"Wah, bagus banget pemandangannya" ucap Tasya ketika sudah sampai di danau buatan "eh al, kalau boleh tahu umur kamu berapa?" lanjutnya sambil menoleh ke Aiden.
"22 tahun" sahut Aiden.
"Gak apa-apa kok"
Tasya langsung berjongkok bermain air dengan tangannya. Dengan bayangan rembulan serta lampu hias membuat danau itu tampak indah.
"Jangan main air, nanti sakit" perintah Aiden agar Tasya berhenti bermain air.
Tasya hanya menganggukkan kepala saja menyetujuinya dan duduk di sebelah Aiden.
"Buat gue?" Tanya Tasya melihat rakitan bunga seperti mahkota.
"Hem" jawab Aiden tanpa sengaja menatap manik mata milik Tasya.
"Mungkin gue ngungkapin perasaan ke lo, sekarang Sya" batin Aiden.
Suasana yang mulai dingin dan sejuk, dengan keyakinan bulat dan percaya diri. Aiden langsung berjongkok depan Tasya sambil menggenggam tangan mungil milik dia.
"Sya, mungkin ini terlalu cepat buat lo dan bahkan kita baru kenal. Lo maukan jadi milik gue seutuhnya?" Ucap Aiden melihat Tasya penuh harapan.
"Em, gimana ya? Soalnya Tasya mau cari duda kaya" sahut Tasya bercanda.
"Duda kaya? Gak usah Sya, sama gue aja masih single dan kaya raya. Gue bakal turutin apa yang lo mau bahkan lo bisa kuras harta gue"
"Beneran? Nanti bohong, rugi dong"
"Apapun itu, kuras hartaku sayang"
"Hey Al, gue cuma bercanda ya. Gue gak matre kok, kalau pun matre mungkin yang deketin lo dulu gue kan?"
"Jadi, diterima?" Kata Aiden menunggu jawaban pastinya.
"I accept it, bukan karena kekayaan"
Aiden yang mendengar ucapan Tasya yang menerimanya langsung memeluk sangat erat. Senang? Ya, itulah rasa yang Aiden rasakan ini.
"Terimakasih sya, gue janji bakal jagain, sayang ke lo. Dan bakal kenalin ke orang tua gue" kata Aiden dengan senang.
Tanpa mereka sadari, dari tadi di bawah pohon dekat mereka berdiri, terdapat sosok laki-laki yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
"Tunggu gue Al, bakal gue rebut cewe Lo!" batin sosok laki-laki tersebut sambil tersenyum smrik melihat paras Tasya.
Jam sudah menunjukan pukul 22.12 WIB, mereka lebih tepatnya aiden dan Tasya. Kini mereka berdua sudah sampai di rumah tasya.
"Tidak istirahat sebentar Al? Nanti kecapekan dijalan" ucap Tasya menawarkan agar Aiden istirahat sejenak.
"Al?" sahut Aiden menirukan panggilan barusan.
"Kenapa? Emang ada yang salah ya?" Binggung tasya, karena ia sering kali memanggil namanya dengan sebutan 'AL'.
"Harusnya pake sayang, bukan Al"
"iya sayang, gak mampir dulu?" Kata Tasya mengulanginya, meskipun masih merasa aneh dengan sebutan baru itu.
"Gadis baik, lain kali aja oke. Masih ada kepentingan di markas" bangganya sambil mengelus kepala Tasya.
"Jangan pulang malam dan satu lagi jangan sering berantem kalau bisa gak usah aja. Nanti jelek, wlee" ejek Tasya di kalimat terakhir.
"Luka luka gini nanti tambah tampan bukan jelek, my girl"
Sempat berpamitan pulang kepada ibu Tasya, Aiden langsung meninggalkan perkarangan rumah menuju tempat markasnya berada. Kondisi yang sudah mulai malam, suasana jalanan mulai sepi membuat Aiden bisa mengendarai dengan cepat secara bebas.

KAMU SEDANG MEMBACA
AIDEN ALEXANDER
Teen Fiction|| 𝕊𝕖𝕝𝕖𝕤𝕒𝕚 Aiden Alexander, pemimpin "Lion", dikenal dengan tatapan tajam dan aura yang mengintimidasi. Jalanan adalah dunianya, dan tawuran adalah kebiasaan . Namun, di balik topeng tajamnya, Ia jatuh cinta pada seorang gadis, seorang yang i...