- 00:23 -
"Paman?" Zelin terkejut ketika mendapati Damaress-paman Gevano-kini berdiri di depan pintu kamar hotelnya.
Pria itu datang dengan kondisi yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja karena matanya bengkak seperti habis menangis.
"Paman mau masuk dulu?" tawar Zelin membuat pria itu menggeleng pelan.
"Saya gak tau apa setelah ini kita masih bisa ketemu apa enggak, tapi yang jelas apa saya boleh peluk kamu?" tanya Damaress dengan suara teramat kecil.
Zelin terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Melihat respon Zelin, Damaress tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cepat pria itu memeluk Zelin begitu erat dan menumpahkan tangisnya membuat Zelin spontan mengusap punggungnya.
"Jika setelah ini kita tidak bisa bertemu lagi, tolong maafkan semua kesalahan yang sudah saya lakukan kepada kamu dan Gevano. Dan tolong berbahagialah," ucap Damaress membuat Zelin bingung.
"Maksud Paman apa?" tanya Zelin benar-benar tidak mengerti.
Damaress tak menjawab, kali ini pria itu mengecup puncak kepala Zelin sebanyak tiga kali sebelum mengurai pelukan mereka. Pria itu tersenyum tulus pada Zelin hingga semakin menambah kebingungan yang ada dalam diri Zelin.
"Berbahagialah, Nak. Jangan pikirkan apa yang membuat kamu sedih, pikirkan sesuatu yang membuat kamu bahagia," ucap Damaress seraya mengusap surai panjang Zelin.
Zelin hanya terdiam karena belum bisa mencerna situasi saat ini. Ada apa dengan Damaress? Kenapa pria itu berubah seperti ini?
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
"Tadi aku mimpi mandi di kolam," ucap Syadza bercerita sembari mulutnya terus mengunyah makanan yang Jeffrey suapkan padanya.
"Mau mandi di kolam?" tanya Jeffrey mencoba menebak isi pikirkan perempuan itu.
Syadza mengangguk pelan, "Aku juga mimpi lomba berenang sama buaya," ucapnya lagi.
Jeffrey tersedak ludahnya sendiri mendengar penuturan sang istri. Itu maksudnya apa? Perempuan itu ingin berenang di kolam bersama buaya, begitu?
"Kamu mau berenang sama buaya?" tanya Jeffrey tak habis pikir.
Syadza spontan menggeleng. "Aku cuma cerita,"
Jeffrey bernapas lega karena ternyata pikirannya salah. Ternyata perempuan itu hanya bercerita, bukan mengutarakan keinginan.
"Aku kangen banget sama Zelin," ucap Syadza tiba-tiba.
"Zelin lagi di Paris, kamu gak bisa ketemu dia," ucap Jeffrey kembali menyuapkan cemilan sehat pada perempuan itu.
"Belum ada perkembangan, ya, soal Jack? Kasian Zelin," ujar Syadza dengan mata berkaca-kaca. Dia sedih memikirkan bagaimana nasib hubungan Zelin dan Jack saat ini.
"Jack amnesia permanen, mustahil dia inget sama Zelin," ucap Jeffrey apa adanya.
Syadza tiba-tiba kepikiran tentang ucapan beberapa waktu lalu. Senyum kecilnya muncul ketika bayang-bayang itu muncul.
"Aku serius, Jeff ... kalau seandainya hubungan Jack sama Zelin memang gak bisa diselamatkan dan kamu berhasil dapetin Zelin lagi, aku beneran ikhlas. Aku yakin banget anak kita pasti jadi anak paling beruntung karena punya Ibu sebaik Zelin. Dia itu penyayang banget, apalagi sama anak kecil. Pasti anak kita selalu dikasih cinta dan kasih sayang yang besar sama Zelin," ucap Syadza dengan senyuman begitu cerah.
"Sya, emangnya kamu gak sedih bahas ini terus?" tanya Jeffrey mulai lelah karena Syadza terus membahas masalah yang tidak ingin ia bahas.
"Enggak, aku malah seneng. Aku udah bayangin gimana jadinya keluarga kecil kalian-"
"Kita, Sya. Aku dan kamu, kita. Gak ada orang lain. Kalaupun ada, orang lain itu cuma anak kita. Keluarga kecil kita," ucap Jeffrey dengan penuh penekanan.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
"Akh!" Jack menjatuhkan sebuah kotak yang berisi foto-foto dan juga koran yang menampilkan potretnya bersama Zelin.
Jack terlalu memaksa untuk mencari tahu, akhirnya rasa penasarannya berujung pada kesakitan luar biasa yang singgah di kepalanya. Lelaki itu terus berteriak dan mengerang kesakitan akibat nyeri hebat yang hadir di kepalanya.
Tidak ada bayangan apapun yang menghadirkan memori seperti yang ia lihat dalam foto-foto tadi. Seberapa keras Jack mencoba, yang hadir hanyalah sebuah rasa sakit tanpa jawaban yang membuat Jack semakin bingung.
Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
"Kenapa setiap aku mencoba mengingatnya, hanya hadir sebuah rasa sakit?!" tanya Jack kesal.
"Kenapa mengingat kenangan bersamanya begitu menyiksa?"
Tubuh Jack luruh ke lantai dan akhirnya lelaki itu menangis karena rasa sakit dan juga perasaan bingung dalam dirinya.
Apa? Apa yang 'mungkin' hilang dalam ingatannya?
"Cabay, ya. Janan nanis teyus," ucap Zea-putri Gevano-yang tiba-tiba masuk ke kamar Jack dan menemukan lelaki itu menangis di lantai.
Jack spontan mengalihkan tatapannya pada gadis kecil yang kini berdiri di sampingnya. Tak datang sendiri, ada Zae juga di samping Zea saat ini.
"Ayo beydoa tama Tuhan, biay Tuhan beyi jayannya," ucap Zea menasihati.
"Kayau mau cayi jayan keyuay, buka aja pintu," ucap Zae dengan wajah polosnya.
to be continued
mari bersama sampai 2 hari kedepan baby boo💜
siap menaiki kapal #JackiEyin?
bacanya jekiyin manteman💜
yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜
1 vote and comment = semangat aku untuk update💜
1 silent readers and hate comment = kamu setan.
TANDAI KALAU ADA TYPO<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job [END]
RomanceMenolak sadar diri, Jack dengan lancang mencintai Zelin yang statusnya adalah majikannya sendiri. Mampukah Jack mempertahankan hubungannya dengan sang model cantik di tengah gempuran lelaki mapan terpandang yang menjadi saingannya?