SUASANA di lapangan sekolah sudah tenang ketika Joo Hwan keluar dari ruang tunggu. Ia melirik sekilas ke dalam ruangan sebelum ia benar-benar menutup pintu. Hayra sudah mulai bisa mengendalikan diri sekarang. Ia tengah duduk di salah satu kursi sambil menatap kosong dinding di hadapannya. Pasti hal ini merupakan pengalaman buruk untuknya, pikir Joo Hwan.
Tiba-tiba derap kaki terdengar mendekat. Tidak hanya satu orang. Joo Hwan menoleh. Benar saja. Baek Yoon, Hans, dan Lena sudah berada tidak jauh dari tempatnya dengan napas Senin-Kamis. Raut muka ketiganya benar-benar tampak cemas.
"Mana Hayra?" todong Lena tidak sabar.
"Hayra nggak apa-apa, kan?" sambung Hans, tidak kalah khawatir.
Sementara Baek Yoon hanya menatapnya lurus tanpa suara. Namun, kebersamaan dengannya selama bertahun-tahun membuat Joo Hwan bisa langsung tahu arti tatapan itu. Jelas sekali ada rasa marah, panik, dan khawatir yang bercampur jadi satu di sana.
Laki-laki berkaus biru tua dengan motif segitiga putih itu menyerahkan sebuah kantong kertas cokelat ukuran besar ke arah Joo Hwan.
"Cepat mandi, gih!" perintahnya. "Bau, tahu."
Joo Hwan menerima kantong itu lantas melongok ke dalam untuk mengetahui isinya. Ternyata satu set kaus dan celana. Ada beberapa sachet sampo dan dua kotak sabun batang juga.
"Lo beliin gue sampo sachet-an? Nggak salah?" seru Joo Hwan tidak percaya. Masalahnya, selama ini, kan, ia selalu memakai sampo botolan yang harganya juga tidak murah! Lah, ini, sampo seharga 500-an perak!
"Udah, sih. Yang penting bisa mandi juga, biar bau busuk lo hilang!" sergah Baek Yoon. "Untung-untungan gue bisa selamat dari ribuan orang di luar sana yang diusir paksa sama panitia dan tim keamanan."
Joo Hwan mengalihkan pandangan ke arah sekitar panggung yang sudah sepi. Hanya sisa beberapa siswa berseragam kaus panitia berlalu-lalang membereskan sisa-sisa kerusuhan yang baru saja terjadi.
"Sudah bisa diatasi semua ternyata. Cepat juga," lirihnya.
"Habis lo mandi, cepat ke ruang OSIS. Gue tunggu lo di sana," titah Baek Yoon lagi. Lalu, ia memberikan satu kantong kertas lagi ke arah Lena. "Ini buat baju ganti Hayra."
Setelah berucap demikian, laki-laki itu mulai berbalik dan melenggang pergi tanpa sekali pun menoleh ke belakang lagi.
"Ya udah, sana lo mandi." Tiba-tiba Hans ikut bicara. "Baju lo kotor semua."
Laki-laki berdada bidang itu menelisik kaus hitam yang dikenakan Joo Hwan sebagai dalaman dari jas kasual kremnya tadi. Ternyata, meskipun jasnya sudah ia lepas sejak beberapa puluh menit lalu, lelehan kuning dan putih telur masih bisa menyelusup ke bagian dalam pakaiannya itu. Ia memicingkan hidung tatkala aroma menyengat tertangkap oleh indranya.
Ia mengangguk.
"Oke. Gue titip Hayra, ya." Joo Hwan menoleh ke arah Lena. "Temenin Hayra, ya, Len."
"Pasti," jawab Lena mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA (TAMAT)
FantasiaBagaimana rasanya memiliki dua kenangan kehidupan di waktu yang bersamaan? *** Setelah sebuah kecelakaan terjadi, Juan terbangun dan mendapati dirinya hidup sebagai orang dengan identitas dan kehidupan yang berbeda. Remaja normal itu berubah menjadi...