"BAGAIMANA rasanya menjalani kehidupan sebagai orang lain?"
Sontak Joo Hwan yang pandangannya masih mengikuti punggung Hayra langsung beralih kepada bapak tua yang baru saja melontarkan pertanyaan tak disangka-sangka itu. Dahinya berkerut. Alisnya bertaut. Dari mana bapak tua itu mengetahui fenomena kehidupan aneh yang ia alami? Apakah bapak itu ada sangkut pautnya?
"Maksud ... maksud Bapak?" tanya Joo Hwan tidak mengerti.
Pria lusuh yang usianya berkisar 60 tahun-an itu tertawa pelan.
"Decalcomania," cetusnya. "Namanya Decalcomania."
Joo Hwan ternganga. Bapak itu lantas mengembuskan napas panjang.
"Andai saja dulu ...."
Pria itu belum menyelesaikan kalimatnya ketika terdengar deru pesawat yang terbang rendah sehingga membuat Joo Hwan mendongak untuk melihat muasal suara. Pesawat berwarna putih dengan motif biru muda itu sepertinya hendak mendarat di bandara yang memang terletak tidak jauh dari taman kota. Setelah burung besi itu menjauh, Joo Hwan kembali menurunkan pandangannya. Akan tetapi, ia hanya tinggal sendirian. Bapak renta tadi ... tiba-tiba lenyap begitu saja. Segera ia beranjak dan mencoba bertanya kepada orang-orang di sekitar tempatnya. Namun, nihil. Tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan si bapak tua. Malah, ada bapak paruh baya yang berkata, "Dari tadi, Mas-nya sendirian, kok. Malah, saya heran, kenapa Mas jongkok sendirian di sana."
Joo Hwan tertegun.
Sendirian?
Jelas-jelas ia baru saja membantu seorang bapak-bapak tua yang jatuh tertimpa sepeda!
Laki-laki itu melangkah gontai menuju salah satu gazebo terdekat. Melepas kacamata beningnya, lantas mendesah linglung. Tatapannya kosong. Apa yang tengah terjadi kali ini? Decalcomania? Apa maksud si bapak menyebutkan istilah asing itu? Lalu, tanpa penjelasan ... tiba-tiba menghilang?
Joo Hwan terlonjak sedikit ketika seseorang memanggil namanya di sebelahnya. Padahal suara gadis itu tergolong lirih, tetapi cukup membuat laki-laki itu kembali sadar dari lamunan. Ia mendongak menatap Hayra yang bingung dan bertanya ke mana perginya si bapak tua tadi. Masalahnya, Joo Hwan sendiri pun tidak tahu, padahal jelas-jelas baru beberapa detik lalu, si bapak tua itu masih berada di depannya. Tanpa pikir panjang, Joo Hwan menceritakan kejadian sesuai dengan yang ia lihat. Tidak peduli jika nanti Hayra juga akan menganggapnya 'gila'. Toh, ini juga bukan pertama kalinya ia dikatai demikian.
"Kamu nggak gila."
Pernyataan Hayra sungguh di luar dugaan Joo Hwan, membuat jantung laki-laki itu mencelus. Ia menatap gadis berkulit kuning langsat itu tanpa ekspresi ketika memberikan opininya. Oke, pendapat Hayra memang terdengar masuk akal. Ketika ia mengalihkan perhatian, bisa saja si bapak tua itu pergi secara diam-diam. Tapi ... dengan waktu sesingkat itu? Ditambah lagi, tidak ada yang menyadari kehadiran beliau sama sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA (TAMAT)
FantasyBagaimana rasanya memiliki dua kenangan kehidupan di waktu yang bersamaan? *** Setelah sebuah kecelakaan terjadi, Juan terbangun dan mendapati dirinya hidup sebagai orang dengan identitas dan kehidupan yang berbeda. Remaja normal itu berubah menjadi...