TAMPIL bersama idola dunia?
Hayra yakin dirinya tidak salah dengar?
Semua ini gara-gara Arya, si ketua kelas!
Bagaimana bisa ia mengumpulkan nama Hayra sebagai salah satu kandidat perwakilan kelas tanpa persetujuan sang empunya nama? Misalkan Arya tidak mengajukan namanya seenak perutnya, tidak mungkin Hayra akan buru-buru pergi ke ruang OSIS untuk meminta penjelasan! Serta, tidak mungkin ia akan mendengarkan syarat absurd yang dilontarkan oleh sang bintang di dalam ruangan sana tadi!
Bagaimana dirinya bisa mengimbangi kemampuan Joo Hwan? Apalagi setelah menonton hampir seluruh konser yang ada di YouTube semalam! Bahkan, movie clips miliknya pun keren-keren semua!
"Hayra!"
Sentakan laki-laki jangkung di sebelah Hayra akhirnya bisa mengembalikan pikirannya yang sudah melanglang buana. Gadis itu sedikit terlonjak, lantas mulai mengarahkan perhatiannya kepada Aru.
"Ya, Kak?" Hayra merespons dengan kikuk.
"Astaga, kamu melamun?" seru Aru tidak percaya. "Aku nyerocos dari tadi, kamu sama sekali nggak mendengarkan?"
Hayra meringis, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Aku lagi banyak pikiran, Kak," jawabnya muram. "Maaf, jadi nggak fokus."
"Gara-gara yang tadi kamu dengar di ruang OSIS?" duga Aru.
Hayra mengangguk.
"Kalau kamu memang nggak mau tampil berdua sama dia, bilang aja nggak mau. Simpel, kan?" ucapnya lagi seraya menyugar rambut. "Lagi pula, sebenarnya aku juga nggak mau lihat kamu berdua sama dia. Cemburu tahu."
Gadis itu menoyor lengan Aru pelan.
"Kak! Aku lagi serius juga ...."
"Memangnya aku pernah bercanda sama kamu soal ini?" tukas Aru. "Aku selalu serius setiap kali bilang kalau aku suka sama kamu. Kamunya aja yang selalu nggak pernah anggap serius pernyataanku, Ra."
Hayra terdiam.
Ia merasa serba salah. Di satu sisi, Aru merupakan teman yang baik. Terlalu baik malah terhadapnya, sehingga membuat Hayra tidak ingin mengecewakan laki-laki itu, sebagai seorang teman, tentu saja. Di sisi lain, Hayra juga tidak ingin memberi harapan palsu. Akan tetapi, jika dipikirkan kembali, terus berada di sekitar Aru bukankah sama saja dengan memberikan harapan?
Setelah hening beberapa saat, bel masuk pelajaran pertama berbunyi.
"Aku harus kembali ke kelas, Kak."
Tanpa menunggu tanggapan Aru, Hayra segera berbalik dan mulai melangkah menyeberangi lapangan basket tanpa sekali pun menoleh ke belakang.
***
Wherever you are, I'll find you, My Love ....
Whenever we are, we'll be one ....
Whatever happens, I'll make you remember me again ....
I'll always ... waiting for you ....
-Waiting for You-
-Joey-
Lagu yang pernah diputarkan Joo Hwan ketika menemani Hayra 'bersembunyi' di dalam kelas kala hujan tempo hari itu kini mulai memenuhi ruang dengar. Gadis itu sengaja menyambungkan bluetooth ponselnya dengan pengeras suara. Ia memasang volume lumayan keras hingga misalkan ada orang bertamu yang mengetuk bahkan hingga menggedor pintu sekalipun, tidak akan kedengaran dari kamar yang lumayan berisik dan berantakan itu.
Gadis berpiama abu-abu itu ikut bersenandung dengan membaca lirik yang ia peroleh dari situs pencarian di ponsel pintarnya sambil rebahan. Dari sekian banyak lagu milik Joo Hwan, hanya lagu ini yang menggunakan bahasa Inggris.
Liriknya juga sangat menyentuh. Berisi tentang penantian seseorang terhadap sang belahan jiwa yang ternyata tidak mengenali dirinya setelah sekian tahun. Namun, seseorang itu yakin, suatu saat, sang belahan jiwa itu akan kembali mengingatnya, dan mereka berdua akan hidup bahagia.
Bagaimana bisa Joo Hwan menciptakan lagu sesedih ini?
Apakah ini merupakan salah satu pengalaman hidupnya?
Lalu, siapa kira-kira gadis yang ia tunggu?
Lagu yang dinyanyikan si idol Joo Hwan penuh penghayatan itu berakhir di menit keempat. Hayra meletakkan ponselnya sembarangan, lantas menatap langit-langit kamar. Ia mengembuskan napas panjang.
Wang Joo Hwan.
Beberapa minggu terakhir, nama itu begitu mengusik Hayra.
Mulai dari entah bagaimana ceritanya laki-laki itu bisa muncul di sekolah, menemukan dirinya tengah bersembunyi di ruang musik untuk menghindari keributan, 'menyelamatkan ' dirinya ketika hujan petir tempo hari, 'menyelamatkan' dirinya dari kerumunan geng Sevora malam itu di kafe, 'menyelamatkan' dirinya dari kecelakaan sepeda kayuh yang dikendarai Baek Yoon, pernyataan bahwa Joo Hwan menyukainya, hingga mimpi-mimpi tidak masuk akal itu.
Padahal Hayra baru mengenalnya satu bulan lebih, tetapi rasanya sudah terlalu banyak hal terjadi yang melibatkan dirinya dengan laki-laki bernama Joo Hwan itu. Seolah-olah, dunia sengaja mempertemukan mereka berdua, agar terjalin sebuah kisah?
Gadis itu menggeleng kuat.
Aku lagi mikir apa, sih? batinnya gusar sembari mengusap-usap wajahnya kasar.
Ini pasti hanya karena efek dari video-video keren konser Joo Hwan yang ditontonnya semalam! Ia pasti merasa begini, karena sepertinya mulai merasa telah menjadi salah satu penggemar dari penyanyi itu.
Benar. Pasti seperti itu.
Tidak ada perasaan yang lain.
Gadis itu bangkit. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Baju kotor asal gantung, selimut tergulung tidak beraturan, buku berserakan, kabel charger melambai-lambai, sandal dan sepatu tidak pada tempatnya, serta sampah botol plastik di mana-mana. Sangat mirip kandang ayam, pikirnya. Jika mamanya berada di sini sekarang, sudah pasti gadis itu akan kena omel tiga hari dua malam!
Jangankan mamanya. Jika saja Joo Hwan yang sangat terkenal menjunjung tinggi kerapian dan kebersihan itu—satu fakta yang juga baru Hayra ketahui semalam melalui salah satu video variety show yang ditontonnya—pasti laki-laki itu juga akan melakukan hal yang sama dengan sang mama. Bahkan, lebih parahnya lagi, Joo Hwan tidak akan mau lagi berteman dengannya!
Hayra terlonjak.
Ia sendiri kaget dengan pemikirannya.
Joo Hwan? Lagi-lagi Joo Hwan?
Astaga.
Sepertinya ia harus keluar rumah sebentar untuk menjernihkan pikiran!
Sekalian membeli beberapa pengharum ruangan untuk ia pasang setelah beres-beres rumah nanti—kalau tidak mager.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DECALCOMANIA (TAMAT)
FantasyBagaimana rasanya memiliki dua kenangan kehidupan di waktu yang bersamaan? *** Setelah sebuah kecelakaan terjadi, Juan terbangun dan mendapati dirinya hidup sebagai orang dengan identitas dan kehidupan yang berbeda. Remaja normal itu berubah menjadi...