silent readers and hate comment = kamu setan.
ALBARA XEIMORAGA
TANDAI KALAU ADA TYPO<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job [END]
RomanceMenolak sadar diri, Jack dengan lancang mencintai Zelin yang statusnya adalah majikannya sendiri. Mampukah Jack mempertahankan hubungannya dengan sang model cantik di tengah gempuran lelaki mapan terpandang yang menjadi saingannya?