JOO Hwan melangkah gontai ketika merasa jaraknya sudah jauh dari rumah Hayra. Bak seorang pengecut, ia buru-buru kabur tanpa memberikan jawaban apa pun atas pertanyaan gadis yang baru saja diantarnya itu. Ia beralasan bahwa dirinya sudah terlalu lama meninggalkan sepupunya sendirian di kafe, sehingga ia harus segera kembali untuk menjemputnya. Tanpa menunggu izin dari Hayra, ia berbalik dan berjalan cepat hingga setengah berlari.
Lagi pula, memangnya jawaban apa yang akan ia utarakan kepada gadis itu? Tidak mungkin ia mengaku sebagai sahabat kecilnya, sementara Hayra sendiri sama sekali tidak mengingatnya, kan? Yang ada malah, seperti yang sudah-sudah, ia akan dicap sebagai 'orang gila'.
Akan tetapi, bukan masalah itu yang menguasai pikirannya sekarang, melainkan pernyataan yang Hayra ucapkan mengenai keluarganya beberapa saat lalu. Seingat Joo Hwan, keluarga Hayra cukup harmonis dua tahun lalu. Om Ziyad yang seorang pegawai negeri sipil, Tante Melodi yang seorang ibu rumah tangga dengan bisnis skincare online-nya, dan Hayra yang seorang anak tunggal. Dalam ingatan Joo Hwan, keluarga kecil itu begitu bahagia. Bahkan, Joo Hwan sendiri saking seringnya bermain ke rumah Hayra, ia sudah dianggap sebagai anak kedua dalam keluarga itu.
Tapi .... Apa? Om Ziyad meninggal karena kecelakaan dua tahun lalu? Lalu, Tante Melodi menikah lagi dan memiliki seorang putri kecil sekarang? Hayra tinggal seorang diri?
Sungguh. Tidak pernah terpikir dalam benak Joo Hwan bahwa kehidupan Hayra juga akan terdampak atas fenomena aneh yang menimpa dirinya itu!
Apakah ini semacam sebuah variabel?
Kecelakaan yang terjadi dua tahun lalu .... Apakah ada kaitannya dengan kecelakaan yang juga menimpa dirinya?
Tiba-tiba kepalanya terasa berputar. Telinganya berdengung. Ia meremas rambutnya dengan kasar ketika jatuh terduduk di trotoar. Pandangannya kabur. Sangat menyakitkan hingga ia memejamkan mata karena rasanya sudah tidak kuat untuk menahannya lagi.
Seseorang meraih bahunya lantas mengguncangnya kuat-kuat. Samar-samar Joo Hwan mendengar namanya dipanggil-panggil. Semakin lama, suara bariton itu semakin terdengar jelas di indra pendengarnya. Dengungan dalam gendang telinga Joo Hwan mulai mereda. Rasa berputar dalam kepalanya juga sudah mulai memudar. Ketika Joo Hwan membuka kembali kedua matanya, siluet Baek Yoon dengan raut wajah khawatir terpampang jelas di hadapannya.
"Lo kenapa? Joo Hwan! Ya! Jeongsin charyeo(1)!" teriak Baek Yoon panik.
Setelah Joo Hwan merasa kondisinya mulai stabil, ia mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia mengangkat sebelah tangannya sebagai isyarat agar sepupunya berhenti berteriak. Baek Yoon memahami gestur tangan Joo Hwan, sehingga ia berusaha menghentikan kepanikannya.
"Are you okay?" tanya Baek Yoon mulai merendahkan nada bicaranya.
Joo Hwan mengangguk.
"Ayo pulang," ucap Joo Hwan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA (TAMAT)
FantasiBagaimana rasanya memiliki dua kenangan kehidupan di waktu yang bersamaan? *** Setelah sebuah kecelakaan terjadi, Juan terbangun dan mendapati dirinya hidup sebagai orang dengan identitas dan kehidupan yang berbeda. Remaja normal itu berubah menjadi...