GELAP.
Di dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu, Hayra meringkuk di atas kasurnya. Tanpa penerangan. Meskipun hari sedang panas-panasnya di luar sana, ia juga sengaja tidak membuka tirai jendela, sehingga hanya menyisakan kegelapan yang sempurna di sekitarnya.
Gadis itu sudah tidak tahu lagi berapa hari sudah ia mengurung diri di kamarnya seperti itu. Ia sama sekali tidak menghitung. Yang ia ingat, hari terakhir ia keluar dari rumahnya adalah ketika ia mengalami kejadian tidak mengenakkan di trotoar tempo hari.
Saat ia tengah berjalan hendak menuju toserba untuk membeli beberapa bungkus jajanan sendirian, tiba-tiba ia ditodong sebuah benda tajam. Bahkan, ia juga sempat diseret ke sebuah gang buntu oleh beberapa orang berpakaian serba hitam, bermasker, dan bertopi. Ia memang tidak mengetahui wajah siapa di balik masker yang mereka kenakan itu, tetapi Hayra yakin, mereka semua adalah perempuan.
Mereka juga sempat melontarkan ancaman sebelum meninggalkannya sendirian di gang buntu itu.
"Kalau lo masih deketin Joey Oppa, kita nggak akan segan-segan buat terus teror lo seumur hidup, dan bakal lebih parah daripada ini!"
Masih terngiang jelas ucapan salah seorang dari mereka yang menodongkan pisau kecil ke dekat lehernya saat itu, yang ternyata juga sempat menyayat sedikit kulit rahangnya hingga terasa perih. Astaga. Mengingatnya saja sudah membuat Hayra kembali bergidik ngeri.
Tidak hanya sampai situ saja.
Karena kejadian itu, Hayra memutuskan untuk kembali ke rumah untuk menenangkan diri. Namun, yang ia dapati ketika dirinya tiba di rumah adalah sebuah kotak hitam berpita merah, diletakkan tepat di depan pintu. Gadis itu—masih dengan agak gemetar setelah menghadapi sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya—celingukan, mencari bayangan seseorang yang sekiranya meletakkan kotak itu dan mungkin saja belum jauh.
Akan tetapi, nihil.
Tidak ada siapa-siapa.
Hayra melepas ikatan pita. Setelah itu, ia membuka tutup kotaknya. Kedua mata gadis itu membulat sempurna tatkala mendapati sesuatu yang mengerikan ada di dalam sana. Ia berjingkat hingga jatuh terduduk saking kagetnya. Spontan ia membuang kotak seukuran kotak sepatu itu. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
Sembari mengatur napasnya yang masih memburu, perlahan ia merangkak ke arah kotak yang baru saja diempaskannya. Ia mencoba kembali memastikan bahwa penglihatannya keliru.
Namun, tidak.
Ia tidak keliru apa pun.
Sebuah boneka bayi perempuan dengan kepala terpenggal yang sengaja diberi cat merah di perbatasan kepala dan leher itu adalah benar-benar isi dari kotak misterius itu. Sementara, di dekatnya juga terdapat sebuah kertas putih kusam terlipat.
Dengan tangan yang masih tremor, Hayra meraihnya, lantas membuka lipatan secara perlahan. Beberapa huruf tampak diambil dari surat kabar lalu ditempel secara asal hingga tampak seperti kliping, membentuk sebuah kalimat yang cukup membuat merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA (TAMAT)
FantasyBagaimana rasanya memiliki dua kenangan kehidupan di waktu yang bersamaan? *** Setelah sebuah kecelakaan terjadi, Juan terbangun dan mendapati dirinya hidup sebagai orang dengan identitas dan kehidupan yang berbeda. Remaja normal itu berubah menjadi...