- 00:05 -
"Jeffrey!"
"Minggir!" Jeffrey mendorong perempuan yang tadi memegang tangannya ketika dia hampir terjatuh.
"Jeffrey, aku ini istri kamu! Berhenti pikirin perempuan itu!" ucap Syadza, istri Jeffrey yang tidak diketahui publik.
"Lo cuma alat supaya gue dapetin warisan Papa! Jangan banyak ngatur gue!" sentak Jeffrey begitu kasar.
Syadza meringis memegangi pelipisnya yang terkena meja. Perempuan itu mulai menangis karena merasa benar-benar diperlakukan tidak adil oleh Jeffrey.
"Kenapa harus aku?!" tanya Syadza kesal.
"Karena cuma lo perempuan bodoh yang mau ngejar-ngejar gue padahal lo tau gue gak suka sama lo sama sekali!" ucap Jeffrey dengan nada tinggi.
"Ya, udah! Lepasin aku!" ucap Syadza menatap Jeffrey dengan tatapan terluka.
"Cuma setahun, gue butuh lo cuma setahun! Lahirin anak laki-laki buat gue, baru lo boleh bebas!" ucap Jeffrey kemudian meninggalkan Syadza begitu saja.
Syadza menangis dan memeluk lututnya. Perempuan itu benar-benar merasa bodoh karena menerima ajakan Jeffrey begitu saja ketika lelaki itu datang melamarnya padahal Syadza sangat tau kalau Jeffrey begitu tergila-gila pada Zelin.
Sekarang, entah bagaimana caranya dia bisa bebas dari lelaki kejam dan kasar itu.
Mengadu pada orang tuanya, tidak ada gunanya sama sekali karena orang tuanya juga tergila-gila pada harta Jeffrey. Mengadu pada mertuanya pun akan sia-sia karena pastinya mereka tidak peduli.
"Aku harus gimana?" gumam Syadza begitu lirih.
"Apa aku harus minta bantuan Zelin? Memangnya dia mau bantu aku?" tanya Syadza pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, Jack menyaksikan Zelin yang sedang melakukan panggilan video bersama dengan Zae dan Zea dari jarak lumayan jauh karena tidak ingin mengganggu. Binar kebahagiaan selalu terpancar di mata Zelin tiap kali berinteraksi dengan anak kecil, dan Jack merasa senang sekaligus sesak melihatnya.
"Selamat bobo siang, sayangnya Mama ... good bye,"
Panggilan terpaksa diputuskan karena ini sudah jam tidur siangnya Zae dan Zea. Dari sorot mata sang kekasih, Jack bisa melihat kesedihan yang Zelin simpan. Ah, pasti kekasihnya itu berpikir macam-macam lagi.
Jack langsung mendekat dan memeluk Zelin setelah melihat perempuan itu menangis. Jack sama sekali tidak tega melihat Zelin begini.
"Nanti kalau udah gak sibuk lagi kita pulang, okay? Sayang jangan nangis lagi, nanti hidungnya mampet," ujar Jack seraya merapikan rambut Zelin yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job [END]
RomanceMenolak sadar diri, Jack dengan lancang mencintai Zelin yang statusnya adalah majikannya sendiri. Mampukah Jack mempertahankan hubungannya dengan sang model cantik di tengah gempuran lelaki mapan terpandang yang menjadi saingannya?