16.

556 65 6
                                    

First bangun dengan keadaan kepala pusing bukan kepalang, bersyukurlah hari ini adalah hari libur jadi Khaotung bisa membuatnya tidur lebih lama lagi. Ini saja dia bangun sekitar jam 9 pagi. Seperti orang linglung, terlihat First hanya duduk di kursi meja belajar Khaotung dengan rambut acak-acakan.
Ini bukan pertama kalinya First membeli Beer, tapi memang baru pertama kali dia memilih meminumnya dikamar Khaotung.
Bersyukurlah lagi, karena saat ia bangun kamar sang sahabat kembali tercium bunga yang entah bau bunga apa itu tapi setidaknya tidak berbau alkohol.

"Khao, aku lapar."

Khaotung baru saja masuk ke dalam kamar dan First dengan kurang ajar meminta makan.
Terlihat Khaotung menatap First dengan tatapan canggung, kemudian melempar tatapannya pada kasur yang terlihat kurang rapi karena First bangun terlambat.

"Ya kau pulang saja." Khaotung menarik selimut bekas First lalu melipatnya tanpa menatap sang sahabat yang katanya malas pulang dan ingin Khaotung memasak untuknya.

"Aku saja sarapan diluar," ujar Khaotung lagi. Saat First masih tidur, Khaotung pergi olahraga pagi sendirian.

"Kenapa tak membangunkanku?"

"Aku sudah melakukannya, kau saja yang tak mau bangun."

Lalu hening, Khaotung yang sibuk merapikan kasur dan First yang menatapnya  dengan alis berkerut.
Ada yang aneh, anak ini tidak memakinya bahkan setelah bangun terlambat dan tidak langsung membereskan kasur, dia juga tak marah saat ia merengek ingin dimasakan sesuatu.

"Hei, Khao."

"Hem?" Lagi, Khaotung enggan menatap balik First.

"Apa aku melakukan sesuatu padamu malam tadi?"

Khaotung langsung membeku, kemudian menolehkan kepalanya pada First. "Ti-tidak, tidak ada yang terjadi."

"Lalu kenapa kau tak memarahiku?"

"Kenapa aku harus memarahimu?"

First terlihat masih bingung, ia pun bangkit dari duduknya kemudian mendekati Khaotung. Tidak seperti biasanya, Khaotung malah mundur seolah takut didekati oleh First.

"Kau kenapa?" Tanya First bingung melihat Khaotung meringkuk seperti anak kucing.

Khaotung tidak tahan lagi, segera ia pukul leher First agar dia menjauhinya.
Kemudian memakinya untuk tidak lagi mendekati dia seperti itu, tidak lupa juga dia memperingati soal beer.

"Aku akan membunuhmu jika kau melakukannya lagi, dasar bajingan tidak berguna!" 

First langsung merubah pikirannya, tak ada yang berubah dari Khaotung.

"Kau benar-benar akan membunuhku dengan memukul leher manusia seperti itu!" First balas teriak. "Aku benar-benar akan menghantuimu jika aku mati barusan."

"Kau hidup saja sudah membuatku takut, aku akan terbiasa saat kau mati."
.
.
.
.

First kembali ke rumah Khaotung setelah dia membersihkan diri, nyonya Thana pun sudah ada di rumah, sedangkan sang kepala rumah tangga sepertinya kembali pergi untuk bekerja.
First tentu menyempatkan diri untuk menyapa ibunya Khaotung itu yang sedang sibuk memasak di dapur, ia merasa bersalah pada Khaotung karena pulang terlambat dan tidak membuatkannya sarapan, jadi sebagai gantinya beliau akan membuatkan semua makanan kesukaan Khaotung untuk makan siang mendatang.

"Kata ibumu kau menginap disini semalam, ya?"

First menganggukkan kepalanya, lalu berbohong jika Khaotunglah yang merengek dia untuk menginap karena ketakutan harus tidur sendirian.

"Karena kau sudah menemaninya, mau bibi buatkan apa untuk makan siangmu nanti?"

"Semua yang bibi masak aku suka,"

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang