9.

604 71 8
                                    

Pawin sedang duduk di meja belajarnya, setelah selesai mengerjakan tugas sekolah ia langsung meluncur pada grup chat kelas.
Semenjak insiden tersebut, dan Khaotung yang juga belum reda marahnya padahal sudah dua hari, grup chat kelas terasa membosankan baginya.
Sangat sepi, sekali ramai ya membahas Khaotung.
Seperti saat ini, Neo sedang membahas rencana membuat kejutan untuk Khaotung, ini sudah dua hari  dan itu tidak baik jika mereka dan Khaotung terus-menerus berjauhan seperti ini.
Pawin tentu saja malas sebenarnya, tapi ia wajib untuk ikut dalam rencana tersebut karena dia adalah biang utamanya.

Pawin lalu memutuskan untuk kembali menyimpan ponselnya setelah memberitahu yang lain jika dia akan menerima semua rencana mereka, tapi ia tak bisa ikut membahasnya karena memiliki tugas sekolah yang belum diselesaikan.
Semakin hari, keberadaan dirinya semakin terbelakang karena semua orang fokus pada Khaotung, dan ia pun diharuskan melakukannya.
Pawin muak, jika tahu akan seperti ini jadinya, mana mungkin Pawin membuat grup chat kelas kedua.
.
.
.
.

"Kenapa?"

'Aku berada di rumah kakakku, terlalu jauh untuk Neo ataupun Marc untuk menjemputku.'

Pawin menghela napas, lalu melihat jam arlojinya yang menunjukkan hampir pukul 7, ia mendapatkan telepon dari Louis yang meminta Pawin untuk mengatakan pada wali kelas mereka jika hari ini ia tak bisa pergi ke sekolah, selain karena jauh kendaraan satu-satunya milik sang kakak digunakan untuk pergi bekerja.

"Aku akan menjemputmu, Lui."  Selain Louis, memang tidak ada yang mengajak Pawin untuk berbincang dan duduk bersamanya cukup lama. Itu karena mereka yang biasanya menempel padanya sedang sibuk membuat Khaotung berhenti marah.

"Kirimkan saja alamatnya, aku akan segera meluncur kesana," sambung Pawin lalu kembali mengenakan helmnya, padahal dia baru saja sampai di parkiran sekolah.

Saat Pawin akan mengeluarkan motornya, Joongdunk dan Firstkhaotung baru saja sampai.
Joong pun segera bertanya kemana Pawin akan pergi, dan ketika Pawin menyebutkan jika dia akan menjemput Louis di rumah kakaknya Joong langsung mengingatkan Pawin jika itu sangat jauh, kemungkinan besar mereka akan kembali saat kelas sudah memasuki pelajaran kedua di jam pertama masuk.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kau tahu Louis akan sangat kesal jika dia tak bisa pergi ke sekolah padahal sehat-sehat saja." Pawin lalu pergi dengan senyuman manisnya, tidak lupa menyapa First dan Khaotung juga walaupun yang dia dapat hanyalah tatapan datar keduanya.

"Dia sangat baik, benar?"

"Em, keduanya sudah jelas akan dihukum nanti."

Khaotung hanya diam mendengarkan pembicaraan Joong dan Dunk, setelah turun dari motor First, Khaotung lalu memperhatikan motor Pawin yang lama lama hilang dari pandangannya setelah melewati gerbang sekolah.
Setelah First berhasil memarkirkan motornya ia hendak mengajak Khaotung ke kelas, tapi ia malah menemukan sang sahabat sedang melamun menatap gerbang sekolah.

"Apa kau merasa takjub dengan kebaikan Pawin dan akan segera menerima permintaan maafnya?"

Khaotung langsung menolehkan kepalanya pada First, dia tidak tahu jika First berdiri sangat dekat untuk membisikkan pertanyaan tersebut, jadi saat dia berbalik helm yang masih dikenakannya menghantam kening First cukup keras.

"Tidak akan, aku tidak semudah itu." Khaotung menjawab tanpa memperdulikan First yang kesakitan. Ia pun segera pergi meninggalkan First setelah melepas helm dan memberikannya pada dada sang sahabat.

----

Sesuai dugaan Joong, Pawin dan Louis datang 30 menit setelah jam pelajaran pertama berlangsung. Pawin dan Louis langsung dihukum menghadap bendera Thailand di lapangan dari sejak mereka datang, katanya sih akan selesai setelah jam istirahat berakhir.

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang