13.

536 63 15
                                    

Khaotung memang menyebalkan, tapi dia juga baik itulah kenapa terkadang sifat menyebalkannya dimaafkan begitu saja oleh kebanyakan orang.
Dia juga tidak pernah mengungkit kebaikannya, tapi paling sering menyebut kesalahan teman-temannya. Sebenarnya Khaotung melakukan itu bukan untuk mengejek, tapi lebih ke mengingatkan agar mereka tidak melakukan hal yang sama. Tapi Mungkin cara dia menyampaikan? Segala sesuatu terdengar menyebalkan dari bibir Khaotung.

Ini adalah hari dimana Pawin dan Louis akan melakukan tes ujian untuk lomba Fisika. Semua siswa tetap memperlakukan Khaotung seolah dia adalah pencuri buku Pawin dan Louis, padahal dia belum ditetapkan sebagai tersangka.
Khaotung baru menyadari jika tidak semua teman-temannya di kelas ini memandang dia sebagai orang baik, mungkin selama ini ada orang-orang yang sedari awal juga tidak suka padanya hingga dalam keadaan seperti ini orang-orang itu berpikir jika Khaotung sedang mendapatkan Karma.

"Aku akan pergi mentraktir kalian makan nanti sepulang sekolah. Entah itu temanya untuk merayakan aku yang terpilih untuk maju ke lomba, atau bahkan untuk Louis sekalipun."

Setelah itu, sorak-sorai terdengar memuji Pawin yang memiliki kebesaran hati bahkan menerima kekalahan sebelum waktunya.
Dunk kemudian menyindir Khaotung yang saat ini duduk sendiri di bangkunya, ia menyebutkan jika ada seseorang dikelasnya yang sering kali marah-marah jika nilainya lebih kecil dari siswa lain.
Pawin hanya bisa tertawa, lalu bertanya dengan polos meminta Dunk menyebutkan namanya.

"Gila kau ya? Dia akan membunuhku," balas Dunk, memanfaatkan ketidaktahuan Pawin untuk menyindir Khaotung lebih banyak.

"Siapa?" Pawin kembali bertanya dengan wajah polosnya membuat beberapa siswa tergelak oleh kepolosannya, kecuali Joong dan Louis.

"Seseorang yang mencuri bukumu, mungkin?" Kali ini Neo yang menjawab, lalu Dunk dengan main-main memukul bahu Neo dan memintanya untuk menutup mulut karena seseorang mungkin sedang bergetar ketakutan dibangkunya saat ini.

Walaupun Khaotung menggunakan earphone dikedua telinganya, ia jelas mendengar semua hal yang diucapkan oleh Dunk dan Neo. Tapi, ia memutuskan untuk bersikap seolah tidak mendengar, karena jika dia mengamuk seperti biasanya pun tak akan merubah apapun. Mereka akan tetap percaya jika dirinya adalah pelaku dari hilangnya buku Pawin dan Louis, pun mereka mulai percaya jika dia juga yang menghilangkan bukunya sendiri tempo hari, dan menargetkan Pawin untuk dia salahkan.
Mereka bodoh, Khaotung sudah lelah membuat mereka kembali waras.

Tak lama kemudian, datang Marc dan First yang datang cukup terlambat.
Dunk pun segera bertanya kenapa mereka terlambat masuk kelas, padahal setahunya Marc pun sudah di sekolah sebelum dia sampai ke sekolah, tapi Marc baru sempat menyimpan tasnya di menit-menit akhir menuju bel masuk bunyi.

"Kita dari ruang Guru," jawab Marc lalu berdiri di bangku Pawin dan Louis yang dikelilingi orang-orang, masih diskusi restoran mana yang akan mereka datangi sepulang sekolah.

"Kenapa?" Tanya Joong.

Marc lalu menunjuk sepatunya yang berwarna putih bersih, padahal standar sepatu sekolah mereka adalah hitam.

"Sepatuku basah jadi aku menggunakannya," ujar Marc.

"Lalu kau?" Kini Joong beralih pada First.

First pun menghentikan langkah kakinya yang hendak menghampiri Khaotung, lalu ia juga menunjukkan sepatunya yang berwarna biru hijau tua dengan garis-garis putih disekitarnya.

"Aku ingin warna sepatuku serasi dengan tasku," jawab First, tidak masuk akal.

"Dia memang gila," ujar Dunk lalu meminta Pawin kembali membahas topik soal restoran.

Tapi Pawin lebih memilih untuk memanggil First, yang kini sudah berada di bangku Khaotung dan bersiap mengejutkannya.

"Apa? Tanya First lalu menoleh kepalanya pada Pawin.

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang